KKN Di Desa Metanoia

KKN Di Desa Metanoia

last updateLast Updated : 2024-05-07
By:  SyasaRanniCompleted
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
26 ratings. 26 reviews
125Chapters
2.1Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Metanoia. Salah satu desa kecil tertinggal yang hanya dihuni kurang dari tiga puluh orang, wilayah terpencil yang berada jauh di pelosok kota dekat pesisir pantai. Desa yang memiliki akses amat terbatas dengan sinyal dan listrik, seringkali menjadi desa yang menarik untuk dipelajari pengamat budaya dan lahan pembelajaran untuk mahasiswa berbagai bidang, mengingat betapa tertinggalnya desa itu. Namun, kerasnya karakter sang kepala desa yang mendominasi. Membuat orang yang hendak berkunjung, harus membuat janji yang hampir selalu dibatalkan dan ditolak. Meski begitu, ada satu kelompok mahasiswa dari kampus swasta ternama yang diterima untuk KKN. Bukan tanpa alasan, kelompok itu diterima karena seorang wanita pemberontak dari desa.

View More

Chapter 1

Telepon Yang Aneh

"Halo ... halo, ini orang-orang yang kemarin datang ya?" Sambungan telepon aneh terdengar jelas oleh seorang wanita, sambil mengubah posisi duduknya ia kembali mendengar, "ini dari desa Metanoia. Kalian bisa kuliah di sini kapanpun, terus cari pak Ujang. Terima kasih."

Belum sempat wanita itu menyahuti, sambungan telepon itu berakhir. Ada rasa takut sekaligus heran, saat dirinya sebagai wakil ketua kelompok KKN memang sudah sewajarnya dia meninggalkan nomor telepon di lokasi KKN yang dituju. Tapi, bukan berarti disaat bersantai menunggu kabar, harus menerima telepon aneh yang sama sekali tidak beretika.

Hendak hati mengabaikan sambungan telepon tadi dengan berbaring dan melanjutkan nonton drama, justru ponselnya kembali berdering menandakan ada sambungan telepon lagi yang harus dijawab. Tertera nama 'Afrian Firmansyah', membuat wanita itu langsung menjawabnya, "kenapa, Pak ketua?" sambut wanita itu tetap membaringkan dirinya santai.

"Lo dapat telepon dari cewek asing, enggak? Bilangnya sih dari Desa Metanoia." Suara pria dari sambungan telepon itu cukup membisukan segala kemungkinan dalam benak, "Vin ... Vin. Arshavina Citrani!" seru suara dari sambungan telepon, seruan yang tentu saja mengembalikan kesadaran wanita dengan liontin bulan sabit itu.

"Sebentar, Af ... gue lagi mikir," tegas wanita itu, "gue juga terima telepon itu barusan, gue kira cuma orang gabut. Suaranya kayak buru-buru panik gitu, enggak sih? Gue kagak dikasih kesempatan buat ngomong," lanjutnya membeberkan hal yang baru terjadi.

"Oh berarti lo juga dapat, Vin?" sentak Afrian yang dijawab dehaman singkat dari Vina, "terus gimana sekarang? Itu cewek enggak ada bilang waktu kita harus ke sana, cuma bilang kapanpun terus cari Pak Ujang. Kasih tahu anak-anak lain, jangan?"

"Jangan!" tukas Vina cepat, "Entar batal KKN kita kalau ganti tempat lagi cuma gegara yang lain takut, kemarin saja sudah diancam kampus kan karena kita tolak tempat yang ditentukan?" Afrian menyetujui ungkapan peringatan dari kampus pada kelompoknya.

"Kita langsung ke sana saja?" tanya Afrian terdengar kebingungan yang amat jelas.

"Tanya dosen pembimbing kita saja enggak, sih?" Saran Vina dengan suara yang jelas menyuratkan keraguan, "atau langsung saja kabarin yang lain termasuk dosen kalau kita diterima, terus minta dosen antar sambil urus formalitasnya? Mereka kayaknya juga enggak bakal berani aneh-aneh, dosen kita tampangnya lebih seram dari kepala desa Metanoia, kan?" terang Vina yang terdengar konyol oleh Afrian.

Terjadi keheningan dalam sambungan telepon itu, sesekali hanya terdengar helaan napas dari Vina dan Afrian yang bergantian, "oke, ini cukup jadi rahasia kita saja, dari pada enggak jadi KKN terus lanjut semester buat pendaftaran KKN semester berikutnya, gue sih ogah. Gimana?"

"Oke, besok?" Afrian menyetujui tanggapan Vina yang cukup cepat, "lo kabari yang cowok, gue kabari yang cewek. Lo juga jangan lupa kabari dosen, kita kumpul di gapura perbatasan kota."

"Siap, terus yang harus dibawa besok entar gue kirim di grup pesan," ucap Afrian sesaat sebelum Vina mematikan sambungan telepon.

***

Tiga kendaraan roda dua dan satu mobil telah berkumpul di titik kumpul yang ditentukan, keakraban yang terpaksa terjalin dari mahasiswa beda fakultas cukup membuat kecanggungan satu sama lain. Meski begitu, komunikasi yang erat dan rutin selama tiga pekan terakhir berhasil membangun kekompakan yang membuat kelompok itu bertahan.

Penentuan kelompok KKN dari pihak kampus dengan lokasi yang telah ditentukan harus berakhir penolakan. Bukan tanpa alasan, enam mahasiswa dari beda fakultas itu sepakat ingin melakukan KKN di desa terpencil yang terkenal mengerikan di pelosok kota dekat pesisir pantai. Menguji adrenalin sambil mengasah kemampuan dan mencari pengetahuan, adalah bekal keinginan dasar tekad mereka mengganti lokasi KKN.

Tembok besar menyamping yang dibangun permanen tidak terawat, dengan pintu besi di sisi kiri bangunan tergembok rantai menjadi pemandangan pertama yang didapati oleh tujuh orang itu, "kalian benar KKN di sini?" tanya dosen yang bertanggung jawab atas kelompok mahasiswa yang dibimbingnya.

"Iya, kita sudah pernah ke sini kok pak buat kasih surat permohonan," jawab Vina kemudian mendekat ke pintu besi itu, lalu mengetukkan gembok yang berada di antara mata rantai ke pintu. Yang tentu saja menimbulkan suara cukup memekakan telinga, sebab kecepatan tangan Vina seperti orang hendak menagih utang.

Sampai kemudian muncul seorang pria tua dengan tongkat di tangannya, jalan terbungkuk dan didampingi oleh pria dewasa di sampingnya, "hm ... rekan mahasiswa yang kemarin datang?" Vina mengangguk dan tidak melunturkan senyumnya sedikit pun, "memangnya saya sudah beri kabar bahwa kal ...."

"Aku ... aku telepon mereka kalau mereka diterima," potong pria tua itu yang ditanggapi baik oleh pria dewasa di sampingnya, "saya Ujang, saya pemangku adat di sini. Kalau ini Danang Harja, kepala desa," lanjutnya memperkenalkan diri sambil Danang membuka rantai yang bergembok di pintu besi.

Pembukaan pintu besi itu menjadi tanda bahwa enam mahasiswa benar-benar diterima dan disambut, tidak banyak yang bisa dilakukan Vina setelah melangkahkan kakinya masuk ke desa itu. Pengurusan administrasi yang dilakukan Danang dengan dosen pun terbilang singkat, tidak sampai satu jam kedatangan pun dosen sudah pamit untuk meninggalkan kelompok yang dibimbingnya.

Kepergian dosen itu menjadi tanda tidak tertulis dan tidak terucap, bahwa kegiatan kuliah kerja nyata mereka telah dimulai. Tanda yang tentu saja membuat Vina dan Afrian merasa kebingungan, perasaan berkecamuk yang seolah mengatakan bahwa keputusan yang diambilnya adalah kesalahan.

"Erina," panggil Danang ke seorang wanita yang sedang lewat membawa sebakul ikan, tempat pengurusan administrasi memang berhadapan langsung dengan pantai.

Wanita itu berjalan cepat menghampiri, pakaian daster tipis cukup mencerminkan kondisi perekonomian desa ini. Meski jelas berbanding terbalik dengan pakaian berbahan bagus secara kasat mata yang dikenakan Danang, "ini orang-orang kuliah yang waktu itu saya bicarakan, ajak mereka keliling desa terus tempatkan mereka di rumah bapakmu ya."

"Iya," jawab wanita dengan daster tipis dan rambut yang terlihat kusut tak terawat itu, jawaban yang terdengar penuh kepatuhan walau sedari tadi wanita itu sama sekali tidak mengangkat kepalanya, "ayo ikut aku," katanya langsung mengambil langkah mendahului para mahasiswa, bahkan sama sekali tidak memberikan kesempatan untuk mahasiswa memakai tas atau menyiapkan diri.

Sepanjang jalan kaki yang dilakukan, tidak ada obrolan satu sama lain atau jalan yang beriringan ke samping. Justru mereka saling jalan berbaris ke belakang seolah jalan yang dilewati hanya untuk satu orang, "Erina ya tadi namanya?" bisik Vina ke Afrian yang berada di depannya, pria yang menjawabnya hanya dengan acungan ibu jari.

Sedangkan empat teman lainnya, hanya sibuk dengan pemandangan dan pengamatan yang khas pesisir pantai. Jelas berbanding terbalik dengan kesibukan pikiran Afrian yang terus melawan perasaan tidak enak di benaknya, "suaranya mirip sama cewek yang telepon kita kemarin, kan?" bisik Vina lagi yang kali ini mempercepat langkahnya dan berjalan beriringan dengan Afrian.

Pria dengan potongan rambut cepak khasnya itu melirik tajam, dengan mata menyipit ia terus melirik Vina yang terlihat gelisah, "iya," jawab Afrian pelan.

"Tapi kenapa dia nunduk saja ya tadi ke Pak Danang?" tanya Vina lagi dengan suara pelan, mengikuti tekanan suara yang digunakan ketua kelompoknya.

"Jangan dibahas sekarang, nanti kalau ada momen kita bahas lagi," sahut Afrian lalu berjalan cepat, meninggalkan Vina yang termenung untuk sesaat dan kembali berjalan tanpa niat menyamakan langkahnya dengan Afrian.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

10
100%(26)
9
0%(0)
8
0%(0)
7
0%(0)
6
0%(0)
5
0%(0)
4
0%(0)
3
0%(0)
2
0%(0)
1
0%(0)
10 / 10.0
26 ratings · 26 reviews
Write a review
default avatar
Baby Yangfa
ceritanya keren pake banget. makin lama makin penasaran.. semangat terus updatenya akak author kesayangan, jago banget deh emang kalau udah bikin genre thriller
2024-05-03 00:19:25
0
user avatar
Rossy Dildara
ceritanya menarik, semangat kak ......
2024-03-26 11:56:49
0
user avatar
urstory
Ceritanya menarik kak, lanjutkan!!
2024-03-21 15:30:45
0
user avatar
Khilyatul Aulia
Halo Kakak. Ceritanya keren ...
2024-03-20 23:13:46
0
user avatar
Iyustine
seruuu, semangat ya thor
2024-03-20 17:53:44
0
user avatar
Stefani
Ceritanya keren! Udahama gak baca genre begini. Semangat Thor ...
2024-03-20 17:30:25
0
user avatar
sweetchocosin
mantap, kak. semangatt...genrenya menarik bangett
2024-03-20 17:16:04
0
user avatar
Melisristi
Sereeemm, menegangkan, greget, semuanya bercampur jadi satu. huhu. kereenn
2024-02-20 16:41:57
0
user avatar
AlfaMumtazah86
Salam kenal, Kak ...... semangat selalu nulisnya ...
2024-01-30 11:18:56
0
user avatar
Saraswati_5
ceritanya bagus dan buat penasaran, semangat terus up-nya
2024-01-27 11:42:06
0
user avatar
Rosa Rasyidin
ditunggu kelanjutannya
2024-01-26 13:51:36
0
user avatar
DLaksana
ceritanya menarik ..lanjut thor
2024-01-26 04:28:12
0
user avatar
Amih Lilis
Ceritanya seru kak ... tegang bet ini ....
2024-01-26 03:45:00
0
user avatar
Sari N
mantap menegangkan. lanjut kak
2024-01-25 23:47:54
0
user avatar
My_ndrati
Ceritanya seru thor
2024-01-25 22:20:29
0
  • 1
  • 2
125 Chapters
Telepon Yang Aneh
"Halo ... halo, ini orang-orang yang kemarin datang ya?" Sambungan telepon aneh terdengar jelas oleh seorang wanita, sambil mengubah posisi duduknya ia kembali mendengar, "ini dari desa Metanoia. Kalian bisa kuliah di sini kapanpun, terus cari pak Ujang. Terima kasih."Belum sempat wanita itu menyahuti, sambungan telepon itu berakhir. Ada rasa takut sekaligus heran, saat dirinya sebagai wakil ketua kelompok KKN memang sudah sewajarnya dia meninggalkan nomor telepon di lokasi KKN yang dituju. Tapi, bukan berarti disaat bersantai menunggu kabar, harus menerima telepon aneh yang sama sekali tidak beretika.Hendak hati mengabaikan sambungan telepon tadi dengan berbaring dan melanjutkan nonton drama, justru ponselnya kembali berdering menandakan ada sambungan telepon lagi yang harus dijawab. Tertera nama 'Afrian Firmansyah', membuat wanita itu langsung menjawabnya, "kenapa, Pak ketua?" sambut wanita itu tetap membaringkan dirinya santai."Lo dapat telepon dari cewek asing, enggak? Bilangnya
last updateLast Updated : 2023-12-02
Read more
Di-intip saat mandi
Sisa hari usai pengenalan diri dengan lingkungan dan warga setempat, enam mahasiswa itu kembali ke rumah kayu yang terdiri dari tiga kamar tidur dan dua kamar mandi. Pengamatan lingkungan yang dilakukan sepanjang pengenalan tadi, menjadi landasan awal mereka menentukan program kerja yang hendak dilakukan."Vin," panggil seorang wanita dengan potongan rambut lurus persegi, "lo merasa aneh enggak sih sama cewek yang bimbing kita tadi?""Maksud lo Kak Erina, Des?" tanggap Afrian pada wanita bernama lengkap Icasia Desry Putri itu, wanita yang terkenal di media sosial karena konten kehidupan sehari-harinya, sebagai anak tunggal dari orang terkaya ketiga di negeri.Wanita itu mengangguk dan menjawab, "Rambutnya enggak diurus banget, enggak banyak omong, matanya kayak penuh dendam gitu sih gue lihat. Dia juga langsung nunduk setiap kita papasan sama cowok, enggak ada tuh dia kenalin kita ke warga cowok yang papasan tadi.""Ya terus?" sahut Vina sambil bersandar memainkan gim bebas jaringan in
last updateLast Updated : 2023-12-02
Read more
Rumor dan keadaan
"Heboh amat, kenapa lo?" sahut perempuan berambut ikal, perempuan yang sedari tadi menemani Desry di dalam kamar."Gue tanya lo ya, Dandeliona Sufina. Lo bakal heboh enggak, kalau tahu ada cowok dewasa lagi ajarin anak kecil memainkan kelaminnya?" tanya Vina kian menekankan kata demi kata yang diucapkan, "enggak sangka kan lo?" lanjutnya setelah melihat ekspresi Desry dan temannya yang disebut sebagai Dandeliona."L-lo tahu darimana?" tanya Desry dengan kegugupan yang terdengar jelas dari suaranya, hal wajar jika mengingat dirinya yang baru saja diintip saat mandi."Itu dua bocah yang tadi jemput kak Erina, mereka lihat langsung ada cowok lagi ajarin bocah kayak gitu," jawab Vina disambut anggukan setuju oleh dua teman laki-lakinya, dua orang yang sempat diperintahkan Afrian untuk menjemput Erina karena keberadaan pria botak."Biar apa?" pungkas Liona melihat tanda keseriusan dari teman-temannya."Jangan-jangan, rumor itu benar," gumam Desry dengan kegelisahan yang tidak dapat ia sembu
last updateLast Updated : 2023-12-03
Read more
Keanehan lagi dan lagi
Jawaban Vina yang langsung diucapkan begitu saja, tentu membuat Afrian sontak menoleh dan melihat ke arah Vina. Pria dengan rambut cepak itu tersenyum masam dan kembali mengumpulkan fokusnya pada Erina, untuk segala hal terkait memang harus segera dibahas empat mata bersama Vina."Dia enggak ngomong apa-apa?" tanya Erina memastikan jawaban Vina, pertanyaan yang segera mendapat anggukan dengan senyum simpul penuh keyakinan, "ya sudah kalau begitu."Baru saja Erina hendak berdiri, niatnya harus diurungkan saat pria berambut kribo dengan komik di pangkuannya berkata, "Kak, untuk makan atau konsumsi kita selama di sini gimana?"Tidak ada sahutan yang seiras dari sesama mahasiswa, tetapi pertanyaannya cukup mewakilkan, "oh ... itu bisa langsung ke rumahku kalau kalian lapar, bisa dibawa juga kalau malas bolak-balik," jawab Erina yang mendapat dehaman panjang dari enam mahasiswa itu, "kamu namanya siapa?" lanjut Erina bertanya pada pria berambut kribo itu."Erwin Widianto, panggil Erwin atau
last updateLast Updated : 2023-12-06
Read more
Gudang Berbau Busuk
Langit telah gelap dengan taburan bintang di angkasa luas yang hanya bisa dipandang, bersama cahaya bulan purnama yang lebih dominan menarik perhatian, lima mahasiswa beriringan jalan menuju rumah. Cahaya ponsel yang tidak seberapa cukup membantu penglihatan, setidaknya mereka harus sudah mulai membiasakan diri dari terbatasnya akses listrik.Baru sampai di depan pohon mahoni yang berada dekat penginapan, Afrian terhenti dan memutar arah tubuhnya untuk melihat ke anggota kelompok yang ia pimpin. Sedari tadi, memang Afrian berjalan di paling depan, "Kemana Angga?" tanya pria itu langsung menimbulkan kecemasan dari anggota kelompoknya, apalagi mengingat Angga sore tadi berpamitan untuk mencari sinyal di dekat tiang pemancar sinyal, tiang yang jelas berada tidak jauh dari gudang terlarang milik kepala desa."Masih di tiang sinyal kali," celetuk Erwin menjawab."Ya sudah ayo kita jemput, yang cewek masuk duluan saja," tukas Afrian menyerahkan kunci ke Vina, lalu menarik lengan Erwin untuk
last updateLast Updated : 2023-12-07
Read more
Katanya, wajar!
Kegelapan gulita memaksa mata untuk dapat melihat dalam gelap meski hampir mustahil rasanya, hanya kepekaan diri yang menguatkan kesadaran. Vina kembali menyalakan ponselnya dan menjulurkan tangan sambil memperhatikan sekitar, hanya dengan bekal melalui cahaya ponsel temaram."Gue punya ide," bisik Vina yang terdengar jelas oleh lima temannya, bisikan yang terasa seperti ucapan akibat keheningan, "kita ikuti mereka, tadi gue lihat ada kayak cahaya lentera. Gimana?""Ngapain?" sahut Desry langsung membuat tangan Vina yang memegang ponsel untuk terjulur ke depan wajahnya."Gue enggak mau basa-basi. Yang mau ikut ya ayo, yang enggak mau ikut silakan tidur," tukas Vina mematikan ponselnya lalu terasa wanita itu berdiri, getaran tipis dari lantai kayu cukup menyuratkan ketegasan wanita itu."Vin ... Vin," panggil Afrian yang tidak lagi menjaga intonasi suaranya, "jangan gegabah," lanjutnya dengan bantuan sorotan senter ponsel dari empat anggota kelompok.Sesaat langkah Vina terhenti, namun
last updateLast Updated : 2023-12-30
Read more
Erina Disuruh?
Ufuk timur telah mengintip dengan sinar jingga dan berkas cahaya ungu yang turut menyinar samar, tidak ada bunyi ayam berkokok atau lalu lalang kendaraan yang khas para mahasiswa dengar setiap harinya. Hari kedua telah dimulai, setelah segala kegilaan mereka lewati kini harus kembali berhadapan dengan wajah kepalsuan, layaknya maling yang tidak mengetahui sandi brankas penyimpanan barang berharga.Tangan direnggangkan ke atas sambil menguap lebar, mengabaikan wajah yang mungkin terlihat aneh dengan rambut acak-acakan dan mata yang masih terpejam. Sensasi mager alias malas gerak adalah hal biasa yang dirasakan orang-orang setiap paginya, orang yang hanya sudah mengetahui rutinitas monoton atau rutinitas yang tidak diketahui. Rasa yang tentu saja tidak bisa dimiliki oleh orang yang sudah menunggu hari, merencanakan sesuatu, atau memang menunggu hal tertentu.Baru saja mata mengerjap untuk menyesuaikan segala yang hendak dilihat, senyuman konyol menyapa satu sama lain di antara tiga wanit
last updateLast Updated : 2024-01-01
Read more
Wanita Kota Kurang Ajar
"Oke kak sampai jumpa lagi," ujar enam mahasiswa itu serempak sambil melambaikan tangannya tanda perpisahan sementara.Melihat Erina sudah menjauh dari area rumah sementara, kelompok itu pun bergegas masuk dan berkumpul lagi di kamar terpojok, "jadi yang suruh Agus? Lo tahu cowok itu?""Suami Erina," jawab Angga atas pertanyaan Vina pada Afrian, "gue dengar namanya dipanggil saat gue lihat dia ajarin anak kecil buat memainkan kelaminnya demi kepuasan, gue juga dengar namanya semalam saat kita amati rumah itu," lanjutnya yang langsung mendapat jentikkan jari dari Vina."Benar, gue lupa!" ucap sang wakil ketua kelompok sambil tersenyum masam."Jadi kita juga diawasin dong?" tanya Desry sambil mengganti baterai kameranya dengan baterai cadangan."Wajar, semua tamu juga diawasin pemilik rumah," sahut Afrian menyiratkan bahwa, wajar baginya bila mahasiswa diawasi warga desa saat proses KKN."Tapi apa harus sampai suruh orang buat ke rumah ini cuma buat kasih penjelasan kayak intimidasi begi
last updateLast Updated : 2024-01-03
Read more
Erina VS Wanita Desa
Duduk di tanah kering yang telah menjadi pijakan depan rumah, tiga mahasiswi dan para wanita desa berkumpul di rumah Erina. Seperti biasa saat hendak membersihkan, merapikan dan mengikat sayuran yang dipanen, rumah Erina yang terbilang memiliki halaman cukup luas tentu menjadi tempat berkumpul."Kamu anak cantik, yang pakai anting depan belakang kuping, siapa namanya?" tanya Muniroh pada Desry yang sesaat terdiam memikirkan omongan wanita paruh baya itu.Sejanak Desry berpikir bahwa kalimat yang digunakan Muniroh sangat berantakan dan membingungkan, namun sekejap kemudian dia menyadari bahwa wanita di desa tidak mendapat izin untuk belajar, "Icasia Desry Putri, panggil Desry saja ya bu," jawabnya dengan kesopanan yang palsu."Oh Desry," timpal wanita itu yang hanya ditanggapi senyum canggung, "kamu jangan kayak teman-teman kamu itu ya, enggak ada sopannya sama orang tua. Sudah berbuat salah, kurang ajar, kupingnya budek kalau dibilangin, enggak minta maaf juga," lanjutnya yang tentu s
last updateLast Updated : 2024-01-08
Read more
Ayah Erina Dibunuh
Desis dengan rasa sakit mendampingi tiga mahasiswi dan seorang wanita muda dari desa, keterampilan sederhana tangan Vina menepukkan kapas basah di kaki Erina, "tahan ya, nanti agak perih," ucap wakil ketua kelompok itu pada pasien dadakannya.Meneteskan obat merah untuk membunuh kuman sekaligus mencegah infeksi, ringis pelan dengan desis terdengar jelas dalam keheningan ini. Memasangkan plester khusus luka dan pengobatan sederhana selesai, Vina tersenyum kecil pada Erina yang mengulum senyum lebih dulu."Mau tolong aku urus sayur lagi, enggak? Biar besok bisa dijual Agus ke kota," kata Erina yang ternyata menambah kebungkaman bagi para mahasiswi.Ada begitu banyak pertanyaan, ketakutan, dan kegelisahan yang mahasiswi simpan membuat mulut mereka terbungkam serentak. Tak disangka, Erina kembali berucap, "Kalian takut sama mereka? Seharusnya kalian takut sama Danang si kepala desa sama Agus suamiku.""Hah?" tukas ketiganya serentak."Sudah ah, mau tolong aku enggak?" tegas Erina membuat
last updateLast Updated : 2024-01-09
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status