Home / Thriller / KKN Di Desa Metanoia / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of KKN Di Desa Metanoia: Chapter 61 - Chapter 70

125 Chapters

61. Telepon Dosen

(Gedung kampus di kota)"Kok bisa begitu lagi? Ini konfliknya enggak pernah selesai, ya? Apa sih masalah kalian sebenarnya?" cecar seorang pria berbadan tinggi besar dengan kulit sawo matang, diayunkannya badan di atas kursi kerja dalam ruangan yang cukup luas, dengan berbagai meja panjang dan kursi kerja lainnya.Tangan memegang ponsel dalam sambungan telepon, pria berusia sekitar empat puluh delapan tahun terlihat memejamkan mata, sambil terus mendengarkan keluh kesah mahasiswa bimbingannya dari sambungan telepon. Sampai kemudian ia menghentikan berbagai keluhan dalam satu sambungan itu dengan berkata, "Nanti saya ke sana sama Gadis Nirmala, saya cari kontak dan cara menghubunginya dulu biar cepat merespon. Kalian bertahan di sana, karena petinggi kampus juga masih memproses kepulangan cepat kalian."Bukan segera sambungan telepon itu terputus, justru teriakan dari balik sambungan telepon terdengar memekakan telinga, membuat pria dewasa itu sontak menjauhkan ponselnya dari telinga s
last updateLast Updated : 2024-03-04
Read more

(62)

(Pagi hari setelah Erina kejang, dan sebelum menelepon dosen)"Enggak bisa begitu! Kita sudah berdebat dari semalam ya, kita sudah bilang enggak bisa berarti enggak bisa!" tegas Afrian tidak ragu lagi untuk meninggikan intonasi suaranya.Bagaimana tidak? Sejak mahasiswa laki-laki sepakat untuk membuka pintu semalam dan menghadapi warga desa yang datang, sedangkan tiga mahasiswi menjaga Erina yang masih belum stabil.Setidaknya sudah lebih dari lima jam, tiga mahasiswa berdebat dengan warga desa terutama Agus dan Dayat. Dua pria desa yang sesungguhnya berstatus sebagai suami dan adik ipar Erina, tapi dua pria itu juga yang secara nyata menyakiti mental dan fisik Erina.Tidak waras. Dua kata yang rasanya sudah puluhan kali Erwin katakan sepanjang malam yang dipenuhi perdebatan."Sudah kita bilang dari tadi malam, kalian cuma orang asing, jangan ikut campur!" bentak pria berbadan kurus dengan tulang pipi yang terlihat jelas, sosok yang tak lain dan tak bukan, sudah pasti suami dari Erina
last updateLast Updated : 2024-03-05
Read more

(63) Persaingan

Tiga kata penuh makna, tiga kata yang menimbulkan kecemasan, dan tiga kata yang sontak membuat area rumah menjadi hening seolah kosong dan tidak ada satu pun makhluk hidup. Begitu hampa sampai memekakan telinga, "maksud?" tanya Agus sudah mengepalkan tangan, begitu pula dengan Afrian dan dua mahasiswa lain yang bersiap untuk menghentikan segala kejadian buruk.Begitu banyak kemungkinan yang berkelebat dalam pikiran lima mahasiswa itu, dengan kemampuan dan fokus masing-masing, mahasiswa sudah saling menyiapkan diri dan posisi atas segala hal yang seolah sudah pasti akan terjadi. Kekerasan, itulah yang melekat erat pada pikiran mahasiswa tentang tindak laku warga Desa Metanoia."Cerai, lo tolol kalau enggak tahu," tukas Erina membuat Agus kian menguatkan kepalan tangannya."Mau apa lo?" gertak Erwin sambil memegang kedua bahu Erina dan menarik mundur wanita itu agar menjauh dari Agus, "mau pukul perempuan lagi? Banci banget jadi orang, kalau mau lawan sesama cowok!" lanjutnya menantang,
last updateLast Updated : 2024-03-06
Read more

(64) Siapa Agusyadi sebenarnya?

Perdebatan sengit antara mahasiswa dengan warga desa yang hendak membawa paksa Erina telah selesai begitu saja, tidak ada kesepakatan lebih lanjut dan tidak ada juga kata mengalah atau memenangkan perdebatan. Fokus mereka secara serentak beralih pada seorang pria hampir botak yang ditemukan berada di atas badan salah satu mahasiswi, wanita muda yang kini masih mengatur napasnya sambil memejamkan mata dan mendengar segala aba-aba dari temannya.Terlihat seorang wanita di ambang pintu yang melihat tajam penuh emosi pada pria hampir botak yang dijaga oleh tiga mahasiswa, wanita itu pun bergegas masuk dan menghampiri tiga mahasiswa, "dia kenapa lagi?" tanyanya pada mahasiswa yang masih terdiam bahkan tidak menanggapi tatapannya, justru yang didapat hanya pandangan teralih pada area belakangnya.Menoleh perlahan wanita itu ke belakang dan mendapati lorong menuju kamar sudah dipenuhi warga desa, begitu sepi terdengarnya meski ada banyak orang dalam satu ruangan. Dari sekian banyak orang juga
last updateLast Updated : 2024-03-07
Read more

(65) Kondisi Korban

"G-gue enggak bisa lebih lama lagi, di sini isinya orang enggak waras," sentak seorang wanita yang masih mengenakan pakaian tidur, kantung mata menghitam dengan garis halus melekuk di sepanjang garis senyum dekat bibirnya.Wanita cantik berkulit tan kesayangan ribuan orang, wanita cantik yang terbiasa hidup dengan segala kemewahan dan kebutuhan yang senantiasa terkabul, dan wanita cantik yang terlahir menjadi anak tunggal bersifat ramah dari keluarga kaya raya dengan bisnis yang banyak disukai masyarakat luas. Sungguh keberuntungan yang akan selalu mengikuti hidupnya, tapi keberuntungan itu seolah berhenti mengikuti saat kakinya melangkah masuk melewati gerbang utama Desa Metanoia.Sejak awal kedatangan, dirinya sudah mengalami berbagai pelecehan dan keanehan. Dari ditatap sedemikian rupa, di-intip saat mandi, menemani teman kelompoknya untuk menyaksikan perzinahan, difitnah, diculik, dan sekarang disekap yang belum diketahui tujuannya.Apa ini derita orang cantik? Tentu bukan! Ini de
last updateLast Updated : 2024-03-08
Read more

(66) Rumor latar belakang Desry

Hari yang cerah tidak selamanya dinanti dan diharap, begitu pula dengan hari yang mendung tidak selalu ditolak dan dibenci. Berjalan tanpa suara tiga wanita menuju pendopo kebun terdekat, menghampiri seorang wanita lainnya yang masih duduk bersandar dengan tatapan kosong ke area perkebunan."Des," panggil wanita berambut cokelat yang tergerai bebas, "lo baik-baik saja, kan?" tanyanya dengan harapan cemas dan menjaga intonasinya agar tetap terjaga dan tidak menyinggung."Hm," deham wanita yang biasa disebut Desry, mengangguk pelan ia tanpa sedikitpun melirik lawan bicaranya, seolah area perkebunan begitu menarik untuk terus diperhatikan."Ah," desah wanita lainnya bernama Vina, sebagai mahasiswi akhir dari jurusan psikologi kepribadian dan sosial, dirinya sudah tahu hal yang dirasa dan dipikirkan Desry sebagai korban upaya pelecehan, "ya sudah kak, kita harus tetap lanjut kerjakan tugas. Tolong titip Desry, ya kak," lanjutnya pada seorang wanita desa yang cukup dekat dengan mahasiswa s
last updateLast Updated : 2024-03-09
Read more

(67) Kemana Danang?

Berdiri mematung dua insan berbadan semampai, mata mereka tertuju pada tiga pria dari kelompoknya yang berada di dalam lubang galian untuk tempat pembuangan, "minggir dulu minggir!" seru seorang pria bersuara cukup tinggi, mengejutkan dua insan yang tadi terdiam.Spontan keduanya bergeser dan memilih untuk berdiri di bawah pohon kelapa, bukan karena hawa sejuk dari semilir angin pantai, namun karena bawah pohon sudah pasti tidak dilewati para pekerja. Walau sudah sekian masalah dialami dan terjadi, walau hampir tidak ada kata maaf dan perasaan legawa, dan walau para pria desa secara nyata saling kontra dalam berprinsip hidup dengan mahasiswa, tapi mereka memiliki kerja sama yang baik untuk mengerjakan saluran pembuangan.Menggali aliran untuk pipa ke lubang pembuangan, memasang pipa, membawakan pipa, memotong pipa, sampai memeriksa kokohnya dinding bata pada setiap sisi dari lubang galian. Sungguh hubungan yang berbeda antara wanita desa dengan mahasiswi yang masih tetap bersitegang,
last updateLast Updated : 2024-03-10
Read more

(68) Danang melaut

"Lo enggak suka kalau lagi diskusi ditinggal Afrian, tapi kita lagi diskusi malah lo pergi gitu saja," oceh Liona setelah mengejar Vina dan kini berjalan di sebelahnya."Ya lo kelamaan jawabnya," kata Vina begitu santai menanggapi ocehan temannya."Enggak selama itu juga ya sampai bisa jadi alasan lo pergi," sahut Liona membuat Vina terkekeh pelan."Ya sudah iya, gue yang benar," tukas Vina sontak membuat Liona membuka matanya lebar dan menghentikan langkah sejenak.Bisa-bisanya Vina menggunakan intonasi seolah sedang mengakui kesalahan, tapi kata-kata yang digunakan sama sekali tidak mencerminkan bahwa ia mengakui kesalahannya, justru mengaku bahwa dirinya benar, "ergh!" erang Liona kembali melangkah lagi dan menghampiri Vina yang sudah duduk berhadapan dengan dua laki-laki, di bangku panjang nan lebar dari anyaman bambu."Jadi gimana, Af?" tanya Vina terdengar seperti langsung pada inti pembicaraan, "dosen mau dikasih tahu atau enggak?" katanya lagi menegaskan arah pertanyaan."Kasih
last updateLast Updated : 2024-03-11
Read more

(69) Tanpa Tangan?

"Memang, tapi kan kalian juga yang bilang kalau cewek-cowok itu sama. Ya sudah biar Pak Danang uruslah itu, biar cewek bisa melaut juga, diajar mereka," ujar salah satu pria desa melanjutkan kegiatannya memasang pipa menggunakan lem pipa, tentu dibantu oleh sesama pria desa.Sedangkan Afrian dan Erwin yang berada di dekat lubang penggalian pun bertukar tatap, mengernyit keduanya dan merasa heran sekaligus aneh dengan jawaban warga desa, "seharusnya enggak semudah itu mereka mengubah cara berpikir, kan?" gumam Afrian bertanya pada Erwin yang hanya mengangguk.Anggukan yang membuat Afrian terdiam dalam rasa bingungnya, walau Erwin terlihat acuh tak acuh, namun Afrian dapat menduga bahwa pria rambut kribo itu memikirkan hal serupa dengannya. Begitu pula dengan Vina dan Liona yang terdiam satu sama lain, memandang kosong ke hamparan laut luas, "kayak ada yang aneh," kata Liona pelan yang disambut dehaman pelan oleh Vina, deham yang bermakna setuju dengan perkataan itu.Sedangkan Angga, ke
last updateLast Updated : 2024-03-12
Read more

(70) Suara aneh dari gudang

Jerit dan teriak yang tersumpal kain terdengar tidak jelas saling bersahutan, ada emosi yang terasa dan ada pula tangis yang terdengar di antara suara tertahan. Bunyi kursi yang terbentur berulang kali menjadi bagian antara suara jerit tersumpal, "berisik!" bentak seorang pria menghasilkan gema yang terdengar beberapa kali.Bentakan yang sontak menghentikan suara maupun bunyi dari kursi, mengheningkan keadaan sekitar seolah tidak pernah ada jerit pilu yang tersumpal. Pria berbadan sedikit bongkok dengan perut buncit menghiasi badannya berjalan santai, matanya terus menatap ke orang-orang yang terikat di kursi dengan mata tertutup dan mulut tersumpal.Senyum simpul dengan tawa kecil memecahkan keheningan yang terjadi, tawa yang juga membuat orang-orang terikat itu kembali merasa gelisah. Kepalanya bergeleng-geleng pelan, hampir bersamaan terdengar lagi jeritan bernada protes, "hhhmmm!"Satu ... dua ... tiga dan seterusnya. Berawal dari hanya satu orang yang kembali menjerit, beberapa o
last updateLast Updated : 2024-03-13
Read more
PREV
1
...
56789
...
13
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status