Share

Aku Badut?

Author: aisakurachan
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
Pemandangan yang sangat jauh dari normal terlihat. Ash yang jarang tersenyum dan lebih sering datar, tiba-tiba saja mekar seperti musim semi.

Tangan yang biasanya tidak segan menampar, menyambut dengan lembut, merengkuh penuh kasih. Belum lagi senyumnya yang hangat. Tentu saja Ash tidak pernah tersenyum seperti itu di hadapan siapapun yang ada di sana.

Pelukan Ash dan Mae itu sederhana, sama seperti sambutan keluarga yang lain yang tentu banyak memeluk dan mencium karena rindu—tapi masalahnya yang melakukan adalah Ash.

Ash yang tidak pernah terlihat dekat dengan siapapun, bahkan tidak pernah mengundang keluarganya saat ada sambutan seperti itu—sampai orang-orang mengira ia sebatang kara.

Ash yang tidak pernah terlihat selembut itu. Fakta ini yang paling mencengangkan, dan mengundang perhatian. Belum lagi fakta kalau sejak tadi Mae sempat menjadi pusat beberapa tentara lajang—dan mungkin yang tidak lagi lajang—sebelum Ash memanggil.

Karena terlambat, Mae memang sempat kebingungan. Ia da
aisakurachan

Wkwkwk Mae sukanya nusuk ga sengaja ;))

| 6
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (3)
goodnovel comment avatar
virnaputriberliani
Badut setia Ian itu.. heheh
goodnovel comment avatar
aisakurachan
wkwkwk bisa gitu
goodnovel comment avatar
Yanti
untung ada Mae, kalau gak habis lah para anak buahnya..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Aku Ingin Mengatakan Sesuatu

    “Aku saja, atau orang-orang banyak yang memandang kita?” Mae heran saat menyadari kalau lebih banyak orang yang melirik ke arahnya.Bukan hanya setelah mereka turun di stasiun, tapi juga selama mereka di atas kereta tadi. Mae saja tidak mendapat perhatian sebanyak itu saat berangkat tadi, padahal ia memakai apron dan kain penutup tadi. Mae sangat malu saat Poppy menunjuknya tadi. Mae meninggalkan kain dan apron itu di mobil Poppy sampai sekarang, karena tidak lagi bertemu dengannya.Ash langsung menariknya keluar dari base tadi, mendahului sementara yang lain masih sibuk bersosialisasi.Karena Mae tidak membawa mobil, mereka memutuskan naik kereta juga ke Reading. Semua mobil Ash sudah ada di Reading. “Ini. Menarik perhatian.” Ash menepuk seragamnya yang tentu membuat orang melirik dua kali saat melihatnya. Karena itu Ash kalau bisa akan memilih naik mobil. Malas menjadi pusat perhatian.“Aku rasa karena wajah juga. Tergantung siapa yang memakai.” Mae terkekeh, saat melihat seorang ga

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Aku Akan Berhenti Untukmu

    “Di sudut yang kanan juga. Semprot lagi, lalu gosok sampai bersih.” Mae menunjuk, dan Ash dengan patuh melaksanakan. Menyemprotkan cairan pembersih ke atas permukaan meja metal, dan menggosok sampai berkilau.Patuh, tapi bukan tidak memprotes. “Kenapa harus sampai sudut ini? Kita hanya menempati sebelah sana.” Ash menunjuk bagian dimana mereka ‘bergumul’ tadi. Sudah sangat jauh dari tempat Ash menggosok saat ini. Tentu bagian itu adalah yang pertama dibersihkan Ash, sampai tiga kali malah. Memakai air dan cairan pembersih, setiap kalinya. Bahkan termasuk lantai juga ikut dibersihkan olehnya. Semua atas perintah Mae“Karena aku tidak tahu sampai mana kuman dan bakterinya menyebar. Aku tidak mau ada kotoran yang tertinggal.” Mae menunjuk sekali lagi, menyuruh Ash mengulang.“Kau juga menikmatinya tadi.” Ash bergumam, sedikit tidak rela disalahkan, karena ingat betul Mae tidak amat menolak saat mereka melakukannya tadi.“Aku sudah meminta pulang, kau yang merayuku. Kau yang tidak sabar

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Aku Tidak Mau

    “This is your life.” (Ini hidupmu)Mae menepuk pelan seragam Ash. “Tapi aku tidak menyukai sedikitpun saat dimana aku meninggalkanmu sendiri,” kata Ash.Masa itu menyiksa, apalagi saat seperti kemarin—dimana Mae membutuhkannya. Ash merasa amat beruntung bisa menemukan Mae dalam keadaan hidup. Belum terlambat, tapi sedikit lagi.“Aku juga tidak menyukainya, tapi apa ini jalan keluarnya? Terlalu ekstrim, Ash. Kau seperti membakar semua keringat dan kerja kerasmu menjadi percuma.” Mae yang tidak rela Ash membuang semua itu. “Tapi aku ingin ada didekatmu saat kau membutuhkan. Aku ingin—”“Jangan mengukurnya dari diriku saja. Bagaimana denganmu? Apa kau tidak memikirkannya? Itu tidak sehat. Kau sendiri yang mengatakannya padaku dulu. Kau ingin aku memikirkan diriku sendiri.” Mae mengembalikan saran Ash.“Tidak sama, aku tidak membutuhkan perhatian dan pertolongan—”PAK! Mae mendorong dada Ash—kasar, karena marah. “Apa aku beban yang harus selalu ditolong?”“Bukan, Mary. Tolong…” Ash mend

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Aku Tidak Mendengar Apapun

    “Jangan lupa membawa Mae.”“Huh? Membawa apa?”Ash bangkit sambil mengusap wajahnya. Ia belum amat sadar, baru saja terbangun karena panggilan itu, tapi Ian malah bicara hal yang membingungkan.“Mae. Untuk besok malam. Kau jangan datang sendiri.” Ian menegaskan lagi, seolah Ash akan paham begitu saja.“Elaborate, Fuck face!” Ash akhirnya mengumpat juga. (Jelaskan)“Oh… God. Did you kiss your mom with that potty mouth?” (Apa kau mencium ibumu dengan mulut kotor itu?)“Aku tidak punya ibu!” Ash semakin marah tentu.“Oh, iya juga. Aku lupa.” Ian membalas lagi tanpa rasa bersalah, karena sebenarnya ia tidak lupa. “Ada apa? Kau tidak biasa mengumpat saat bangun tidur—kecuali saat aku tidur disampingmu.” Ian bertanya karena tahu ada hal yang salah tentu. Ash tidak secepat itu marah biasanya.“Jelaskan saja yang tadi! Aku harus membawa apa kemana?!” sergah Ash. Ia tidak mungkin menjelaskan apapun pada Ian. Ash juga belum membicarakan keinginannya untuk berhenti pada Ian.Setelah melihat reak

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Aku Akan Memikirkannya Lagi

    Ash menghela napas, karena jawaban jujurnya akan membuat Mae marah lagi sepertinya. Tapi Ash tidak ingin berbohong.“Aku mengerti kenapa kau marah, tapi aku tidak merasa keputusan itu berlebihan.”Mae menggeleng, lalu duduk pada kursi tunggu yang ada di dekat kaca besar bagian depan. Mae meletakkan beberapa kursi tunggal berjejer untuk pembeli yang mungkin sudah lanjut atau susah berdiri saat mengantri kasir nanti.Ash menyusul dan menarik satu kursi ke hadapan Mae. Sudah cukup lega karena Mae tidak menghindar lagi.“Aku melakukan ini bukan karena melanggar tidak mampu atau lemah, Mary. Ini tentang aku yang ingin ada yang ada disampingmu. Aku yang menjadi penyebabnya, bukan dirimu.” Ash menegaskan sisi dirinya saja.“Dengan cara membuang hasil kerja keras selama bertahun-tahun? Tidakkah kau berpikir ini sangat konyol? Tidakkah kau punya tujuan atau ambisi—”“Sejujurnya—tidak ada. Kehidupanku sangat random dan aku bahkan sempat iri karena kau saja punya mimpi ini.” Ash ikut menunjuk

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Aku Minta yang Mudah Dibuka

    “Bagaimana?” tanya Mae, sambil memutar tubuhnya. Memamerkan gaun warna abu-abu dengan rok mekar yang dipakainya.“Cantik. Cocok sekali.” Ash mengangguk setuju.“Ash, kau menyebut hal yang sama untuk lima gaun sebelumnya!” sergah Mae. Komentar Ash sangat mirip malah. “Tapi memang kau cantik memakai apapun. Aku harus mengatakan apa?” Ash tidak mengada-ngada, bicara apa adanya. Apapun warna dan modelnya, menurut Ash, Mae tetap cantik untuknya.“Saya rasa Anda bertanya pada orang yang salah. Yang ini sudah terlalu terpesona pada Anda.” Pegawai butik yang mendampingi Mae berkomentar sambil menahan senyum, sementara tangannya sibuk membereskan gaun lain dan membawanya keluar.Mae mengangkat tangan. Sangat setuju, meminta pendapat Ash soal gaun yang akan dipakainya adalah kesalahan besar.“Apa kau mengambil semua foto daun yang aku pakai?” tanya Mae, saat melihat Ash kembali mengangkat ponsel ke arahnya.Ash mengangguk. Ia tidak biasa mengambil foto secara random, tapi ini keadaan yang luar

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Aku Selalu Berharap yang Terbaik

    “You look stunning!” Mae menunjuk Ash dan memekik. (Kau mempesona)Ash tidak memakai seragam yang biasa dilihat Mary—seragam loreng kecoklatan—yang ini jauh berbeda. Dari warna saja sudah biru, lalu lebih banyak benda berkilau—aneka lencana menempel berjejer di kedua dadanya. Ash memakai semua tanda pangkat dan lencana penghargaan yang pernah diterimanya—karena memang harus.“Ini seragam acara formal.” Ash menjelaskan. Jenis seragamnya tidak hanya satu tentu.“Kau yakin tidak memerlukan dada yang lebih luas lagi? Sepertinya terlalu sesak.” Mae mengusap lencana yang berderet itu dengan takjub. Meski tidak tahu darimana atau apa yang dilakukan Ash untuk mendapatkannya, Mae tahu setiap butirnya mengandung pencapaian.“Itu lucu sekali.” Ash sudah tergelak sejak tadi tentu.“Dan aku rasa kau lebih berhak mendapatkan sebutan itu. Kau juga amat mempesona.” Ash tidak bisa berhenti tersenyum semenjak melihat Mae keluar dari kamar.Pilihan Mae—bersama Daisy, Poppy dan Gina—jatuh pada gaun off s

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Aku Tahu Nama Itu

    Acara itu tidak dimulai dengan makan, tapi mengobrol sebelum tamu utama—Raja–hadir. Mae merasa terseret, ketika beberapa kali Ash menariknya berpindah dengan cepat, saat ada yang menyapa. Padahal yang menyapa Ash cukup banyak.Sekedar ‘halo’, sampai ada yang memeluk bertanya kabar. Perjamuan itu mulai mirip acara reuni karena Ash bertemu beberapa teman yang jarang ditemuinya. Mereka ada di unit berbeda, jadi tidak mungkin sering bertemu.Tapi Mae sudah lega karena mereka semua menanggapi positif saat Ash memperkenalkan dirinya. Mereka kebanyakan terkejut Ash membawa wanita, dan mengucapkan selamat.“Kau tidak pernah membawa siapapun untuk acara seperti ini?” bisik Mae, saat akhirnya mereka bisa menyingkir sedikit ke tepi untuk minum. Tersenyum dan menyapa begitu banyak orang akan membuat siapa saja haus.“Belum pernah, dan aku sudah menyesal membawamu,” keluh Ash.Mae menurunkan wine di tangannya, tidak jadi minum. “Kau menyesal? Aku membuatmu menyesal?” Mae ketus pastinya.“Karena mer

Latest chapter

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 65 - Kau Ada di Tempat Sempurna

    “Di sini saja, lebih teduh.” Rowena menunjuk kursi di sebelahnya. Dean juga mengangguk setuju.Seluruh plot kursi taman itu sebenarnya ada di bawah pohon paling besar yang ada di taman rumah, tapi karena posisi matahari, ada bagian yang masih tersiram cahaya.Mae sebenarnya tidak keberatan mendapat siraman matahari setelah beberapa hari berada di rumah sakit, tapi ia masih ingat bagaimana nasib orang yang kali terakhir berdebat dengan Rowena—diusir, karenanya sekarang Mae memilih menurut dan duduk dengan manis di sampingnya.“Kau sudah tidak sakit?” tanya Amy yang sudah duduk dan kini menyerahkan satu cookies dari meja. Bukan buatan Mae tapi. Ia belum boleh mendekati dapur—atau melakukan apapun.“Tentu saja. Dokter tidak mungkin mengizinkan aku pulang kalau belum.” Mae melirik Ash yang juga sudah duduk di sampingnya. Orang yang tidak mungkin mengizinkan Mae pulang sebelum dokter memastikan tidak ada yang salah dari tubuhnya.Untung saja Mae kemarin berhasil membuat dokter itu merahasia

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 64 - Kau yang Salah

    “Mae? Ada apa?”Jeritan itu tentu saja menarik perhatian Rowena, dan juga beberapa orang tamu yang bersamanya. “Mae, hentikan!” Rowena menyambar kran wastafel dan mematikannya. Ia lalu menyambar tisu dapur dan mengulurkannya untuk wanita yang kini tersedak dan terbatuk itu.“Lady Jane? Apa Anda baik-baik saja?” tanya Rowena, sambil membantu mengusap air dari wajahnya.Mae yang masih berdiri di situ sedikit menjauh. Mengeluh saat mendengar Rowena memanggilnya lady. Itu berarti Jane ini berasal dari kalangan bangsawan yang sama dengan Rowena. Ia menyombong karena tahu kedudukannya kurang lebih sama dengan Rowena.“Tidak! Wanita ini menyerangku!” Jane menuding ke arah Mae, segera begitu batuknya terhenti.“Mae? Apa—”“Pelayan ini kurang ajar. Kau harus memberinya pelajaran etika!” Jane mengadu tanpa memberi kesempatan Rowena untuk bertanya pada Mae.“Siapa? Pelayan yang mana?” Rowena bingung memandang sekitar, mengira ada orang lain yang terlibat.“Ini!” Jane menuding Mae dengan lebih je

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 63 - Kau Tidak Sopan

    “Aku saja yang membawa.” Mae mengambil alih piring besar berisi potongan kue yang sudah diatur rapi olehnya dari tangan pelayan. Ini karena memang jumlah orang yang membawa kurang. Mae membantu agar pekerjaan mereka cepat selesaiAcara makan sudah dimulai sejak dua jam lalu, dan kini saatnya dessert yang dihidangkan. Semua tamu ribut bicara dan menertawakan entah apa. Mereka sudah tidak lagi duduk, tapi berdiri berkelompok masing-masing. Beberapa mengerumuni Rowena sebagai tuan rumah untuk berterima kasih.“Mae.” Rowena menghentikan langkah Mae dengan meraih lengannya saat ia lewat untuk kembali ke dapur.“Kau tidak perlu bekerja lagi.” Kalimat Rowena itu terdengar seperti kalimat pemecatan, tapi Mae sudah menghapal kalau tujuan Rowena bukan itu. “Kau tidak terlihat baik-baik saja.”Kalimat Rowena yang menyusul berikut menjelaskan niatnya dengan lebih baik. Rowena sedang mengkhawatirkan keadaan Mae.“Ya, setelah ini aku akan beristirahat.” Mae tersenyum menenangkan, lalu meneruskan l

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 62 - Kau Disini?

    “Karena itu kalian bisa melapor pada—Oh? Sir.” Louis mengangguk saat melihat Ash mendekat.Tapi ia paham kenapa dan langsung bergeser, memperlihatkan sosok yang berdiri di sampingnya, lalu melanjutkan briefing. Tidak berkomentar saat Ash menarik kerah jas Ian, yang tentu saja sedang tersenyum lebar.“What the fuck are you doing here?” geram Ash, setelah mereka sampai di taman yang sepi, tidak termasuk area yang dipakai untuk menjamu tamu.“Tolonglah jangan banyak mengumpat. Untung saja tidak ada toples di sini—Oh, apa aku perlu menghitung berapa umpatan yang kau ucapkan? Jadi bisa membayar nanti?” Ian menepuk bahu Ash perlahan, menangkan sekaligus menikmati reaksinya. Ian memang sengaja tidak mengatakan apapun agar bisa menikmati reaksi itu.“Apa yang kau lakukan di sini?!” Ash mendesis sambil menatap Ian dari atas sampai ke bawah. Jas itu sangat baru, juga pin yang tersemat di dadanya—menandakan ia anggota RaSp.“Apa kau menyamar? Ada pekerjaan yang membuatmu harus menyamar di sini?

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 61 - Kau Juga Melihatnya?

    “Itu cara berpamitan yang unik.”Mae menggelengkan kepala dan tertawa. Sejenak meninggalkan spuit yang dipakainya untuk menghias cupcake untuk menatap Ash.Ia baru saja menceritakan keributan yang terjadi malam kemarin saat ayah Serena datang menjemput. Ash baru bisa menceritakannya sekarang, karena kesibukan Mae memang hampir tanpa henti. Tamu yang dimaksud Rowena tidak hanya berlangsung sehari, tapi datang bergilir selama dua hari ini. Ia menjamu para istri dari orang-orang berpengaruh yang kemarin mendukung dan berkontribusi pada kemenangan Dean. Sedikit membalas budi.Karenanya Mae juga memperlakukan pekerjaan itu dengan lebih serius. Ia tidak boleh mengacau.“Unik, tapi yang pasti aku bersyukur dia sudah kembali. Aku lelah dengan drama gila mereka.” Ash menghela napas sambil mengulurkan tangan—berusaha mencolek krim berwarna hijau yang disiapkan Mae.Tentu saja Mae mencekal lengan itu. Mae tidak mungkin mengizinkan ada yang menyentuh adonannya dengan tangan yang tidak jelas keber

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 60 - Kau Akan Selalu Menjadi Tuan Putri

    “Serena?”Ian menggoyangkan bahu Serena, cukup keras, dan masih tidak bergerak. Ian berencana memakai ponsel untuk menyuarakan alarm, tapi sepertinya percuma.Suara bentakan yang dikeluarkan Val tadi kerasnya melebihi alarm dan tidak mengganggu Serena. “Tuan Putri!”Ian akhirnya berseru agak keras dan mengguncang kedua bahu Serena. Baru setelahnya mendapat respon.“Lima menit lagi, Mom.” Gumaman yang kurang lebih menjelaskan kalau ia masih bermimpi.“I'm not your Mom, so please wake up. She's waiting for you.” (Aku bukan ibumu, jadi bangunlah. Dia menunggumu)Ian berbisik di telinganya, hampir tidak bisa menahan tawa saat melihat bagaimana mata Serena membuka lebar dengan tiba-tiba. Ia langsung berbalik mencari siapa yang berbicara padanya, dan menemukan Ian berbaring di sampingnya sambil menopang kepala menahan tawa.“Bangun tidur pun kau tampak mempesona, Tuan Putri. Hamba puas melihatnya,” kata Ian.“Just cut the crap! Apa maksudmu Ibuku menunggu?” Informasi itu masih diingat ole

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 59 - Kau Tidak Bisa Membunuhku

    “Miss, ada tamu untuk Anda.” Louis dengan sopan mengetuk pintu kamar Serena.“Lebih keras lagi. Dia tidak akan terbangun kalau kau mengetuk selembut itu.” Val menyarankan karena tahu kebiasaan Serena. Biasanya hanya gempa yang bisa membangunkannyaLouis mengangguk dan mengetuk lebih keras lagi. “Miss?” Pintu itu terbuka, tapi yang muncul adalah Ian. “Kau mau apa?” Ian separuh membentak dengan wajah jengkel.Tapi hanya bertahan satu detik, karena wajah itu terhantam oleh kepalan tangan Val setelahnya. Ian tidak mungkin menghindar dan nyaris terpelanting.Dengan gerakan yang terlatih, Ian langsung menegakkan tubuh dan melayangkan tendangan balasan pada siapapun yang menyerangnya. Tapi kakinya berhasil ditepis dan saat itu Ian akhirnya melihat mata amat biru yang sekarang menjadi mimpi buruknya.“Oh, shit!” makinya, sambil menurunkan tangan—membatalkan serangan, tapi tetap waspada dan bergerak menghindar saat Val menggembor marah dan melayangkan pukulan lain.“Dasar setan!” Val berseru d

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 58 - Kau Datang Sekarang?

    “Aku bilang jangan berpikir ke arah sana!” sergah Serena, sambil mengibaskan rambut dan tengkuknya kembali tertutup.“Oh…” Ian tentu saja kecewa, tapi tidak bisa lama. Saat Serena mengangkat sepuluh jarinya, ia langsung paham masalahnya apa. “Kau tidak bisa membukanya.” Serena berbalik sambil mengangguk. Masih ada sisa pink di wajahnya tapi tidak lagi amat merah. “Aku tidak bisa memaksa membuka ini. Aku perlu sembuh cepat. Harus latihan.” Serena menunjukkan perbannya lagi. Ia bisa memaksakan untuk membuka perban itu, tapi khawatir akan memperburuk lukanya. Serena membutuhkan tangan itu untuk berlatih sebentar lagi.“Seharusnya kau mengatakannya sejak tadi. Aku akan membantu. Ini mudah.” Ian memutar tangannya. Isyarat agar Serena kembali berbalik memunggunginya.“Aku akan meminta bantuan Mae kalau dia tidak sibuk!” cetus Serena. Masih ingin menegaskan kalau Ian adalah pilihan terakhir.“Itu tidak akan seru. Seharusnya kau langsung datang padaku. Masalahnya akan cepat selesai.” Ian te

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 57 - Kau Jangan Berpikir yang Aneh

    “Kenapa susah sekali!” Serena mengeluh karena jarinya tidak bisa menyentuh zipper yang sebenarnya mudah.Kalau bisa melepaskan kuncian, Serena bisa mendorong turun, tapi gerakan sederhana itu sangat membutuhkan jari. Serena menghela napas. Menyerah, ia memerlukan bantuan.Serena bisa saja melewatkan mandi, tapi tetap ingin mengganti baju. Ia sudah memakainya seharian berkeliling.Serena keluar dari kamar—mencari Mae, tapi belum sampai di kamarnya, Serena sudah melihat Mae berlari kecil ke arah dapur. Serena mengintip, dan terlihat Mae—dibantu beberapa orang pelayan yang memang bekerja di rumah itu sedang sibuk menyiapkan kue.Mae tadi hanya keluar sebentar, kini melanjutkan pekerjaannya menggiling adonan croissant berwarna merah yang harus dilipat berulang kali. Bukan saat yang tepat untuk meminta bantuan, karena Serena perlu membawa Mae ke kamar. Tidak mungkin ia membuka bajunya di dapur.“Ian ada di sana—belum pulang. Menerima panggilan.”Ash yang berusaha membantu Mae—dengan menga

DMCA.com Protection Status