Usai Siska keluar dari ruangan tersebut, Luna dan Devan terdiam kembali. Kemudian, Luna meraih cangkir kopinya seraya menawarkan teh yang telah di sajikan Siska di depannya.“Minumlah...,” pinta Luna seraya menyeruput kopi yang ada di tangannya dengan sesekali meniup-niupkan uapnya. Setelah Devan meletakkan teh yang telah diminumnya kembali, Luna membuka percakapan di antar mereka.“Dev, waktu aku ke rumah kemarin ... Aku sudah tegaskan kalau aku sama sekali nggak akan menuntut atas apa pun. Itu hanya perjanjian konyol yang dibuat papaku dan almarhum papa kamu. Jadi abaikanlah. Apa pun, yang telah papa kamu terima dari keluargaku adalah sebagai wujud kesetiaannya pada keluarga kami,” jelas Luna menatap lelaki tampan yang juga menatapnya saja wanita dewasa nan cantik jelita berbicara.Dengan menelan salivanya, lelaki tampan dengan wajah maskulin itu angkat bicara, “Bu Luna..., kesepakatan yang dibuat itu, kesepakatan antara Bu Luna dengan orang yang kini telah wafat. Jadi, apa yang di
Baca selengkapnya