Home / Thriller / KKN Di Desa Metanoia / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of KKN Di Desa Metanoia: Chapter 71 - Chapter 80

125 Chapters

(71)

Jalan bersama namun tidak beriringan, saling berdiam diri dan terfokus pada dua plastik besar yang dibawa di kedua tangan. Terhembus napas Vina saat tiba di depan rumah, segera ia duduk di teras bangunan kayu itu kemudian menyandarkan diri di tiang penyangga rumah.Belum lama Vina memejamkan mata, kakinya yang terselonjor bebas mendapat beberapa tepukan pelan, memaksanya untuk kembali membuka mata dan mengulum senyum meski seberkas kekesalan ada dalam benaknya. Hanya ingin istirahat sekejap, hanya ingin mengatur napas sebentar, dan hanya ingin menenangkan mata yang terasa panas."Kuncinya mana?" tanya seorang wanita desa dengan rambut terikat asal dan selalu terlihat kusut.Mengernyit mahasiswi itu lalu menoleh ke arah pintu, menyipit matanya sebelum kembali terpejam lagi dengan helaan napas, "kenapa?" kata wanita desa bernama Erina Handayani itu, terlihat berekspresi bingung atas reaksi Vina."Kuncinya ada di Afrian," jawab Vina tersenyum kecut seraya membuka kedua matanya lagi, "mat
last updateLast Updated : 2024-03-14
Read more

(72) "Dia jual orang"

Cahaya sejauh mata memandang terlihat hampir tidak tergapai, genangan air telah membasahi seluruh tubuh seorang wanita yang masih saja terbaring lemah di atasnya. Mengerjap ia meski tahu bahwa yang ditemukan tetap hanya kegelapan dengan seberkas cahaya yang jauh, terhela napasnya perlahan sembari beranjak untuk duduk.Mata sendunya menatap ke cahaya yang jauh, menduga kejauhan yang tepat hanya dari penglihatan, dan menghitungnya untuk segera dicapai dengan tubuh yang terasa sangat lemas juga lelah. Ditelannya liur yang terasa sulit dan menyakiti kerongkongan, menghasilkan desis dengan dahi yang spontan mengernyit."Vina ... Vina!" panggil sebuah suara yang terdengar menggema, suara yang tidak diketahui sumbernya.Wanita bernama lengkap Arshavina Citrani itu terus menoleh ke segala arah, menyebar pandangannya secara acak dalam harapan cemas untuk menemukan sosok yang memanggilnya. Suara itu cukup familiar di telinga, suara perempuan yang memiliki ketegasan dalam suaranya, ia tahu pemili
last updateLast Updated : 2024-03-15
Read more

(73) 20 menit sebelumnya

(20 menit sebelumnya)"Loh, sepi banget. Erina sama Vina, kemana?" tanya seorang pria berambut kribo yang baru saja tiba.Area belakang rumah yang terbuka, dengan tungku kompor kayu bakar yang terlihat masih menyala apinya. Melongok pria itu sambil membuka tutup panci yang terbuat dari tanah liat, mengernyit ia lalu menoleh pada dua wanita yang terdiam di anak tangga dekat pintu menuju dalam rumah, "sayur apa ini? Kok ikan direbus?""Apa salahnya ikan direbus?" sahut wanita berambut ikal dengan ketusnya, "makanan mulu," lanjutnya menggerutu setelah melihat pria itu justru terkekeh ringan atas reaksi ketusnya."Jangan galak-galak dong, cantik," goda pria berambut kribo sambil memainkan alis dan senyum mengejek."Terusin saja, keluar dari desa ini gue buat laporan, kalau Erwin Widianto anak sastra melakukan pelecehan saat KKN," kata wanita berambut ikal itu menyambut godaan temannya, walau ia tahu hanya canda semata, namun ia juga tahu bahwa di sebelahnya kini ada korban pelecehan.Tida
last updateLast Updated : 2024-03-16
Read more

(74) 5 menit sebelumnya

(5 menit sebelum Vina sadar, narasi dari sudut pandang teman-teman Vina)"Gimana, Af?" tanya Erwin sambil melangkah masuk ke ruang utama rumah, ruang yang dapat terlihat langsung dari halaman dan teras rumah, dan ruang yang tidak cukup luas jika dibanding dengan ruang tidur.Afrian menggeleng seraya kepalanya tetap tertunduk, "dia sama sekali enggak merespon, padahal sudah gue kasih minyak aromaterapi di sekitar hidungnya.""Sabar dulu, Af," kata Liona menepuk pundak ketua kelompoknya, tepukan pelan dan singkat yang menandakan bahwa dirinya juga merasakan hal sama terkait Vina, yaitu khawatir."Kak Erina," panggil Liona secara tiba-tiba membuat semua mata teralihkan padanya, "aku mau tanya, tapi aku harap kakak enggak tersinggung, ya."Raut wajah serius Liona menciptakan suasana tidak nyaman, hening berhasil dikuatkan hanya dari sorot matanya yang tajam dan terfokus pada Erina. Satu tarikan napas yang terasa berat, perlahan dihembuskan sesaat sebelum Liona bertanya, "Kak Erina nikah r
last updateLast Updated : 2024-03-17
Read more

(75) Sulitnya untuk tenang

"Dia jual orang."Hening teramat hening, memekakan telinga akan segala suara yang mungkin saja siap menyakiti. Terdiam membisu tujuh insan muda di ruang utama rumah, ada yang tidak mampu berkata-kata, takut bertanya, bingung untuk berpendapat, dan tidak memahami konteks yang terjadi.Sampai seorang wanita desa kembali berkata, "Aku siapkan sarapan dan makan siang saja dulu ya, ini sudah terlambat banget. Tumben juga mereka enggak marah, bingung deh."Wanita bernama Erina itu bergegas meninggalkan area rumah sementara untuk mahasiswa, meninggalkan enam insan yang masih terdiam tanpa kata dan tanpa bahasa, tidak tahu hal yang dicerna dan yang berusaha dipahami oleh mahasiswa. Dalam pikir Erina, apa yang salah dari menjual orang, sampai anak-anak kota mendadak diam?Senyum tipis terulum setelah Erina berada di jalan setapak, senyum yang terbentuk samar sepanjang ia melangkah menjauhi rumah, dan senyum itu pula yang kian membuat mahasiswa menjadi canggung sekaligus bingung. Dalam pikir Af
last updateLast Updated : 2024-03-18
Read more

(76) Teror?

"Eh mahasiswa.""Kemana saja tadi? Kok tiba-tiba enggak ada?""Berdua saja ini? Yang lain kemana?""Makan yang banyak, biar tambah gede badan kalian.""Mau dibawa ke rumah, ya? Padahal kalian sudah lama enggak makan bareng kita.""Entar habis makan, langsung balik kerja ya."Dan berbagai kalimat basa-basi lainnya yang dapat dijawab singkat atau hanya sekadar senyum canggung belaka, "nah ... ini sayurnya," kata Erina meletakkan satu mangkuk berukuran sedang ke atas nampan yang dipegang Afrian, sementara Liona sedang mengambil lauk."Terima kasih," ucap pria muda itu tersenyum tipis pada Erina."Sudah," kata Liona sambil meletakkan satu piring berisikan ikan goreng hasil pilihannya, ikan yang terlihat cukup besar ukurannya, dengan amat jelas menunjukkan harapan Liona pada ikan itu agar dapat memiliki banyak daging di dalamnya."Ya sudah, kita pamit ya, Pak ... Bu," pamit Afrian sedikit menundukkan badan dan kepalanya sebagai tanda hormat, begitu pula dengan Liona yang disertai senyum me
last updateLast Updated : 2024-03-19
Read more

(77) Panen Kentang

"Sepakat ya buat kelihatan normal?" kata seorang pria muda bersetelan santai, hanya menggunakan celana panjang dan kaus oblong."Hm," deham lima insan muda lainnya sambil mengangguk, masih terlihat ragu karena rasa takut, namun keinginan segera keluar dari desa cukup menguatkan diri masing-masing."Oke, kita ke tempat biasa masing-masing saja buat bertugas. Semangat," ucap pria itu sambil menyimpan kunci di kantung celananya, lalu bergegas meninggalkan area rumah untuk menuju dermaga, diikuti oleh dua pria lain.Sedangkan tiga wanita yang juga bagian dari kelompok KKN, masih saling terdiam di teras rumah dan bergulat dengan pikiran masing-masing. Sampai wanita berkalung liontin sabit menghela napas, dan mengambil langkah lebih awal untuk menuju kebun.Tanpa kata atau seruan, dua wanita lain mengikutinya begitu saja. Dari langkah berderap tanpa pembicaraan menyertai, ketiganya terus melangkah sampai pada tempat tujuan. Area kebun dengan dua pendopo kecil dan satu area duduk terbuat dar
last updateLast Updated : 2024-03-20
Read more

(78) Program Selesai

Sentimen yang terbentuk secara negatif jelas tidak mudah untuk menjadi positif, sentimen negatif yang pasti memicu perselisihan dan perdebatan, sentimen negatif pula yang dapat membentuk perasaan waspada dalam diri seseorang, dan sentimen negatif yang dapat menyatukan banyak orang sesuai tanggapan. Sama halnya yang dirasakan tiga pria muda di bawah pohon kelapa, saling memangku kelapa yang sudah dibuka untuk ditandaskan airnya."Capek banget," keluh pria berambut kribo sebelum menyedot air kelapa dengan sedotan, "kadang gue pikir, cara mereka gunakan akalnya itu gimana?"Pertanyaan kecil terlontarkan itu membuat dua temannya menoleh, berdeham pelan si kribo menanggapi teman-temannya, "memang mereka punya akal?" tanggap pria berkulit putih, kulit putih yang seolah menolak untuk menjadi gelap selama tinggal di Desa Metanoia, kulit yang hanya memerah setiap kali terkena matahari. Didukung dengan pilihan si pemilik kulit, yang amat jarang terlibat dengan aktivitas fisik, dan hanya menguru
last updateLast Updated : 2024-03-21
Read more

(79) Kata si pelacur

Terbuka lebar mata Vina dan Liona kala mendengar suara desahan saling bersahut, bercampur dengan bunyi kulit yang saling bersentuhan cepat. Sontak terkatup bibir kedua insan itu, matanya saling melirik ke arah Desry yang pernah menjadi korban upaya pelecehan, dan Erina sebagai pemilik rumah."Des ... lo enggak dengar, kan?" tanya Vina dengan cemasnya saat mendapati wajah Desry yang sudah memerah."Lo kira gue budek?" sahut Desry menatap tajam Vina, napasnya terlihat sudah memburu."Kak Erina," panggil Liona terlihat berhati-hati hendak menyentuh lutut pembimbingnya, "Kak ...," katanya memanggil lagi setelah tangan berada di lutut Erina."Eh ... hm?" tanggap Erina terkejut, spontan ia mengalihkan pandangannya yang semula ke arah pintu rumah tertutup, kini melihat ke arah Liona, "kenapa?" tanya wanita itu setelah bertemu tatap dengan mahasiswi di hadapannya, tak lupa pula ia mengulum senyum tipis.Menyipit mata Liona guna lebih memperhatikan lagi setiap raut wajah Erina dengan jelas, bu
last updateLast Updated : 2024-03-22
Read more

(80) Dimana motor kita?

"Nama lo siapa?" tanya wanita berambut ikal setelah hening menerpa lima insan di teras rumah, hening datang setelah adanya ujaran wanita desa yang cukup mencemaskan.Amarah dan tangis, dapat terjadi bila ada kejadian yang mengancam nyawa. Kurang lebih, itulah yang mahasiswi pahami dari untaian kata terucap, "Fani, nama gue Fani.""Hm ...," deham panjang wanita bernama Liona, wanita yang berstatus sebagai mahasiswa KKN di Desa Metanoia, dan wanita yang kerap kali bersitegang dengan warga desa terkhusus para wanita desa, "di dalam ada anak kecil?" tanyanya teringat pada ucapan sang pembimbing yang mengatakan, ada anaknya saat aktivitas tak senonoh terjadi."Ada, sudah tidur." Fani menjawab begitu santai sambil menurunkan sedikit gaun, memperlihatkan area belahan dadanya pada Liona, "dia cakar gue pas menyusu."Berdecih tiga mahasiswi itu melihat cara Fani bertingkah, "cih ... iya gue tahu lo jual diri demi duit, tapi jangan terlalu mendalami peran di depan kita," ucap salah seorang maha
last updateLast Updated : 2024-03-23
Read more
PREV
1
...
678910
...
13
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status