Home / Thriller / KKN Di Desa Metanoia / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of KKN Di Desa Metanoia: Chapter 91 - Chapter 100

125 Chapters

(91) Kepala Anakku

Mengangguk pelan seorang wanita desa berdaster tipis yang menggendong baskom basah, terdiam bingung seorang pria muda kota melihat tanggapan kecil itu. Tidak ada kata atau ujaran pendukung, hanya anggukan pelan dengan netra yang bergerak secara acak melihat seisi gudang.Sampai mata wanita itu terhenti ke barisan mayat di depan para mahasiswa yang terikat, tidak ada ekspresi istimewa yang dapat menggambarkan suasana hati si wanita desa bernama Erina Handayani. Merasa cukup aman untuk kembali berupaya melepaskan diri, pria muda kota bernama Afrian itu bergerak cepat membuka ikatan tali di kedua kakinya, dan berdiri hendak menghampiri Erina untuk meminta bantuan.Bruk!Terpangkas habis niat Afrian untuk meminta bantuan Erina saat baskom berisi cucian itu terjatuh, tidak ada langkah yang dilakukan dan tidak ada pula pergerakkan yang dikerjakan. Seolah membeku seluruh tubuh mahasiswa jurusan hukum dan teknologi itu, suasana sekitar gudang pun kian mencekam dirasanya.Berbanding terbalik d
last updateLast Updated : 2024-04-03
Read more

(92)

Satu dua tarikan napas panjang terhembus pelan namun terdengar jelas, peluk paksaan dilepas perlahan sembari mata tidak hentinya tertuju pada wanita berbadan mungil. Kembali duduk tegak wanita itu seraya mengulum senyum tipis dan mengusap kasar pipinya, menghapus jejak air mata mengering sambil kembali menghela napas yang terdengar berat, "kalian kok bisa di sini lagi?" tanya si wanita desa."Diseret paksa ke sini pas kita lagi cari sepeda, dari sini ke kota kan jauh," jawab si ketua kelompok KKN menundukkan kepalanya, masih terasa sangat berat untuk sekadar tersenyum atau melihat senyum."Jadi kita butuh kendaraan atau sesuatu yang bisa bantu kita cepat sampai ke kota, sepeda itu dari dosen kita yang pernah datang ke sini, tapi sepedanya enggak ada." Wanita berambut cokelat menyambung jawaban ketuanya, "pas cari sepedanya tiba-tiba hidung sama mulut aku ditutup kain gitu, pusing kan aku, terus pas bangun sudah di sini. Tangan, kaki, mata, dan mulut diikat kain, sampai kepala kita juga
last updateLast Updated : 2024-04-04
Read more

(93)

Berjalan lunglai enam mahasiswa itu memasuki rumah kayu yang menjadi tempat istirahat dan berkumpul mereka selama lebih dari satu bulan, "aku langsung kunci saja ya kak, kita enggak ikut makan kayaknya." Afrian berucap sambil tetap berusaha mengukir senyum, sebagai bentuk rasa hormatnya pada Erina."Tapi nanti tetap aku bawakan makan ke sini kok," kata Erina membuat Afrian melunturkan senyumnya.Dalam benak pria itu bertanya, siapa yang masih bisa makan setelah berada di antara barisan mayat berbau busuk? Siapa yang masih bisa makan setelah melihat kepala di atas pangkuan seperti yang dialami Vina? Dan siapa yang masih bisa makan setelah melihat kepala menggelinding seperti yang mereka saksikan?"Kalau enggak mau warga desa tahu kalian balik lagi ke sini, nanti aku antar makanannya pas mereka sudah bubar," ujar Erina membuat Afrian cukup gelisah, memikirkan cara penolakan lain berdasarkan pikirannya kini."Enggak kak, kita enggak mau makan, capek soalnya." Afrian terkekeh pelan dengan
last updateLast Updated : 2024-04-05
Read more

(94) "Ini apa?"

Teriak dan jeritan bersatu padu dalam mohonan ampun yang terdengar keras saling bersahut, suara gemetar dengan napas tersenguk cukup membuat telinga yang mendengar berhasil menciptakan gambar kejadian tanpa perlu melihat langsung. Mengernyit seorang wanita dengan matanya yang tetap terpejam, suara pekik yang disusul erangan singkat sesekali terdengar dan membuatnya enggan membuka mata.Rasa takut lebih dulu menguasai pikiran dan hatinya sebelum kemampuan diri untuk membuka mata, menimbulkan rasa enggan dalam benak meski penasaran juga memenuhi pikirannya. Ini mimpi atau bukan? Ini di ruang tidur atau sudah dipindahkan ke gudang lagi untuk menyaksikan penjagalan?"Ah ...." Suara desah bebas begitu saja dari mulut, sesaat sebelum lengannya ditepuk berulang kali hingga memaksanya membuka mata, yang dalam benak terus berharap tidak ada benda tajam yang melayang ke leher saat matanya terbuka."Lo dengar, enggak?" tanya seseorang padanya sesaat setelah membuka mata, mengangguk pelan ia deng
last updateLast Updated : 2024-04-06
Read more

(95) Erina Yang Aneh

Terhenti langkah tiga pria dan dua wanita di dekat temannya yang sudah berdiri depan semak, menunjuk berbagai dedaunan kecil khas semak liar yang terdapat berbagai cipratan berwarna merah. Mengernyit ia seraya menyipitkan mata, hendak hati tangan terjulur untuk menyentuhnya, namun si ketua kelompok bergerak cepat, "biar gue," sentak pria itu menepis tangan temannya, wanita bernama Vina yang sontak melangkah mundur dan menjaga jaraknya dari semak itu.Satu daun kecil dipetik si ketua, mengernyit ia mengamati cipratan bersama dua teman prianya yang tiba-tiba mendekat. Belum sempat ia bereaksi atas dugaan cipratan itu, temannya yang berambut kribo sudah mencolek cipratan itu dan mengendus jarinya.Mata si kribo membulat secara cepat seraya ia mengusap-usap jarinya ke si ketua, ada rasa jijik dan panik yang terlihat jelas dari ekspresinya, "Erwin, kenapa lo? Itu bukan darah, kan?"Beralih si kribo bernama Erwin pada wanita berkulit tan yang bertanya, sedikit melirik ia pada temannya beram
last updateLast Updated : 2024-04-07
Read more

(96) Aku minta tolong

Berjalan cepat pria itu menghampiri Angga yang menggendong Desry, dan Erwin merangkul Liona yang masih dapat berjalan dan memahami situasi. Mengangguk pelan Afrian dan kembali berjalan di depan untuk memasuki rumah Erina, belum sempat enam insan itu menginjakkan kaki di teras rumah, sudah terdengar suara dua senjata tajam terasah.Slash!Menoleh tiga pria itu dan mendapati cipratan darah yang dengan cepatnya menyebar ke segala arah, sontak mereka memejamkan mata sesaat dan kembali membuka mata perlahan. Namun, terbukanya kembali kelopak mata adalah kesalahan terbesar setelah memutuskan KKN di Desa Metanoia.Bagaimana tidak? Cipratan darah berikutnya tepat mengenai wajah dan pakaian mereka, membuat Liona yang berada di samping belakang badan Erwin harus turut merasakan cipratan itu. Membuat Erwin dan Angga spontan memegang tangan Liona, dan menggenggamnya erat guna menopang tubuh yang melemas itu, "ayo masuk," tukas Afrian memberi perintah pada teman-temannya, disusul dengan Angga yang
last updateLast Updated : 2024-04-08
Read more

(97) Erina Kecil [13 tahun lalu]

[13 Tahun Lalu]Hamparan ombak luas di tepi pantai terdengar jelas berderu dan bersahutan, bunyi yang bersahutan dengan suara seorang anak kecil perempuan di tepi pantai. Terduduk seorang diri di batu besar tepi pantai, sesekali pula mengangkat kedua kaki saat ombak menghantam batu tempat ia berada."Aaaaa ...," ucapnya panjang sambil membentuk garis di batu besar yang basah, "B!" seru anak itu melanjutkan ejaannya.C ... D ... E ... dan huruf lainnya pun disebutkan satu persatu setiap kali ombak telah menghantam batu, saat menurunkan kaki maka saat itulah dia mengeja huruf. Sendiri namun begitu asyik dengan dunia yang dibangunnya, sampai ia tiba di huruf Z yang menjadi huruf terakhir dalam alfabet.Merengut anak kecil itu mulai merasa bingung untuk menentukan hal yang perlu dilakukannya, "satu ditambah satu, sama dengan dua," katanya mengingat-ingat perhitungan dasar sambil mengangkat dua tangannya yang mengacungkan jari telunjuk."Ririn!" teriak seorang wanita berusia sekitar dua pu
last updateLast Updated : 2024-04-09
Read more

(98) 13 tahun lalu-2

Terpejam erat spontan mata pria dewasa di samping anak kecil berusia sembilan tahun, terhela napas pria itu pelan yang seringkali ditiru anak kecil di sampingnya setiap kali merasa kesal. Walau dirinya tidak pernah mengatakan bahwa memejamkan mata dan menghela napas adalah cara menahan emosi, tapi anak-anak adalah peniru terbaik."Karena ayah belajar," jawab singkat pria itu tersenyum lebar pada putrinya yang hanya mengerjap."Bapak-bapak yang lain kan juga belajar, tapi bapak-bapak yang lain enggak mau anak-istrinya belajar." Anak bernama Erina itu menyahut dengan cepatnya, sahutan yang tentu membuat sang ayah kembali terbungkam dalam kebingungan, "Ayah malah mau aku sama Ibu belajar, tapi ibu enggak mau belajar makanya ayah sama ibu sering berantem, kan?" lanjutnya membuat sang ayah mengernyit sesaat."Hm ...," deham panjang pria itu bersama kebingungan untuk merangkai kata dan jawaban, "nanti kamu gede juga paham, yang penting kamu jangan sampai lupa buat terus belajar." Sosok yang
last updateLast Updated : 2024-04-10
Read more

(99) Aku mau keluar!

"Gue mau balik ke orang tua gue! Lepas," teriak seorang wanita dalam cengkeraman dua pria di sisi kanan-kiri, teriakan yang ke sekian kalinya diabaikan dan tak didengar, meski suara yang dihasilkan sudah serak dan hampir habis, "lepas!" rengeknya menjerit kembali melompat-lompat dan berontak di antara cengkeraman yang cukup menyakitkan kedua lengannya, tapi rasa sakit cengkeraman tentu tidak cukup membuatnya harus menyerah dari keinginan untuk keluar desa.Suara nyaring dari seorang wanita yang ditonton warga desa, perjuangan atas kehendak yang menjadi tontonan tidak patut begitu menguras fokus warga desa dari aktivitas masing-masing, "Dis ... lo tahu sendiri, kalau sudah masuk ke sini itu enggak boleh keluar lagi," ujar seorang wanita berusia dua puluh tahunan, wanita muda yang memiliki anak laki-laki dengan segala tingkah kenakalan tidak wajarnya."Tapi aku enggak kabur, aku cuma mau ketemu orang tuaku. Aku kangen mereka!" jeritnya lagi menjawab dengan suara tinggi, "aku mau keluar .
last updateLast Updated : 2024-04-11
Read more

(100) Ayah pergi selamanya

Duduk sendirian di teras rumah kayu sederhana, mengayunkan kaki dengan kepala tertunduk sedih bersama kesendirian yang dirasa menyebalkan. Entah jumlah napas yang dihembuskan kasar oleh anak perempuan dengan setelan celana pendek dan kaus pendek, rambut sedikit panjang tidak terikat, dan wajah yang muram kian membuatnya terlihat menyedihkan.Begitu sulit dalam pikirannya mencerna segala perkataan istri kepala desa dan ayahnya, "ah ... mau ke ayah saja," tukas anak yang biasa disapa Erina itu lalu melompat turun dari teras, tidak melewati undakan anak tangga kecil karena rasa malasnya yang menggelora.Melangkah santai karena setidaknya sudah seharian tidak bertemu sang ibu, ada rasa lega dan kesenangan sendiri sebab terbebas dari ocehan dan perkataan kasar seorang Erna Nadia. Meski dalam pikiran ia terus mempertanyakan keberadaan ibunya, tapi dalam benak jelas ia berharap agar tidak bertemu dengan ibunya.Suara keramaian dan sorak dengan segala caci maki terdengar bersahutan, mengernyi
last updateLast Updated : 2024-04-12
Read more
PREV
1
...
8910111213
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status