Semua Bab Suami Dadakan Ku Bukan Kuli Biasa : Bab 121 - Bab 130

192 Bab

Ancaman Kakek Darma

Beberapa hari kemudian, Indonesia. Suasana tegang begitu menyelimuti di dalam ruangan--kakek Darma dan Devan, saat ini tengah terlibat pertengkaran. Baru saja cucunya tiba di Indonesia--kakek Darma yang sudah menahan kemarahannya sejak mengetahui kalau Devan ternyata masih menjalin hubungan dengan Rania, bahkan mengajak wanita itu turut serta ke Korea, benar-benar membuat lelaki tua itu berada dipuncak kesabarannya. "Tinggalkan-Rania!" Kakek Darma bersuara dengan tegas, wajahnya mengeras--sorot mata yang dia lemparkan pada Devan, seperti ingin menguliti cucunya hidup-hidup. Napasnya pun terasa berat, amarah benar-benar sudah membunca di dalam diri. Devan beranjak dari duduknya, menatap tajam kakek Darma--tak terlihat ketakutan sama sekali di wajah pria bertubuh jangkung itu. Devan seperti tengah menabuh genderang perang untuk Kakeknya sendiri. "Dan, mengulangi kisah yang sama lama lagi? Cukup hanya kedua orang tuaku yang mengalaminya, kakek! Hidup dalam sebuah rumah tangga
Baca selengkapnya

Perpisahan Rania dan Devan

Dia begitu mencintai--namun, dia tidak memaksakan dirinya untuk bersama pria itu lagi. Rania, tidak mau egois. Kebersaannya dengan Devan, akan menghancurkan orang-orang yang dia sayangi. Berkali-kali Rania menarik napasnya dalam-dalam, dia berusaha untuk tetap kuat."Dev, maafkan aku. Tapi, percayalah. Aku benar-benar terpaksa,melakukannya," ujar Riana dengan suaranya yang parau, air mata yang sudah mengering--kini kembali ada, jatuh--membasahi kedua pipinya. Suara ketukkan membuat Rania tercengang. Punggung tangan wanita itu segera mengusap jejak basah pada kedua pipinya, dan bersuara."Siapa----?" tanya Rania dengan setengah teriakkan, sebab saat ini pemilik senyum manis itu sedang memiliki janji dengan kedua pria sekaligus. "Ini, aku-Deni, Rania!" sahut Deni, dengan nada yang sama dengan Rania. Sesak kembali menyelimuti di dalam dada Rania, menatap langit-langit kamar, Rania berusaha menahan airmatanya agar tidak jatuh, "Oh, Tuhan---, maafkan hambamu, ini," gumam Rania dengan li
Baca selengkapnya

Bercerai dan Rania yang Hamil

Semua yang terjadi sangat begitu membingungkan. Rania yang menciumnya dengan gairah, dan meminta bercerai. Seolah melupakan rasa sakit pada wajahnya, Dion segera mencecar Rania dengan pertanyaan. "Katakan. Apakah, ini karena Darma Wijaya?" tanya Dion menuntut, dia menatap Rania dengan lekat. Kembali disadarkan akan luka di hati, Rania kembali terisak. Tangis yang terdengar pilu, dan sungguh menyayat di hati, "Apa, yang bisa aku lakukan, Dion---? Dia mengancam akan menghancurkan keluargaku, bahkan membunuh mereka, jika aku masih berhubungan dengan Devan. Aku tidak mau, hanya karena keegoisanku, yang tetap ingin bersama Devan, menghancurkan orang-orang yang aku sayang," lirih Rania, dalam isak tangisnya. "Dan, kau memanfaatkan, ku?!" skak Dion, diakhir ucapannya pria itu tersenyum getir, sempat menikmati ciuman maut dari Rania--namun, dia harus kembali disadarkan oleh keadaan, kalau semua itu hanya untuk membuat Devan pergi dari hidup wanita yang dia cintai. "Maaf," gumam Rani
Baca selengkapnya

Devan Menolak Tegas

"Kenapa, tidak Rania? Aku rasa kau sudah mengetahui perasaanku. Aku memang awalnya ingin membalaskan rasa sakit hatiku pada keluarga Wijaya. Tapi, itu dulu. Aku benar-benar mencintaimu, dan serius, ingin menjadi ayah dari bayi yang kau kandung!"Rania dapat melihat kesungguhan ucapan Dion, lewat manik hitam pria itu. Namun, sayangnya--cinta itu hanya untuk Devan seorang, hatinya benar-benar telah tertaut pada pria itu. Tidak, perduli Devan yang mungkin akan menikah lagi-nantinya. Rania memutuskan untuk menjanda--membesarkan buah cintanya dan Devan seorang diri."Maaf," Rania bersuara dengan lirih, rasa bersalah semakin menyelimuti wajah cantik Rania--sebab setelah dirinya bercerai dari Devan, ekonomi Rania benar-benar jatuh, dan tak jarang Dion membantunya, "Maafkan, aku. Tapi, aku tidak bisa," ujar Rania parau, ,menunduk--mendung semakin menyelimuti wajah wanita itu. Dion menarik napasnya tegas, berusaha untuk mengontrol diri. Menyadarkan diri Rania yang tengah mengandung, dan baru s
Baca selengkapnya

Santi Mengetahui Rania Hamil

"Dev---." Suara panggilan memalingkan wajah tampan Devan, juga menjeda langkah kakinya. Berbalik dan mendapati kedatangan Sarah. Dia memutar bola matanya malas, kedatangan Sarah membuat moodnya semakin buruk. Senyum terus terukir di wajah Sarah, saat membawa langkah kaki itu menghampiri Devan. Wanita itu nampak sangat bahagia. "Hai, Dev," sapa Sarah, saat telah berada didekat Devan--Desicner cantik itu memasang senyumnya semanis mungkin. "Kakek ku, sedang berada di dalam ruang kerjanya!" ujar Devan datar, dengan menampilkan wajah dinginnya. Dan, kalimat yang baru saja mengalir dari mulut Devan mampu menghapus senyuman di wajah Sarah. Dia nampak kecewa.Devan berbalik dan bersiap melangkah. Namun, gagal--saat Sarah mencekal tangannya. Dengan terpaksa, pria itu berbalik, "Aku datang ke sini, untuk-mu, Dev--," ujar Sarah dengan lirih, mendung dan juga kecewa berbalut menyelimuti wajah cantiknya. Devan terkekeh tertahan, apa yang baru saja katakan telah menimbulkan percikan api di dala
Baca selengkapnya

Santi Meluapkan Kemarahannya

Pertemuan nya tidak sengaja dengan Santi saja sudah membuat Rania cukup kaget, dan sekarang wanita itu melayangkan pertanyaan seputar kehamilannya. Mimik wajah Rania berubah, sebisa mungkin dia berusaha untuk tetap tenang, dan tidak panik, tentu semua itu hanya untuk menutupi kenyataan. "Tidak! Aku, sedang tidak hamil!" sahutnya cepat, Rania menelan ludahnya susah payah. Pucat, dan juga gugup, begitu nyata pada wajah wanita berlesung pipi itu. "Kenapa, aku bisa sampai melupakan susu hamil milik-ku?" gerutu Rania dalam hati. Pias, dan juga gugup yang menyelimuti wajah Rania-mampu tertangkap oleh Santi. Wanita yang berprofesi sebagai model itu, memicingkan mata penuh curiga, "Kau, sedang tidak berbohong pada'ku, kan?" Rania menelan ludahnya susah payah, dadanya berdebar-akan tatapan dan juga, pertanyaan yang Santi layangkan, " Tentu saja tidak!" sahutnya. Dan, kembali bersuara, "Susu hamil itu-milik temanku, dia meminta aku membelikannya!" tambah Rania, diakhir ucapannya dia
Baca selengkapnya

Papa Akio dan Mama Ani yang Kembali Bersua

"Saya datang untuk menjenguk ibu, saya." Wajah papa Akio mendadak kaku, sorot mata itu semakin tajam menatap Deni-ada keterjutan di dalam diri setelah mendengar jawaban dari pria itu. "Ibu?" ujar papa Akio, namun seperti sebuah pertanyaan. Deni tersenyum sesaat--bagaimana pria itu mendapati reaksi papa Akio, "Iya, Ibu. Ibu Ani adalah ibu saya," sahut Deni, pria itu menyimpulkan senyuman kecil di wajah. JEDAAR! Bagai tersambar petir di siang bolong-betapa kagetnya papa Akio saat ini. Bukan hanya kaget saja, namun pria berkebangsaan Jepang itu shyok berat. Deni, yang dia tahu adalah salah satu orang kepercayaan dari keluarga Wijaya ternyata adalah anak dari wanita yang pernah berada dimasa lalunya. Berbagai tanda tanya kini memenuhi isi kepala papa Akio. Apakah, Ani mengandung setelah dia meninggalkan wanita itu? Apakah, Deni adalah anaknya? Apakah, Ani menikah lagi setelah keduanya bercerai? Memikirkan semua prasangkah yang ada di dalam isi kepalanya--membuat tatapan papa Aki
Baca selengkapnya

Rania pingsan

Papa Akio dan Mama Ani, sama-sama memalingkan wajah mereka pada asal suara. Pasangan yang pernah menikah itu, terperangah dan juga nampak gugup, begitu mendapati kedatangan Deni. Terutama mama Ani, wajah wanita paruh baya itu sangat pias. "Deni," gumam mama Ani tanpa sadar, wanita paruh baya itu seperti seseorang yang tertangkap tangan saat mencuri. Deni telah berada diantara papa Akio dan mama Ani. Menatap bergantian pada kedua sosok paruh baya itu, dengan tatapan tak biasa. Dalam diri Deni telah diselimuti berbagai tanda tanya. "Ibu dan Tuan Akio, saling mengenal?" tanya Deni, setelah sekian detik lamanya. Mama Ani mendadak kaku, pucat dan juga gugup, semakin terlihat nyata di wajahnya. Menelan ludahnya susah payah, tenggorokannya mama Ani mendadak kering. "Buu, Tuan Akio---," ujar Deni lagi, saat mama Ani maupun papa Akio tak kunjung menjawab pertanyaan dari nya. "Ka---." Namun, papa Akio tak kunjung menyelesaikan ucapannya saat mama Ani menyelah lebih cepat. "Tuan
Baca selengkapnya

Haruskah Menerima Dion?

Desi meyakini ada hal serius yang terjadi pada sahabat baiknya, gadis itu segera mempercepat alunan langkah kakinya. "Dion, apa yang terjadi dengan Rania?" tanya Desi panik, bukan hanya panik saja--namun juga perasaan khawatir yang teramat sangat. "Aku menemukan dia di kamar mandi dalam kondisi pingsan, dan aku akan membawanya ke rumah sakit!" ujar Dion tergesa-gesa. "Aku ikut!" ujar Desi, dan dia pun mengekori Dion dari belakang yang sudah kembali melanjutkan langkah kakinya. Setengah jam kemudian. Dion melangkahkan kakinya dengan gontai, akan membawa dirinya ke luar dari dalam kamar rawat. Namun, suara Desi berhasil menghentikan alunan langkah kaki pria itu. "Kamu, mau ke mana?" "Aku akan duduk di depan," jawab Dion, dan kembali melanjutkan langkah kakinya. Dion menghempaskan tubuhnya pada kursi panjang yang berada di depan kamar, pria itu meraup oksigen sebanyak mungkin--sedari tadi berada dalam kondisi tegang membuatnya tak mampu bernapas dengan baik. Duduk termangu, D
Baca selengkapnya

Papa Akio Mengetahui Kenyataan Dia Memiliki Anak Perempuan

Apa yang diucapkan Desi mampu membuat pikiran seorang Rania berkelana sangat jauh. Ntah, apa-yang ada dalam pikiran wanita itu hanya dia seorang'lah yang tahu. Namun, wajah itu telah diselimuti mendung. Dan, Desi yang melihat bagaimana Rania kini-hanya bisa menatap tanpa melakukan apa pun, dia sengaja membiarkan Rania merenung. Hening menyelimuti Rania dan Desi, masing-masing gadis itu larut dalam dunianya. Hingga, suara gadu kecil yang terdengar membuat lamunan mereka membelah. Memalingkan wajah pada asal suara dan mendapati Dion yang baru saja bangun. Wajah bantal, dengan rambutnya yang kusut namun mempunyai daya tarik tersendiri. "Pagi Kak Dion---." Sapaan dari Desi semakin cepat mengumpulkan nyawa Dion yang tercerai berai, dia memalingkan wajah. "Rania, kau sudah sadar?" tanya Dion yang tak mampu menyembunyikan keterjutannya, namun terselip kebahagiaan di dalamnya. "Iya. Dan, terima kasih karena kau sudah menolongku," imbuh Rania, wajah itu kembali terlihat murung. "D
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1112131415
...
20
DMCA.com Protection Status