Share

Bab 10 : Ijab Kabul

Penulis: Parikesit70
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Seminggu kemudian, malam sebelum pernikahan yang akan dilakukan oleh Reza esok hari, lelaki itu masih tidur bersama Amrita. Seorang wanita yang telah selama 22 tahun menemaninya dan memberikan dua orang anak yang sangat mereka cintai.

“Rita ... Besok ikutlah ke rumah pak Broto. Entah mengapa hatiku begitu gelisah. Aku berpikir, karena kamu belum mengikhlaskan aku,” bujuk lembut Reza seraya memeluk tubuh istrinya.

“Aku sudah ikhlas, Mas. Mungkin ini adalah jalanku menuju surga, mengikuti keinginan suamiku,” ujar Rita masih membenamkan kepalanya dalam pelukan Reza.

“Sayang..., tolong datanglah. Nggak ada seorang pun yang akan menghinamu saat merelakan aku bersama wanita lain. Semua orang akan berdecap kagum. Aku sangat bersyukur mempunyai wanita sehebat kamu, Rita,” ungkap hati Reza sembari membujuk Amrita untuk datang di pernikahannya.

Dengan berlinang air mata, Amrita melepaskan seluruh kegundahan hatinya pada lelaki yang selama ini dicintanya.

“Mas, aku takut ... suatu saat Mas akan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Putra Sambungku jadi Suamiku   Bab 11 : Janji di ruang ICU

    Sesampai di ruang UGD, dokter bertindak cepat dengan memberikan pertolongan pertama usai mendengar sekilas perihal hilangnya kesadaran Reza.“Dokter tolong selamatkan suami saya ... tolong dokter ... hikss...,” pinta Amrita dalam tangisnya dengan wajah penuh air mata, hingga maskara dan make up yang digunakan berantakan.Sementara, Luna masih terlihat cantik. Terlihat wanita cantik itu mengamati cara dokter melakukan pemeriksaan pada Reza. Wanita cerdas itu pun, berkata pada dokter yang baru saja melakukan tindakan pertama atas diri Reza.“Dokter apakah suamiku kena serangan jantung?” tanya Luna menatap lekat pada dokter yang berada disisi Reza.“Benar Buu, bapak Reza terkena serangan jantung. Maaf, apa ini suami Ibu?” tanya dokter yang memandang ke arah Amrita yang juga masih menangis.“Iya ini suamiku..., sekarang apa tindakan dokter untuk membuat suamiku sadar” tanya Luna memandang serius pada dokter yang baru saja menempelkan alat pendeteksi jantung.“Baru saja saya memberikan sun

  • Putra Sambungku jadi Suamiku   Bab 12 : Wafatnya Reza

    Sampai akhirnya, setelah dua belas jam kemudian kala waktu menunjukkan pukul sepuluh malam, seorang perawat keluar dari ruang ICU memanggil keluarga Reza.“Keluarga pasien Reza, apa ada disini?” tanya seorang perawat lelaki menatap ke arah beberapa orang yang juga menunggu keluarga mereka di depan ruang ICU.“Ya, aku keluarga pak Reza,” sahut Luna berdiri dan berjalan menuju pintu ruang ICU.Luna masuk ke dalam ruang ICU seorang diri, ketika Amrita dan kedua anaknya pulang ke rumah untuk membersihkan diri dan mereka berencana akan menginap di rumah sakit bersama, sekalian membawa pakaian Reza yang diperkirakan akan menjalani operasi jantung esok hari, setelah di diagnosis mempunyai penyakit jantung koroner.Luna yang telah pulang lebih dahulu untuk membersihkan diri dan menemani Subroto pulang untuk beristirahat di rumah, kembali pukul sembilan malam. Setelah itu, Amrita izin pada Luna untuk pulang ke rumahnya dan meminta wanita cantik itu, menunggu di ruang tunggu ICU hingga ia dan k

  • Putra Sambungku jadi Suamiku   BAB 13 : Hari ke 7 wafatnya Reza

    Luna yang ditolak mengikuti acara tahlilan di hari pertama hingga hari ke tiga oleh putri kesayangan Reza, memaksakan diri pergi ke rumah Reza untuk mengikuti acara tahlilan di hari ke tujuh. Tepat pukul enam sore Luna berkendara bersama Syamsul, sopir pribadinya menuju rumah duka untuk mengikuti acara tujuh hari almarhum suaminya. Di dalam perjalanan menuju rumah tersebut, Luna teringat atas cerita sahabatnya yang bernama Arumi, perihal sahabat karibnya yang bernama Cintya telah tiba di Indonesia dua hari lalu, usai melakukan liburan bersama pacarnya. Maka, kesempatan tersebut digunakan oleh Luna untuk menghubungi sahabat karibnya.“Halo! Apa kabar?” tanya Luna pada sambungan telepon.“Baik..., lagi dimana? Di kantor ya?” tanya Cintya menjawab panggilan telepon.“Kagak, gue lagi di jalan. Gue denger dari Arumi, elo udah balik ke Indo?” balik tanya Luna.“Iya, baru dua hari lalu gue balik. Capek jalan-jalan pake tour guide. Mending tour sendiri aja kali, kecuali kita kagak bisa bahasa

  • Putra Sambungku jadi Suamiku   Bab 14 : Devan menemui Luna

    Setelah hari ketujuh sejak kematian almarhum Reza, wanita cantik nan cerdas itu memutuskan untuk bekerja seperti biasa. Luna ingin melupakan semua kesialan yang menimpanya. Bahkan, desas-desus kematian Reza usai menikahi Luna masih menjadi gosip yang belum sepenuhnya diyakini sebagai berita yang akurat. Beberapa karyawan menanggapi hal itu sebagai kabar burung saja. Sementara Siska sang sekretaris yang setiap hari selalu bersama Luna saja sama sekali tidak mengetahui kebenaran atas berita tentang sang CEO cantik tersebut, kala tujuh hari lalu membatalkan seluruh pertemuan dengan koleganya dan menjadwal ulang rapat intern yang biasa dilakukan Luna. Dan pembatalan itu bersamaan dengan kematian almarhum Reza yang telah berjalan selama tujuh hari.Seperti saat ini, saat Siska berada di Pantry yang berada di lantai 7, ada salah seorang staf langsung bertanya pada Siska, mengenai berita burung yang semakin santer terdengar.“Mbak Sis..., si bos udah mulai masuk kerja ya?” tanya Emil seoran

  • Putra Sambungku jadi Suamiku   Bab 15 : Niat Devan

    Usai Siska keluar dari ruangan tersebut, Luna dan Devan terdiam kembali. Kemudian, Luna meraih cangkir kopinya seraya menawarkan teh yang telah di sajikan Siska di depannya.“Minumlah...,” pinta Luna seraya menyeruput kopi yang ada di tangannya dengan sesekali meniup-niupkan uapnya. Setelah Devan meletakkan teh yang telah diminumnya kembali, Luna membuka percakapan di antar mereka.“Dev, waktu aku ke rumah kemarin ... Aku sudah tegaskan kalau aku sama sekali nggak akan menuntut atas apa pun. Itu hanya perjanjian konyol yang dibuat papaku dan almarhum papa kamu. Jadi abaikanlah. Apa pun, yang telah papa kamu terima dari keluargaku adalah sebagai wujud kesetiaannya pada keluarga kami,” jelas Luna menatap lelaki tampan yang juga menatapnya saja wanita dewasa nan cantik jelita berbicara.Dengan menelan salivanya, lelaki tampan dengan wajah maskulin itu angkat bicara, “Bu Luna..., kesepakatan yang dibuat itu, kesepakatan antara Bu Luna dengan orang yang kini telah wafat. Jadi, apa yang di

  • Putra Sambungku jadi Suamiku   Bab 16 : Pertemuan Amrita & Luna

    Atas saran Arumi dan Cyntia, Luna pun akhirnya menyampaikan pada Subroto perihal keinginan Devan, putra Almarhum Reza untuk mengambil alih tanggung jawab yang dibebani oleh almarhum papanya, saat Subroto usai melakukan cuci darah.“Papa..., ada hal yang mau Luna sampaikan,” ucap Luna duduk di sisi Subroto usai lelaki berusia 60 tahun ini menunggu obat yang akan diberikan usai melakukan cuci darah.“Bicaralah Luna, sebelum waktu Papa habis,” ucap Subroto yang merasa semakin hari semakin merasakan rasa lelah atas penyakitnya.“Papa ... Setelah 40 hari almarhum Reza. Rencananya, putranya akan melamar Luna. Setelah itu, satu bulan kemudian kami akan menikah,” tutur Luna pelan nyaris berbisik di telinga Subroto.“Kenapa seperti itu? Bukankah, kita sudah membebaskan dirinya dari perjanjian itu?” tanya Subroto dengan berbisik pula.Lalu, Luna menceritakan kedatangan Devan ke kantornya usai acara tujuh hari Reza dan lelaki muda itu bersikeras untuk menjalani apa yang diamanahkan oleh papanya.

  • Putra Sambungku jadi Suamiku   Bab 17 : Dilamar

    Dua minggu kemudian, seluruh anggota keluarga dari Subroto yang diundang dalam perhelatan lamaran Luna telah hadir satu jam sebelum keluarga Devan hadir. Di rumah mewah Subroto hadir adik perempuan Subroto yang bernama Pungki dengan putra kembarnya berusia 20 tahun tanpa kehadiran sang suami yang sedang berada di luar negeri. Hadir pula, Susetyo bersama Jessica dengan membawa dua anak mereka, Dini dan Dina serta beberapa kerabat dari Subroto yang kini terlihat mengenakan setelan jas berwarna abu-abu dengan kemeja berwarna biru muda dan duduk di kursi rodanya di dampingi oleh ajudannya, Dicky.Pada ruang tamu yang cukup besar hingga menuju ruang keluarga digelar karpet permadani nan empuk dan lembut berwarna biru tua. Beberapa anggota keluarga Subroto berada di ruang keluarga hingga ke ruang santai. Dimana di ruang santai ditata kursi-kursi yang awalnya berada di ruang tamu dan keluarga ditempatkan pada ruang santai.Sampai akhirnya, tamu dari pihak keluarga almarhum Reza yang diwakili

  • Putra Sambungku jadi Suamiku   Bab 18 : Perjanjian Luna & Devan

    Devan dan Amrita yang mengikuti langkah Luna pun, sampai di ruang kerja wanita cantik itu. Kemudian, Luna yang tampil glamour dan cantik mempersilakan Amrita dan Devan untuk duduk di sofa panjang pada ruang kerjanya.“Silakan bicaralah,” ucap Luna menatap Amrita yang tampak memandang ke arah putranya.Kemudian dengan menatap lekat pada Luna, mantan madu Luna yang kini akan menjadi mertua pun membuka pembicaraan.“Non Luna, setelah menikah ... Devan harus tetap tinggal di rumah. Karena, Non Luna juga tau sendiri kalau Devan, kini menjadi kepala rumah tangga di rumah kami,” ucap Amrita memandang ke arah Devan dan Luna bergantian.Mendengar hal itu, Luna yang juga tidak bisa meninggalkan Subroto di rumah mereka merasa keberatan dengan permintaan Amrita.“Kak Rita, sepertinya aku juga nggak bisa tinggal di rumah bersama keluarga Kak Rita. Kalian sendiri tau, bagaimana kondisi papaku,” ujar Luna memandang ke arah Devan seolah memohon pengertiannya.Devan yang tahu posisi Luna memandang ke

Bab terbaru

  • Putra Sambungku jadi Suamiku   Bertemu Sang Mantan

    Regina yang punya rencana untuk mempertemukan Devan dan Silvi, tampak telah berdandan rapi. Regina keluar dari kamarnya dan mengetuk pintu Devan.Tok ... Tok ... Tok ...“Kak Devan ... Kak, jadi kita keluar kan? Kak...,” panggil Regina diluar kamar Devan.Tidak mendapat tanggapan dari sang kakak, membuat Regina membuka pintu kamar Devan dan mendapati sang kakak tertidur pulas hingga Regina pun membangunkan Devan.“Kakak! Bangun...! Gimana sih..., ngomongnya mau jalan keluar,” rajuk Regina mengguncang-guncangkan tubuh Devan.Dengan memicingkan matanya dan menggeliat kan tubuhnya Devan memandang ke arah sang adik yang duduk disisi tempat tidurnya dan bertanya padanya. “Ada apa sih, Gina...”“Tadi Kakak ngomong mau jalan keluar. Ayolah Kak..., sekarang udah jam 6 sore. Cepatlah Kak...,” ujar Regina memandang wajah tampan sang kakak yang sesekali menguap.“Udahlah besok aja Gina..., Kakak lagi malas nih,” jawab Devan menolak ajakan adiknya.Mendengar jawaban Devan jelas membuat Regina pan

  • Putra Sambungku jadi Suamiku   Rencana adik Devan

    Devan yang pulang ke rumahnya, disambut oleh Amrita dan diberondong oleh banyak pertanyaan perihal hubungan putranya dengan Luna yang kini telah hamil.“Gimana kondisi Luna, Devan...? Apa dia baik-baik aja? Apa dia muntah-muntah?” Tanya Amrita ketika melihat Devan dan duduk di meja makan.“Luna baik Ma. Dia sudah pulang ke rumahnya. Hmmm..., sepertinya dia ingin tenang dan katanya Dev nggak usah ke rumahnya. Kalau ada apa-apa nanti dia yang akan hubungi Devan,” ucap Devan terdengar sedih.“Kok begitu? Apa dia marah sama kamu? Bukankah selama ini kamu terus yang menjaga dia?” tanya Amrita.“Dia nggak marah. Mungkin ingin lagi sendiri aja...,” jawab Devan kembali.Amrita menganggukkan kepalanya sementara adik Devan yang bernama Regina, menyambut kedatangan sang kakak ke rumah dengan bahagia karena, Regina yang sejak awal tidak setuju sang kakak menikahi Luna, diam-diam mencuri nomor telepon Silvi dan beberapa kali bertemu di luar dengan teman kampus kakaknya. Bagi Regina, Luna adalah p

  • Putra Sambungku jadi Suamiku   Bab 48 : Pulang ke rumah

    Luna berjalan menuju kamar Subroto. Perlahan Luna membuka pintu kamar sang papa. Terlihat Dicky sang ajudan duduk pada sebuah kursi di sebelah tempat tidur Subroto. Dengan langkah pelan, Luna menghampiri Dicky yang terlihat tertidur dalam duduknya. Namun, saat Luna kian mendekati tempat tidur Subroto, secara refleks Dicky langsung berdiri dan sigap memandang ke arah langkah Luna yang perlahan.“Maaf Non Luna, saya pikir siapa,” tutur Dicky mengangguk kecil dan menarik kursi yang tadi didudukinya saat berada di sisi Subroto.“Gimana kondisi Papa, Pak?” tanya Luna menatap lurus pada Subroto yang menggunakan selang oksigen dan terlelap dalam tidurnya.“Dua hari ini Tuan agak sesak napas. Sepertinya Tuan terlalu berpikir keras atas diri Nona. Semalam sama sekali Tuan tidak bisa tidur. Karena itu, mengalami sesak napas.” Dicky melaporkan kondisi Subroto.Luna yang melihat kondisi Subroto kian melemah duduk di sisi tempat tidur sang papa dan memegang jemari tangan yang kian tak berisi denga

  • Putra Sambungku jadi Suamiku   Bab 47 : Keusilan Luna

    Hari ini adalah hari terakhir, Luna berada di rumah sakit. Wanita cantik yang tengah hamil muda itu telah pulih dan sudah diperbolehkan pulang ke rumah. Devan dengan keluguannya bertanya pada Luna.“Luna, lebih baik kamu jangan turun dari tempat tidur. Aku takut terjadi sesuatu hal dengan dirimu,” pinta Devan.“Dev, santai aja. Kalau infus ditangan sudah dilepas berarti aku udah bisa jalan dan semua akan baik-baik saja,” ucap Luna yang bangun dari tempat tidur.Namun saat kaki jenjangnya akan menyentuh tanah, Devan lalu mencegahnya, “Stop. Kamu mau kemana? Luna ... Serius aku nggak akan membiarkan kamu jalan kemana pun.”“Ya ampun Dev. Aku mau ke kamar mandi. Aku udah diperbolehkan jalan. Udah, kamu tenang aja,” jawab Luna tetap menurunkan kakinya.Namun, tiba-tiba Devan meraih tubuh Luna dan membawanya ke kamar mandi di rumah sakit tersebut dan meletakkan wanita cantik tersebut tepat di depan kloset kamar mandi.“Dev! Kamu ini terlalu lebay!” sungut Luna saat Devan telah menurunkann

  • Putra Sambungku jadi Suamiku   Bab 46 : Kehamilan Luna

    Setelah dua minggu berlalu, Luna yang tengah mengisi waktu dengan kedua sahabatnya, Arumi dan Cyntia di sebuah pusat perbelanjaan terbesar itu tiba-tiba terkulai lemah, hingga membuat dua orang sekuriti untuk membopong tubuh Luna, yang tampak antara sadar dan tidak serta nyaris ambruk jatuh ke lantai Mal tersebut. Untung saja seorang lelaki muda dan menyadari Luna yang terjatuh, secara refleks meraih tubuh Luna dan menahannya untuk tidak sampai terjerembap ke lantai Mal tersebut. Seketika suasana Mal yang ramai pengunjung tersebut ramai. Dan salah seorang pengunjung lainnya yang baik memberitahu sekuriti di Mal tersebut hingga mereka dengan cepat tanggap mengevakuasi tubuh Luna yang lemas.“Pak! Tolong bawa ke Lobby! Sekarang saya akan ambil mobil!” teriak Arumi meminta tolong dan berlari menuju lift untuk ke tempat parkir mobil.Sementara Cyntia memegang tas Luna dan mengikuti langkah kedua orang sekuriti dan seorang anak muda yang membantu Luna saat akan terjatuh menuju lift dengan

  • Putra Sambungku jadi Suamiku   Bab 45 : Hari terakhir Deva

    Satu bulan kemudian, Devan pun menepati janji dengan mengemasi pakaiannya ke dalam tas gendong. Kala itu jam baru menunjukkan pukul 6 pagi. Terlihat, Luna masih tertidur nyenyak usai pergumulan hari ketiga puluh antara ia dan Devan. Dan lelaki muda tampan itu memberikan kenikmatan berulang kali hingga jam menunjukkan pukul 2 dini hari.‘Sebaiknya, aku tinggalkan aja sepucuk surat untuk Luna sebagai salam perpisahan terakhirku. Semoga saja, bulan depan Luna hamil,’ bisik Devan dalam hati.[Teruntuk Luna : Terima kasih untuk 30 hari yang indah bersama kamu. Terima kasih untuk bantuannya pada keluargaku. Kelak, aku akan jadi lelaki yang membanggakan keluargaku dan dirimu. Luna, tolong kabari aku jika, akhirnya kamu hamil, harapku]Diletakkannya kertas yang telah ditulisnya di meja rias Luna. Kemudian, Devan keluar dari kamar Luna. Sesampai diluar kamar, dilihat Darsi pembantu di rumah mewah itu tengah membersihkan ruang keluarga. Kemudian Devan bertanya pada pembantu rumah tangga terseb

  • Putra Sambungku jadi Suamiku   BAB 44 : Kesempatan dari Luna

    Sesampai di rumah, Luna yang kesal dengan sikap Devan yang tak jujur padanya langsung masuk ke dalam kamarnya, usai bertandang ke kamar Subroto sang papa yang dilihatnya tengah terlelap. Di dalam kamarnya, Luna sejenak termangu dan memikirkan hubungan yang telah hampir dua minggu berjalan bersama Devan.Dalam hati Luna berbisik lirih, ‘Apa sebaiknya aku lepas aja Devan ya? Uhm..., sepertinya aku harus ikuti cara Cintya untuk punya anak. Bukankah, untuk memiliki anak yang punya karakter baik dan cerdas, tergantung dari benih aku? Seperti yang aku baca, bibit kecerdasan dan kebaikan dari anak yang akan dilahirkan 80 persen, tergantung dari ibunya. Berarti, semua tergantung aku dong? Ya sudahlah ... Setelah, aku bantu lunasi hutang kak Rita. Aku putuskan untuk berpisah dengan Devan.’Tok ... Tok ... Tok ... “Luna ... Luna ...,” panggil Devan dari luar kamar Luna.“Ya, ada apa?” tanya Luna terkejut dengan ketukan pintu dari luar kamarnya.“Luna, tolong buka pintunya. Aku mau bicara,” pin

  • Putra Sambungku jadi Suamiku   BAB 43 : SALAH PAHAM

    “Kak ... Tunggu! Kak!” Pekik kembali wanita muda dengan menghalangi langkah Luna bersama kedua sahabatnya menuju mobil mereka.Arumi dan Cintya yang melihat wanita muda yang sejak awal bersama Devan dan berbicara serius di parkir sepeda motor lelaki tampan itu pun langsung merespons ucapan wanita cantik jelita tersebut.“Awas! Cantik-cantik kok gatel sih? Asal lo tau ya, lelaki yang tadi sama elo, laki teman gue! Paham lo?!” hardik Cintya yang lebih judes dari Luna ataupun Arumi.“Kak, aku paham ... Karena itu, aku mau jelaskan salah paham ini,” ujar wanita cantik itu dengan mencakupkan kedua tangannya memohon waktu pada Luna.“Eh! Nggak usah ya lo menjelaskan apa yang udah gue liat pakai mata kepala kita. Napa sih, elo pakai susah-susah menjelaskan yang usah terlihat? Udah sana jangan halangi langkah teman gue!” sengit Arumi menarik tangan wanita muda yang menghalangi langkah Luna.“Aduh! Sakit kak tanganku...,” keluh wanita muda tersebut memegangi lengannya dan kembali bergeming di

  • Putra Sambungku jadi Suamiku   BAB 42 : CURIGA

    Di sebuah Cafe tempat nongkrong dari beberapa orang yang seluruh bangkunya di isi oleh anak-anak muda dan kaum intelektual muda untuk bercengkerama dan mengobrol, terlihat Luna sedang berbincang bersama kedua sahabatnya dan asyik menyeruput kopi berisi cream. Sudah satu jam lebih mereka bercengkerama dengan tawa yang kadang terdengar dari meja tempatnya mengobrol.Kedua sahabat Luna telah menikah. Hanya saja, suami Arumi menunda untuk memiliki momongan. Sedangkan Cintya masih betah sendiri usai calon suaminya menikahi saudara sepupunya dan patah hati.“Menurut elo berdua gimana nih, gue harus ambil sikap sama si Devan?” tanya Luna memandang kedua sahabatnya.“Menurut gue ya, seperti yang tadi gue omong ke lo. Bisa jadi laki elo itu uda pernah begituan juga sama ceweknya. Kalau denger dari apa yang dia lakuin ke elo, itu mah lelaki yang udah mahir begituan. Kasihanlah cewek itu. Kalau besok cewek itu bunuh diri karena laki elo, bisa-bisa di penjara si Devan,” tutur Cintya serius sembar

DMCA.com Protection Status