Home / Pernikahan / Putra Sambungku jadi Suamiku / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Putra Sambungku jadi Suamiku: Chapter 31 - Chapter 40

50 Chapters

Bab 31 : Devan ke kantor Luna

Pada hari kamis, setelah lima hari, sejak Luna memutuskan untuk pulang ke rumah karena dirinya menstruasi. Maka selama empat hari sudah mereka tak bertemu dan selama itu juga setiap pulang kampus Devan selalu mencari uang jadi tukang ojek Online pun, menghubungi Luna saat jam mendekati pukul lima sore. Kala itu, Devan baru saja mengantar dan menurunkan penumpang pada sebuah Mal besar yang berjarak 700 meter dari kantor Luna.“Sebaiknya aku hubungi Luna untuk mengembalikan uang dia. Untungnya selama 5 hari ini, aku dapat penumpang cukup banyak. Jadi, aku bisa menutupi uang yang digunakan waktu itu,” Devan bermonolog sembari menghubungi Luna dan masih bertengger di atas sepeda motornya.“Ya Dev...,” sapa Luna menjawab panggilan Devan.“Luna, apa bisa aku ke kantormu?” tanya Devan dalam sambungan telepon.“Uhm, untuk apa ke kantor? Bukannya kamu di hari Senen kamu akan ke rumahku?” Luna balik tanya.“Ada sedikit urusan,” ucap Devan yang tak ingin Luna tahu rencananya.“Ya udah, ke kantor
Read more

Bab 32 : Bertengkar di kantor Luna

Tepat di hari Jumat, ketiga orang wanita muda yang tak lain adalah pacar dan dua orang sahabat Silvi pun, ke kantor Luna kala jam menunjukkan pukul dua siang. Ketika itu, mereka bertiga ke kantor Luna dengan menggunakan Taxi sepulang dari kampus. Tindakan Silvi dan kedua sahabatnya tanpa diketahui oleh Devan ataupun Rofik dan Irman.Ketiga wanita muda yang sama sekali tidak pernah magang atau kerja pada sebuah perusahaan mana pun itu terlihat agak grogi saat menginjakkan kaki masuk ke dalam Lobby pada sebuah gedung lantai 21. Dimana saat itu, banyak sekali orang yang lalu lalang keluar dan masuk ke dalam gedung tersebut. Beberapa dari mereka terlihat memasuki lift. Terdapat tiga lift pada bagian kiri dan tiga lift pada bagian kanan. Ketiga wanita muda itu pun, saling berbisik satu dan lainnya, kala melihat dua orang sekuriti yang berjaga di dekat lift dan berada pada sisi pintu kaca yang secara otomatis dapat terbuka sendiri.“Silvi, kita tanya sekuriti itu aja. Dimana cewek tua itu k
Read more

Bab 33 : Devan putus dari Silvi

Silvi yang terbakar cemburu kala melihat kecantikan Luna yang paripurna dengan kulit mulus seputih salju. Berjalan menuju ke arah Luna yang berdiri di depan pintu ruang kerjanya. Sesaat kemudian, wanita muda itu melayangkan tangannya ke arah wajah Luna. Namun, secepat kilat sekuriti yang tadi di panggil Luna menangkap tangan Silvi.“Kurang ajar kamu!” sentak Sutikno yang sangat terkejut dengan tindakan wanita muda tersebut.Sutikno menarik tangan Silvi dan meletakkannya ke belakang tubuh mungilnya. Adegan tersebut hampir mirip seperti seorang polisi tengah meringkus seorang maling.“Aduh! Sakit...! Lepas...!” pekik Silvi kala tangannya dibawa ke belakang tubuhnya.“Siapa kamu sebenarnya? Jawab! Berani-beraninya kamu berbohong dengan ngomong keponakan dari almarhum pak Reza. Pasti kamu punya tujuan jahat bertemu dengan bos kami! Sekarang kamu ngomong sejujurnya! Siapa yang suruh kamu celakai bos kami! Kalau tidak, sekarang juga saya bawa kamu ke kantor polisi!” murka Sutikno meledak ka
Read more

BAB 34 : Permintaan Sang Mertua

Selama dalam perjalanan pulang ke rumah itu, Luna yang masih merasa kesal dengan ulah Silvi, pacar Devan pun berbicara dalam hatinya.“Berani sekali wanita itu melabrak aku ke kantorku. Pasti Devan udah terbiasa tidur dengan wanita itu, makanya wanita itu mengatakan aku pelakor. Sialan! Sekarang aku harus bagaimana?’Terdengar beberapa kali panggilan telepon dari Devan yang dilihat dari layar ponselnya. Namun, tidak sekali pun Luna mau menjawabnya.‘Ngapaen juga si Devan telepon berkali-kali. Dia pikir, siapa dia? Kalau bukan karena keinginan Papa, malas aku berurusan sama dia. Nggak banget lelaki itu,’ gumamnya masih sangat kesal. Hingga Luna pun mematikan ponselnya dalam sisa waktu perjalanan ke rumahnya.Usai mematikan ponselnya, Luna pun memejamkan matanya dan akhirnya wanita cantik itu pun terlelap dalam tidurnya di tengah kemacetan yang kian merapat. Sedangkan Devan yang memutuskan ke rumah Luna, memacu motornya dengan kencang dan menaiki beberapa trotoar saat terjebak macet. Lel
Read more

Bab 35 : Hasrat usai Emosi

Devan berpamitan pada Subroto, saat pelayan yang diminta oleh Luna menyampaikan pesan pada lelaki tampan tersebut. Dengan langkah panjang Devan menuju kamar Luna. Sesampai di depan kamar Luna, lelaki tampan itu mengetuk pintu kamar istrinya sendiri.Tok ... Tok ... Tok ...“Luna...,” panggilnya lembut.“Ya masuk,” jawab Luna dari dalam kamarnya.Ceklek!Devan berjalan masuk ke dalam kamar dengan perasaan tak karuan, dilihatnya Luna duduk di sofa panjang memandang suaminya. Devan yang di pandangi oleh Luna, menunduk dan memilih duduk pada sofa tunggal. Luna yang memandang Devan duduk di sofa tunggal terus menatapnya tanpa bicara.Ada rasa sesal kala teringat peristiwa yang terjadi di kantor tadi sore atas ulah pacar Devan. Apalagi dilihat Devan memilih duduk tidak di sofa yang sama dengannya. Bagi Luna, hal itu menandakan kalau Devan sama sekali tidak tertarik padanya dan dengan sengaja memberikan alamat kantornya.Melihat Devan hanya menunduk dan tak berbicara sepatah kata pun, Luna m
Read more

Bab 36 : Babak ke dua

Tok ... Tok ...Tok ...Luna masih berada dalam pelukan Devan, saat sebuah ketukan dari pintu kamar wanita cantik itu terdengar dan hal itu membuat kedua pasangan suami istri tersebut saling memandang satu dan lainnya.“Non Luna ... Kata Tuan besar, waktunya makan bersama,” ujar seorang pelayan dari luar kamar Luna.“Ya Bik!” jawab Luna singkat masih dalam pelukan Devan. Terdengar langkah kaki menjauh dari pintu kamar Luna.Diliriknya, jam dinding yang berada tepat di atas dinding sebelah televisi yang menempel pada dinding tersebut.“Ya ampun, udah jam 6 sore...,” ujar Luna dengan bola mata membulat dan itu membuat Devan tersenyum manis kala memandang wajah Luna yang seolah tak menyangka atas jam yang kini menunjukkan pukul 6 sore.Devan pun berseloroh, “Yang namanya enak udah pasti lupa waktu. Berarti lumayan lama juga tadi kita begituan yaa...?”Wajah Luna seketika merah merona, kala lelaki muda tampan yang jahil itu menggodanya, ketika posisi mereka masih berbugil ria dengan segera
Read more

Bab 37 : Rumah Devan akan disita?

Usai menyelesaikan makan malam yang dilakukan sekitar pukul setengah tujuh, Devan pun berpamitan pada Subroto dan Luna untuk pulang ke rumah Amrita. Luna yang sangsi atas keinginan Devan untuk tinggal di rumahnya pun, berbincang di teras sebelum melepaskan suaminya pulang ke rumah orang tuanya.“Dev ... Menurut aku sih, lebih baik ikuti saja saran dari mama kamu. Nggak jadi masalah kamu ke rumah aku dari Senin sampai Rabu. Biar kamu juga bisa menemani mama kamu,” tutur Luna menatap lembut ke arah Devan.Devan yang menyadari sifat Luna yang tidak serakah, menjawab apa yang dikatakan oleh istrinya, “Luna, terima kasih. Hatimu baik sekali, aku akan mengikuti saranmu. Ya sudah kamu masuk saja ke dalam,” pinta Devan.Sebelum masuk ke dalam rumah, tak lupa Luna mencium tangan Devan dan berucap, “Ingat..., kamu hati-hati di jalan ya.”Devan pun memeluk dan mencium kening wanita yang lebih tua darinya, namun wajah Luna yang awet muda dan berpenampilan rapi serta senantiasa tampil fresh, membu
Read more

Bab 38 : Menutupi Stres dengan Hasrat

Pagi sekali Devan telah terbangun dari tidurnya. Semalam, ia kembali memberikan servis memuaskan pada Luna. Tetapi, untuk memberitahukan sang istri atas rumah peninggalan sang papa yang akan disita oleh Bank, bukanlah suatu hal yang mudah. Walaupun semalam Devan telah menyusun kata-kata untuk bisa mengatakan kejadian di rumahnya, namun hal itu bukanlah perkara mudah. Maka, Devan yang baru malam tadi mulai tidur di rumah Luna, hanya memejamkan matanya satu sampai dua jam saja. Karena pikirannya menerawang jauh, hingga terus terjaga dari tidurnya.Seperti di pagi ini. Saat para pelayan sudah bangun dari tidurnya, Devan juga telah terjaga. Hal itu dikarenakan, kebiasaan dan sulitnya lelaki tampan itu memejamkan matanya karena teringat atas juru sita yang setiap waktu akan dapat mengambil alih rumahnya. Namun, saat dirinya ingin memberitahu kesulitan pada keluarganya terasa bibirnya begitu kelu.“Pagi Tuan..., apa bisa saya siapkan kopi atau teh untuk Tuan,?” tanya salah seorang pelayan d
Read more

Bab 39 : Amrita telepon Devan

Tepat pukul 9 pagi di hari Sabtu, Devan dan Luna yang telah selesai sarapan bersama Subroto dan Dicky ajudan dari Subroto, tampak menyiapkan diri untuk pergi ke Rumah Sakit. Pagi ini, Subroto dijadwalkan untuk melakukan cuci darah untuk ke sekian kalinya dan Devan yang kini telah merasa jadi bagian dari keluarga itu serta merasakan kebaikan Subroto pada keluarganya pun, menawarkan diri untuk turut mengantar Subroto ke Rumah Sakit bersama Dicky sang ajudan beserta Ismet, sopir pribadi Subroto.“Pah, bisa Devan ikut mengantar ke Rumah Sakit?” tanya Devan tersenyum sembari berdiri saat membantu Subroto ke kursi rodanya.Luna yang mendengar keinginan Devan untuk ikut ke Rumah Sakit, hatinya sangat berbahagia. Wanita cantik itu merasa kalau Devan adalah seorang lelaki yang cukup tahu diri dan punya rasa hormat dan kasih sayang yang tinggi pada sesama. ‘Aku bahagia sekali..., mendengar Devan mau ikut mengantar Papa,’ bisik dalam hati Luna.“Benarkah kamu akan ikut ke Rumah Sakit? Apa kamu
Read more

Bab 40 : Permintaan Amrita

“Luna ... Bisa aku bicara dengan Devan?” tanya Amrita dalam panggilan telepon.“Maaf Kak ... Devan lagi antar Papi ke Rumah Sakit. Sepertinya ponselnya tertinggal. Sebentar lagi dia akan datang...,” ucap Luna tersenyum-senyum sendiri mengingat kegilaannya di Sabtu pagi.“Oh, begitu. Uhm..., apa dia sudah membicarakan sesuatu sama kamu?” tanya Amrita ragu-ragu membuka masalah rumah yang akan disita oleh Bank.“Bicara? Tentang apa ya Kak?” balik tanya Luna.Kemudian, tanpa disadari oleh Luna yang posisinya membelakangi pintu kamarnya, Devan masuk ke dalam kamar dan memeluk erat bagian punggungnya dan mengecup bagian tengkuk lehernya.“Aduh...! Devan...! Geli Akh...!” teriak Luna spontan masih dalam posisi memegang ponselnya.Amrita yang mendengar Luna memekik memanggil nama Devan, curiga pada Luna yang berbohong padanya perihal keberadaannya Devan. Maka, Amrita pun mendengar suara putranya yang tampak telah terbuai oleh kemolekan dan kecantikan Luna.“Sini aku bikin tambah geli...,” uca
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status