Home / Pernikahan / Putra Sambungku jadi Suamiku / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Putra Sambungku jadi Suamiku: Chapter 1 - Chapter 10

50 Chapters

Bab 1 : Jodoh dari Tante

“Luna, kemarilah sayang,” panggil Subroto dengan suara nyaris tak terdengar pada putri semata wayangnya yang sedang membaca sebuah buku di ruang santai usai mereka menikmati sarapan pagi di hari Sabtu yang cerah.Luna melirik ke arah Subroto yang saat itu duduk di sebuah kursi roda. Sudah dua tahun ini, Subroto mengalami kelumpuhan setelah mengalami serangan stroke pertama. Tampak Luna menghampiri Subroto yang tengah santai menikmati acara televisi kabel.“Ada apa Pa?” tanya Luna memandang lekat Subroto yang berada persis di sebelah kursi roda lelaki berusia enam puluh tahun.“Sayang, kemarin siang sewaktu kamu di kantor, Om Susetyo datang ke rumah,” ucap Subroto sembari mengecilkan volume pada televisi yang ditontonnya.“Tumben. Untuk apa Om Susetyo ke rumah? Apa dia kesini sama tante Jessica?” tanya Luna dengan raut wajah dan intonasi suara yang seketika berubah.“Dia sendirian ke rumah. Tapi, rencananya malam ini mereka mau ke rumah untuk mengenalkan keponakan tantemu yang baru saj
Read more

Bab 2 : Musang berbulu Domba

Sejak pertemuan pertama antara Luna dan Andrew sebulan lalu, hubungan keduanya semakin dekat. Luna yang selama ini mengambil jarak pada beberapa lelaki yang mendekatinya, mempunyai penilaian baik pada diri Andrew. Terlebih, selama satu bulan ini tak pernah sekali pun, Andrew lupa mengirimkan hadiah berupa bunga segar atau mengirimkan makanan kecil ke kantor Luna. Seperti hari ini, Andrew mengirimkan buket bunga segar dengan menyelipkan kata-kata cinta untuk Luna, hingga wanita cantik itu kian merasa yakin, kalau Andrew adalah lelaki yang selama ini dicarinya. Seorang lelaki yang nyaris sempurna dimatanya.[Luna sayang, bunga yang aku kirim tidaklah secantik hatimu, namun aku yakin keindahan dirimu secantik bunga yang aku kirimkan padamu]Luna telah ratusan kali membaca tulisan puitis Andrew yang memabukkan jiwanya."Baiklah, aku akan tetapkan hatiku untuk Andrew. Aku sudah merasa nyaman sama dia. Kalau satu atau dua bulan lagi dia melamarku, pasti akan aku terima," ucapnya bermonolog.
Read more

Bab 3 : Perselingkuhan Tante & Keponakan

Keadaan kacau yang terjadi di depan restoran itu, membuat beberapa orang yang keluar dan masuk ke restoran tersebut memandang ke arah Andrew, Reza dan seorang sekuriti yang mendengar penjelasan dari kedua belah pihak yang tengah berselisih paham atas seorang wanita yang berada dalam dekapan Andrew.“Pak satpam, wanita ini anak dari bos saya. Tolong, tahan lelaki ini untuk nggak membawa wanita ini ke dalam mobilnya!” seru Reza menghalangi langkah Andrew yang akan membawa masuk Luna ke dalam mobilnya.“Maaf Pak, saya nggak bisa menahan Tuan ini untuk membawa wanita yang diakui sebagai istrinya. Karena mereka memang datang berdua ke restoran ini. Justru Bapak yang harusnya jangan menghalangi Tuan ini," jawab satpam kala melihat penampilan Reza yang sederhana dibandingkan Andrew yang terlihat necis.Melihat Luna yang dipaksa masuk ke mobil oleh Andrew, membuat Reza tak dapat berbuat apa-apa. Hingga ia berinisiatif menghubungi putranya untuk bisa menghalangi langkah Andrew membawa Luna yan
Read more

Bab 4 : Pelajaran untuk si Brengsek

Keesokan harinya sekitar pukul dua sore, Luna yang kondisi psikis dan fisiknya sudah membaik diperbolehkan pulang oleh dokter yang merawatnya di rumah sakit. Sesampai di rumah, Subroto yang senantiasa didampingi oleh Dicky meminta pada ajudan yang merangkap sebagai kepala pelayan untuk memberitahukan pada seorang sekuriti yang berjaga agar tidak membiarkan lelaki bernama Andrew untuk masuk ke dalam rumah mereka.“Dicky! Beritahu sekuriti yang jaga sekarang untuk minta KTP siapa pun yang mau bertamu. Perlu diingat, jangan biarkan lelaki bernama Andrew masuk ke halaman rumahku,” perintah Subroto pada ajudannya.“Siap! Baik Tuan besar,” jawab Dicky berdiri tegap menghadap ke arah Subroto yang berada di ruang keluarga pada sofa panjang. Sementara, Luna duduk di sebelah Subroto terdiam dan mengamati setiap gerakan yang ada di ruang keluarga tersebut dengan menikmati potongan buah semangka berwarna merah.Ajudan bertubuh tinggi besar itu pun, berlalu dari hadapan Subroto dan Luna, berjalan k
Read more

Bab 5 : Masalah RT Om Susetyo

Sejak kejadian keributan di rumah Subroto dan diikuti dengan pertengkaran antara Luna dan Andrew serta Jessica, membuat hubungan suami istri dari adik bungsu Subroto menuju kehancuran. Setelah satu minggu kemudian, Susetyo kembali ke rumah Subroto seorang diri. Lelaki berusia sekitar 48 tahun itu menangis di hadapan kakak pertama dan keponakan cantiknya.“Mas, kedua anakku dibawa pergi Jessica. Wanita itu meracuni pikiran kedua putriku dengan mengajaknya pergi bersama lelaki selingkuhannya itu. Sekarang aku harus bagaimana, Mas?” tanya Susetyo dengan suara parau menahan tangis dan kesedihannya melaporkan kondisi rumah tangganya.Dengan menarik napas panjang, Subroto yang duduk di kursi roda menatap iba pada adik bungsunya. Kemudian, lelaki berusia 60 tahun itu pun berucap, “Setyo..., apa kamu sudah bicara sama istrimu masalah gugatan cerai?”“Iya Mas, kami sudah bicara masalah gugatan cerai dan Jessica mau rumah kontrakan dan apartemen yang sudah aku balik nama atas nama kedua putriku
Read more

Bab 6 : Andrew di Penjara

Kekisruhan rumah tangga antara Susetyo dan Jessica membawa serta keluarga Subroto bersama putri semata wayangnya. Dimana, hasil akhir perseteruan antara Susetyo dan Jessica berakhir damai sebelum masuk ke dalam persidangan cerai. Berita tentang berdamainya Susetyo dengan Jessica membuat Luna murka atas langkah pamannya sendiri. Hingga wanita cantik yang sedang berada di kantor pun, berkeluh kesah pada Subroto saat berita tersebut di dengarnya.“Susah Pa... Kalau om Setyo udah tergila-gila sama nenek lampir itu. Nyesel banget bela-belain ke sekolah Dinda, ngomong ini dan itu sama kepala sekolahnya, hasil akhir damai. Ih! Kesel banget kalau ingat. Lagian kenapa juga Om Setyo percaya sama istrinya? Paling lelaki itu masih tetap jalan sama istrinya,” kesal Luna melampiaskan unek-uneknya dalam sambungan telepon. “Mungkin mereka masih berjodoh. Kasihan juga sama Dinda dan Dini kalau nggak punya mami yang urus mereka,” bela Subroto yang masih berpikiran positif.“Aduh..., Papa ini ... Masih
Read more

Bab 7 : Subroto ingin Luna Menikah

Luna beserta beberapa orang yang ikut ke kantor polisi tiba di gedung tinggi pencakar langit, sekitar pukul tiga sore. Reza yang mendengar cerita dari beberapa orang tentang sang Bos yang diserang oleh Andrew membuat Reza cemas dan menunggu di depan ruang kerja Luna. Sampai akhirnya, Luna bersama sekretarisnya tiba di lantai 7 tempatnya berkantor, sedangkan Reza sendiri bersama beberapa staf bagian marketing berada di lantai 8.“Sore Bu Luna, bagaimana kondisi Ibu?” tanya Reza berdiri dari kursi yang berada di depan ruang kerja Luna.“Baik,” ucap Luna singkat.“Syukurlah..., untung saja saya nggak jadi menghubungi Pak Subroto. Karena beberapa kali saya hubungi Ibu nggak di angkat,” ujar Reza selaku HRD pada perusahaan tersebut.“Pak Reza, lain kali jangan punya pikiran untuk hubungi Pak Subroto..., Bapak tau sendiri kan, kondisi Pak Subroto lemah,” pinta Luna tanpa memandang ke arah Reza masuk ke dalam ruang kerjanya.Tak lama kemudian, sekretaris Luna yang ikut masuk ke ruang kerja L
Read more

Bab 8 : Kebohongan Reza pada istrinya

Hari ini Reza pulang lebih awal usai menjenguk Subroto yang kini berada di rumahnya untuk menjalani cuci darah atas penyakitnya. Terlihat, wajah Reza tampak bermuram durja, sehingga membuat Amrita, istri Reza bertanya-tanya tentang kondisi Subroto.“Gimana kondisi Pak Subroto, Mas?” tanya Amrita kala Reza telah kembali dari Rumah Subroto.Amrita mengikuti langkah suaminya, Reza hingga masuk ke dalam meja makan. Terlihat Reza duduk dan menuangkan segelas air putih dan meneguknya hingga tandas.“Rita, kondisi pak Subroto sudah sangat parah. Menurut dokter nggak ada kemungkinan bertahan. Untungnya masih bisa dilakukan cuci darah,” jawab Reza menatap wajah istrinya.“Ya Allah, kasihan sekali ... mana anak gadisnya belum menikah,” cicit Amrita.Terlihat Reza menarik napas dalam dan memandang lurus ke wajah Amrita. Ada kegelisahan menyelinap dari gerakan tubuhnya dan beberapa kali netranya menerawang jauh.“Mas, ada apa lagi? Sepertinya ada yang mau Mas katakan, katakanlah,” pinta Amrita me
Read more

Bab 9 : Cemburu

Seminggu kemudian, usai Reza meyakinkan hatinya dan hati Amrita untuk menerima Luna menjadi madunya, mereka berdua pun mengunjungi Subroto di rumah sakit usai menjalani cuci darah yang dilakukan seminggu sekali.“Pagi Pak, gimana kondisi Bapak hari ini?” tanya Reza berdiri di hadapan Subroto, sementara Amrita berdiri di belakang Reza.“Sama saja seperti kemarin, Za ... siapa wanita yang ada di belakangmu? Istrimu?” tanya Subroto dengan pandangannya yang telah tidak jelas.Reza meraih pundak Amrita. Lelaki tampan itu pun mengenalkan Amrita yang selama ini tidak dikenal oleh Subroto, tetapi wanita cantik itu mengenal Subroto pada saat ikut dalam kegiatan ulang tahun perusahaannya. Hingga, Amrita juga tahu, seperti apa cantiknya Luna Subroto.“Ini istri saya, Amrita. Seperti yang Bapak minta, saya membawa istri saya menemui Bapak.”Amrita maju ke depan dan mencium punggung tangan lelaki tua yang telah tampak lemah, sebagai rasa hormat.“Saya Amrita ... Sehat ya, Pak,” sapa Amrita terseny
Read more

Bab 10 : Ijab Kabul

Seminggu kemudian, malam sebelum pernikahan yang akan dilakukan oleh Reza esok hari, lelaki itu masih tidur bersama Amrita. Seorang wanita yang telah selama 22 tahun menemaninya dan memberikan dua orang anak yang sangat mereka cintai.“Rita ... Besok ikutlah ke rumah pak Broto. Entah mengapa hatiku begitu gelisah. Aku berpikir, karena kamu belum mengikhlaskan aku,” bujuk lembut Reza seraya memeluk tubuh istrinya.“Aku sudah ikhlas, Mas. Mungkin ini adalah jalanku menuju surga, mengikuti keinginan suamiku,” ujar Rita masih membenamkan kepalanya dalam pelukan Reza.“Sayang..., tolong datanglah. Nggak ada seorang pun yang akan menghinamu saat merelakan aku bersama wanita lain. Semua orang akan berdecap kagum. Aku sangat bersyukur mempunyai wanita sehebat kamu, Rita,” ungkap hati Reza sembari membujuk Amrita untuk datang di pernikahannya.Dengan berlinang air mata, Amrita melepaskan seluruh kegundahan hatinya pada lelaki yang selama ini dicintanya.“Mas, aku takut ... suatu saat Mas akan
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status