Semua Bab Sekretaris Kumal Idaman Presdir : Bab 51 - Bab 60

136 Bab

Rencana untuk Rangga

Alastair kembali ke ruangannya dengan langkah lesu. Ia duduk di sofa panjang sambil memijit pelipis yang terasa pening."Bukankah seharusnya aku senang? Mengapa malah memikirkan hal ini?" batin Alastair.Pikirannya seakan tidak bisa dikendalikan, bahkan hatinya terasa pedih terbayang tangis Aldara beberapa saat yang lalu."Aku tidak boleh begini!" Pria itu segera bangkit menuju kursi kebesarannya. Tangannya mulai mengutak-atik laptop dan mengecek beberapa surel.Namun, semua itu nyatanya tidak mampu menenangkan pikirannya. Ia tetap was-was, khawatir akan terjadi sesuatu pada Aldara di luar sana.'Bagaimana kalau Aldara kembali didekati Rangga?' batinnya dengan kepala yang refleks mendongak."Aaargh!" Pria itu meraup wajah menggunakan kedua telapak tangan. Kegundahan itu semakin menyelimuti hatinya.Ah, ia sendiri pun bingung. Sejak kapan ia menggunakan perasaan? Bukankah selama ini dirinya tidak pernah peduli?Alastair menyandarkan punggung pada sandaran kursi. Kelopak matanya terpejam
Baca selengkapnya

Memulai Hidup Baru

Alastair pulang ke apartemen ketika waktu menunjukkan dini hari. Pria itu tampak acak-acakan. Kakinya melangkah menuju kamar yang pernah ditempati Aldara, ia langsung menghempaskan tubuh di ranjang putih itu.Gelak tawa terdengar memenuhi kamar bernuansa putih itu. Sesekali, pria itu akan meracau tidak jelas dan meneriakkan nama Aldara."Aku yang berniat menjeratmu, tapi kenapa akhirnya kau yang malah menjeratku, Dara?! Akh, benci... aku tidak suka seperti ini," gumam pria itu.Detik jam menjadi pengisi kesunyian, suara gelak tawa sayup-sayup berganti menjadi suara rintihan. Bibir itu merintih, memanggil nama wanita yang telah ia sakiti beberapa saat lalu."Tidak seharusnya aku merindukanmu, Dara. Seharusnya aku membencimu," batin Alastair tanpa sadar.Alastair baru saja menenggak satu botol wine karena kekacauan di dalam kepalanya. Berisik dan membuat pria itu tidak nyaman.Banyak suara sumbang yang terasa terus menelan kepalanya, semakin lama semakin sakit dan memaksanya untuk memej
Baca selengkapnya

Alastair Frustasi

Perusahaan Wilson | Ruang Kerja Alastair.Pria itu seakan kehilangan semangat hidup setelah satu minggu tidak mendapat kabar dari anak buahnya yang ditugaskan untuk mencari Aldara.Ernest mengatakan Aldara pergi ke luar kota untuk bekerja, tetapi setelah dicari ke kota manapun, tidak ada hasil. Bahkan nomor sang mantan sekretaris juga tidak aktif sampai detik ini."Ke mana sebenarnya?!" pekiknya.Raymond yang sedari tadi berada di ruangan luas itu hanya mampu menggeleng. Tatapan tajam itu begitu muak melihat Alastair yang tiba-tiba lemas seperti orang yang belum makan selama satu minggu.Namun, bukankah perumpamaan itu benar?Aldara yang biasanya memberikan semangat kepada Alastair, kini harus berpuasa saat wanita itu seakan hilang ditelan bumi. Bahkan Alastair beberapa kali kehilangan fokus saat rapat, sehingga ia harus menanggung kerugian besar karena klien membatalkan kerjasama.BRAKK!"Heh! Kenapa kau menggebrak meja seperti itu?!" sentak Raymond yang terkejut karena suara keras t
Baca selengkapnya

Kehidupan Baru

Pagi ini, Aldara bangun lebih awal karena sejak kemarin wanita itu tidur terus. Ia langsung menuju dapur dan melihat Bibi sedang mengepel. Tanpa pikir panjang, wanita itu pun langsung membantu Bibi beres-beres, meskipun perutnya masih tidak nyaman dan terasa ingin muntah lagi."Bu, istirahat saja. Ibu masih sakit, jangan dipaksain," ujar Bibi dengan lembut sambil merebut kain lap yang dipegang Aldara. Wanita paruh baya itu menuntun Aldara untuk duduk di kursi."Wajah Ibu masih pucat, takutnya nanti semakin lemas. Lebih baik sekarang Ibu sarapan dulu, ya. Bibi siapkan dulu makanannya," ujar Bibi dengan lembut."Jangan seperti ini, Bi. Saya segan kalau Bibi begini."Wanita paruh baya itu mengulas senyum manis. "Pokoknya, Bu Aldara diam saja di sini. Bibi siapkan dulu makanannya. Kebetulan tadi Bibi bikin nasi goreng setelah bangun tidur."Aldara hendak menyahut, tetapi Bibi sudah berbalik badan dan beranjak menuju meja makan. Tidak seberapa lama kemudian, Bibi datang lagi dengan membawa
Baca selengkapnya

Penyesalan

Sepanjang perjalanan pulang, Aldara terus menangis di dalam taksi. Wanita itu tidak menghiraukan supir taksi yang sedari tadi mencuri pandang dari spion. Ia hanya butuh pelampiasan, melupakan segala sesak yang menghimpit dadanya.'Apa aku bisa bertahan dengan janin ini?' batin Aldara.Mungkin Aldara tidak akan memberi tahu Alastair tentang janin yang dikandungnya, wanita itu memilih membesarkannya sendiri.'Karena aku pun sudah tidak mau bertemu dengan Pak Alastair!' batinnya lagi, saat perasaan nyeri itu kembali hadir.Aldara melemparkan pandangannya ke luar kaca, entah sudah ke berapa kalinya ia menghela napas kasar. Namun, nyatanya kepedihan ini tidak kunjung mereda.'Aku pernah dituduh mandul dan dikhianati oleh cinta pertamaku, padahal aku tidak seperti itu. Aku pergi dan akhirnya terjebak dengan seorang pria yang hanya terobsesi dengan dendamnya. Aku terima semuanya, bahkan aku menerima semua pelecahan itu demi mendapatkan uang,' batin Aldara.Air mata semakin menganak sungai saa
Baca selengkapnya

Berkenalan dengan Pria Asing

Alastair dan Raymond benar-benar turun ke jalanan, kedua pria itu menyusuri gang-gang sempit guna bisa menemukan Aldara."Kalau kita tidak bisa menemukannya, aku akan menekan Ernest. Pokoknya aku harus segera bertemu Aldara," gumam Alastair.Raymond tidak menyahut, meskipun pria itu juga bingung, kenapa Alastair sangat terobsesi untuk menemukan wanita itu."Aku tidak bisa menunggu lebih lama lagi, Ray."Raymond menoleh, cengkeraman tangannya pada setir bertambah erat sambil menghela napas kasar."Kau buru-buru ingin menemukan Aldara, bukan berniat untuk menyiksanya 'kan?" tanya Raymond yang tidak mendapat sahutan.Bahkan sekadar gelengan atau anggukan juga tidak. Alastair masih bingung dengan perasaannya, yang ia tahu hanya menginginkan Aldara segera kembali."Aku tidak mau membantumu kalau kau melakukan pencarian hanya karena ingin kembali menjerat Aldara, Al," desis Raymond.Alastair menggeleng, tetapi bibirnya tetap bungkam.Detik waktu berputar kian cepat, selama itu pula pikiran
Baca selengkapnya

Masuk dalam Jebakan

Pencarian malam ini tidak membawa hasil apa-apa, Alastair harus pulang dengan menelan kekecewaan saat ia dan Raymond tidak bisa menemukan Aldara.[Besok datang ke kantor, Al. Temani Papa untuk meeting.]Sebuah pesan dari sang papa membuat Alastair mendengus. Sudah hampir satu bulan ia tidak masuk kantor, dan selama itu pula papanya lah yang mengurus semua pekerjaan."Malas sekali rasanya," gumam Alastair.Pria itu menghempaskan tubuhnya ke atas ranjang, manik matanya menatap kosong ke arah langit-langit kamar.'Aku merindukan Aldara, dan besok aku akan bekerja tanpanya,' batin Alastair.Ruangannya menjadi saksi awal pertemuan mereka, setiap sudut ruangan pernah ia gunakan untuk menjamah Aldara. Mustahil Alastair lupa hal itu.Helaan napas kasar terdengar begitu berat, wajah tampan itu terlihat sangat frustasi saat membayangkan beberapa minggu lalu Aldara yang masih menemaninya.Tangannya merogoh saku celana, Alastair mengambil ponsel dan melihat foto Aldara yang ia gunakan sebagai wall
Baca selengkapnya

Kesialan Rangga

Satu minggu berlalu dan hari ini Rangga dipanggil untuk menghadap Anthony ke ruangannya, pria itu melangkah dengan tegap dan dagu terangkat, membayangkan kalau atasannya akan memberikan promosi.Rangga duduk di hadapan Anthony dengan senyum merekah yang menghiasi bibirnya, meskipun tidak mendapati raut bersahabat di wajah atasannya itu, ia tetap berusaha menampilkan senyum semanis mungkin."Kau tahu kenapa aku memanggilmu?"Rangga menggeleng. "Maaf, Pak. Saya tidak tahu.""Aku sudah berdiskusi dengan putraku selaku pemegang pimpinan tertinggi di perusahaan ini, dan kami sepakat mengeluarkan surat ini." Anthony menyodorkan sebuah map yang langsung diambil oleh Rangga.Pria itu masih mempertahankan senyumannya, hingga saat tangannya membuka map itu dan membaca deret kalimat yang tertera di sana, sejurus kemudian matanya membelalak lebar."Pe-Pengunduran diri?" gumam Rangga.Jantungnya berpacu lebih cepat melihat atasannya memberikan berkas itu."Maaf, Pak. Apa kesalahan saya sehingga Bap
Baca selengkapnya

Fakta tentang Rangga

Rangga masuk ke dalam kamar, ia tidak mendapati Clarissa di sana, entah ke mana perginya wanita itu. Langkah kakinya beranjak ke lemari yang ada di pojok kamar, ia membukanya dan mencari berkas-berkas penting yang akan digunakan untuk melamar pekerjaan."Apes sekali nasibku. Pak Alex yang mengajak korupsi, tapi aku yang dikeluarkan dari perusahaan," gerutunya sambil terus mengobrak-abrik tumpukan berkas.Rangga mengeluarkan ijazah dan beberapa berkas penting lainnya, hingga tanpa sengaja netranya menangkap sebuah amplop putih bertuliskan nama dan logo rumah sakit.Keningnya mengerut bingung, tetapi ia tetap mengambil amplop itu dan perlahan membukanya."Hasil lab kesuburan?" gumamnya saat membaca kalimat pertama yang tertera di sana.Dengan cepat Rangga mengeluarkan kertas yang ada di dalam amplop itu, degup jantungnya naik sekian kali lipat saat menyadari isinya adalah hasil lab kesuburan yang ia lakukan bersama Aldara satu tahun lalu.Rangga membaca deret kalimat yang tertera pada ke
Baca selengkapnya

Bertemu Raymond

Berbeda dengan Rangga dan Alastair yang tampak menuai karma dari sikapnya di masa lalu, Aldara malah tampak bahagia saat pagi ini Kenneth membelikannya rujak mangga.Sejak semalam Aldara ingin makan rujak mangga, tetapi ia takut kalau keluar malam di daerah sini.Bak Dewa Penolong, Kenneth datang berkunjung dan membawa dua box rujak mangga. Padahal Aldara tidak bilang, bahkan ia juga tidak cerita kepada Bibi."Kamu suka rujak mangga, Ra?" tanya Kenneth dengan senyum manis di bibirnya.Sedari tadi Kenneth terus memperhatikan Aldara, ia kagum pada kegigihan dan kesederhanaan Aldara. Tanpa disadari benih-benih cinta mulai tumbuh di hati pria itu."Aku suka. Kebetulan sejak semalam pengen makan rujak mangga, tapi nggak tahu harus beli di mana." Aldara kembali menyuap satu potong mangga muda ke dalam mulutnya. "Sebenarnya tadi mau titip mangga waktu Bibi ke pasar, tapi ternyata kamu sudah bawakan."Aldara juga sudah terbiasa dengan Kenneth karena mereka berdua sering bertemu setiap hari. Ke
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
14
DMCA.com Protection Status