All Chapters of Sekretaris Kumal Idaman Presdir : Chapter 41 - Chapter 50

136 Chapters

Penuh Kesialan

"Mama nggak nyangka kamu bisa tergoda dengan wanita itu, Al. Apa bagusnya dia, sih?! Penampilannya juga nggak memuaskan. Bisa-bisanya kamu tergoda. Padahal banyak yang lebih dari Aldara. Dan tentunya ... masih gadis, bukan janda.""Ma ... tolong jangan seperti ini. Aku tidak mau melawan Mama, jadi jangan berlebihan," sahut Alastair yang masih fokus pada kemudinya.Wanita paruh baya itu terkekeh. "Demi wanita sialan itu kamu sampai berani melawan Mama."Elle berusaha menormalkan deru napasnya. Ah, ia hampir gila menghadapai Alastair. Padahal sebelum mengenal Aldara putranya adalah sosok penurut, meskipun sikapnya sangat cuek."Kamu juga tidak mau memindahkan Aldara ke kantor cabang, ternyata alasannya seperti ini. Ini sudah keterlaluan dan Mama nggak bisa terima. Sekarang, kamu sendiri yang pindahkan dia atau Mama yang bertindak!" desis Elle.Pria itu menggelengkan kepala. "Maaf, Ma. Mungkin ini pertama kalinya aku melawan Mama."Deg! Wanita paruh baya itu menggeram emosi, netranya mel
Read more

Menyembuhkan Luka

Aldara terus menatap sosok yang menyelematkannya itu dengan pandangan berkabut. Titik-titik air matanya kembali jatuh saat pria bertubuh kekar itu dengan mudah mengalahkan dua pemabuk.Aldara mengernyit saat pria itu berjongkok sambil tangannya mencengkram kuat pipi pria berambut keriting itu, mereka tampak berbincang sesuatu 'Pak Alastair ngomongin apa sama orang itu?' batinnya.Sampai tiba-tiba wajah tampan itu berubah lebih murka dari pasa sebelumnya. Alastair menghempaskan kepala pria ke aspal hingga menyebabkan sang empunya pingsan. Detik berikutnya Alastair berjalan ke arah Aldara dan membopong tubuh mungil itu untuk masuk ke dalam mobil."Aku benarkan dulu bajumu. Kau menurut saja." Alastair mengancingkan blouse itu sambil sesekali menelan saliva dengan kasar saat melihat tubuh molek Aldara.Ah, 'miliknya' tidak pernah bisa diam kalau berada di dekat Aldara. Hanya melihat kemolekan tubuh sintal itu saja sudah membuat 'miliknya' menggeliat di balik celana."Kenapa keluar mala
Read more

Pergi dari Rumah

Alastair pulang pukul lima pagi, saat Bibi baru sampai rumah dan Aldara belum bangun dari tidur. Pria itu semalaman tidak tidur, ia mengecek beberapa surel dan dokumen agar tidak mengantuk saat menjaga Aldara.'Aku sudah memastikan orang-orang Mamaku tidak berani masuk rumah itu saat melihat mobilku ada di halaman, Dara. Malam tadi ... aku bisa menyelematkan mu,' batin Alastair dengan helaan napas kasar.Setelah menghentikan mobil di depan kediaman Wilson, Alastair langsung masuk untuk bertemu sang Mama. Tanpa diduga wanita paruh baya itu tengah berbincang dengan Sandra di ruang tamu."Kamu baru pulang, Al?" Elle langsung bangkit dan menggandeng tangan putranya menuju sofa. "Mom Sandra dari tadi nungguin kamu, loh."Pria itu mengulas senyum, tangannya menyalami Sandra sembari bertanya, "apa kabar, Mom?""Baik, Nak. Hari ini Virly tidak ikut, dia ada meeting dengan beberapa klien. Mungkin nanti akan menyusul saat makan siang," kata Sandra yang lantas membuat Alastair mengangguk."Nanti
Read more

Gagal Mencari Perhatian

Sebuah mobil mewah berhenti di depan kediaman Ernest, wanita paruh baya itu keluar dan dengan langkah angkuhnya ia berjalan memasuki pelataran."Aldara ada di rumah?" tanyanya pada Bibi."Ada, Bu. Mari masuk dulu, saya akan panggilkan Bu Aldara," sahut Bibi dengan ramah."Tidak. Saya akan menunggu di sini saja.""Baiklah kalau begitu, Bu. Silakan duduk dulu." Bibi menunjuk sebuah kursi dengan ibu jarinya, tetapi wanita paruh baya itu hanya menatap tanpa ekspresi berlebih.Ia tidak berniat duduk, toh tujuannya kali ini tidak akan lama. Suara langkah kaki dari dalam rumah membuat wanita paruh baya itu menoleh ke arah pintu, saat itu juga Aldara keluar dengan setelan baju rumahan yang menurut pandangannya penampilan itu sangat kumal.Netranya menelisik penampilan Aldara, bibirnya mencebik saat melihat tidak ada satupun barang bermerk yang menempel pada tubuh Aldara. Hanya ada beberapa perhiasan berukuran kecil yang bisa dengan mudah ia taksir harganya.'Sangat jauh kalau dibanding deraj
Read more

Tinggal di Apartemen

"Masuk!" Aldara menoleh sekilas, tetapi ia tetap menurut saat Alastair menyuruhnya. Kaki jenjangnya melangkah masuk, bibirnya berdecak kagum melihat interior unit apartemen ini."Aku tadi sudah menghubungi Ernest, dan dia memintaku menjagamu di sini. Jadi kau diam saja dan jangan merusuh," ucap Alastair dengan suara dingin.Alastair mendudukkan dirinya di sofa, tatapan matanya masih sangat dingin menghunus ke arah Aldara."Maaf atas sikap Mamaku. Aku dan Papa sudah beberapa kali memperingatinya, tapi Mama tetap tidak mau berubah.""Tidak apa-apa, Pak. Saya tahu setiap ibu di dunia ini ingin yang terbaik untuk anaknya, saya juga sadar kelas saya jauh di bawah keluarga Bapak," sahut Aldara dengan suara lirih.Pria itu mendengkus, satu kakinya dinaikkan ke atas lutut. "Kau bisa menggunakan satu kamar untuk beristirahat malam ini, besok aku akan mengantarmu pulang."Aldara mengangguk patuh. 'Tidak apa-apa aku tinggal di sini dulu. Daripada pulang nanti Ibu Elle dan Rangga bisa-bisa kemba
Read more

Kekalutan Aldara

Alastair berbalik badan menuju kamar Aldara, ia menguncinya dari luar untuk berjaga-jaga. Selanjutnya barulah ia membuka pintu."Al, kamu tinggal di sini?" tanya Elle saat pintu baru saja terbuka "Iya, Ma. Ada apa Mama ke sini?" Wajah tampan itu masih menunjukkan raut datar."Mama ingin mengajakmu pulang, Al. Kamu tidak akan nyaman di sini. Apartemen ini memang bagus, tapi kamu sendirian di sini. Tidak ada yang menyiapkan keperluan kamu, Al," rayu Elle.Wanita paruh baya itu merasa putranya tidak mampu hidup tanpa asisten rumah tangga, selama ini Alastair juga selalu menuruti ucapannya. Jadi, ia sangat yakin putranya akan pulang bersamanya malam ini.Namun, sebuah gelengan membuat Elle tersentak. Pupil matanya membelalak tidak percaya melihat penolakan dari darah dagingnya sendiri."Aku sudah memutuskan tinggal di sini, dan selamanya akan begitu, Ma."Deg! Elle menggeleng. Ia meraih tangan Alastair seraya menampilkan raut memelas."Pulang, ya, Nak. Mama mengaku salah, Mama nggak seng
Read more

Malam Panjang

"Sudah siap?" tanya Alastair, sambil menelisik penampilan Aldara dari atas sampai bawah.Cantik. Yeah, Alastair mengakui malam ini Aldara sangat cantik dan manis. Gaun berwarna biru tua itu sangat pas melekat di tubuh ramping Aldara."Sudah, Pak," sahut Aldara lirih.Alastair mengangguk, ia lekas bangkit dari sofa ruang tamu dan melangkah keluar lebih dulu. Pria itu membukakan pintu mobil, membuat Aldara tercenung barang sesaat. Namun, detik berikutnya wanita itu segera masuk mobil sambil mengucapkan terima kasih.Tidak ada sahutan dari Alastair, pria itu berjalan mengitari mobil dan lekas melajukan dengan kecepatan tinggi menuju Rose Hotel."Kita akan makan malam dulu, Dara. Kau harus mengisi tenaga agar tidak lemas nanti," bisik Alastair dengan kekehan lirih.Aldara masih menikmati keheningannya, hingga tanpa terasa keduanya sudah sampai di restoran hotel megah itu dan pelayan membawakan beberapa menu yang telah dipesan Alastair sebelumnya."Makanlah, kamu tidak perlu merasa cemas. A
Read more

Luka Hati

Aldara membuka mata dan merasakan kepalanya masih sangat berat, pandangannya menelisik ke seluruh kamar dengan kening mengerut.Kosong. Tidak ada siapapun di kamar luas ini, ia segera bangun. Detik itu juga bola matanya melotot lebar saat selimut terbuka dan tubuh polosnya terekspos."Astaga!" pekiknya dan segera membungkus lagi tubuhnya.Pikirannya melayang, membawa angan pada kejadian semalam. Benaknya berusaha merangkai kepingan ingatan, hingga perlahan-lahan kejadian semalam berhasil diingatnya."A-Aku ... aku sudah menyerahkannya?"Cairan bening kembali luruh dari pelupuk mata cantik itu, merasakan getir di hatinya saat mendapati fakta bahwa Alastair tega membuatnya mabuk.Aldara berpikir kalau Alastair sudah benar-benar berubah, sikap baik dan lemah lembutnya akhir-akhir ini sering membuatnya tersenyum. Yeah, wanita itu harus jujur kalau beberapa bulan terakhir ini ia tidak terlalu tertekan bekerja dengan Alastair.Namun, siapa sangka kalau itu hanya kedok? Alastair tetap lah p
Read more

Pria Masa Lalu

Pagi ini Aldara datang dengan sisa kekuatan yang masih ada pada dirinya, kaki jenjangnya melangkah lesu menapaki lantai gedung kantor tempatnya bekerja.Tangannya memegang map berisi berkas pengunduran diri. Pokoknya bisa tidak bisa ia harus keluar dari perusahaan ini dan pergi jauh dari kehidupan Alastair."Sepertinya masih lama Pak Alastair datangnya, lebih baik aku membereskan ruanganku dulu," gumam Aldara dan langsung masuk ke dalam ruangannya.Wanita itu memasukkan beberapa barang pribadinya ke dalam goodie bag besar, beruntung barang-barangnya tidak terlalu banyak.Tidak terasa Aldara sudah menghabiskan banyak waktu untuk membereskan ruangannya, hingga tiba-tiba pintu ruangannya dibuka paksa yang sontak saja membuatnya terkejut."P-Pak Alastair," gumam wanita itu dengan suara terbata-bata.Tubuh mungilnya kembali bergetar. Ah, bahkan kemarin keduanya sangat manis. Beberapa hari lalu Aldara merasa nyaman berada satu ruangan dengan Alastair tanpa takut apapun.Termasuk takut dilece
Read more

Terbongkar

"Anak laki-laki yang diolok-olok di depan warga sekolah, mengalami perundungan bahkan sampai ke fisik hingga menyebabkan ia harus pindah ke luar negeri," ujar Alastair sambil condong ke arah Aldara yang masih menunduk. "Lima hari setelah peristiwa itu, dia pergi dari sekolah tanpa pamit pada semua orang, termasuk kepada seorang siswi perempuan yang bernama... Aldara Maharani."Tubuh Aldara masih bergetar hebat, beberapa kali kepalanya tampak menggeleng."Sudah ingat?" tanya Alastair.Ingatan Aldara membawanya pada kejadian sepuluh tahun silam, seorang anak laki-laki asing datang membawa setangkai bunga mawar merah kepadanya.Anak laki-laki itu berjalan dengan kepala menunduk, setiap langkahnya disoraki oleh semua siswa. Aldara yang bingung saat anak laki-laki itu menyatakan perasaan cinta padanya hanya bisa tercenung."Apa kau mau jadi kekasihku?" tanya anak laki-laki itu, entah sudah yang ke berapa kalinya.Aldara tidak terlalu mengenalnya, karena selama SMA ia hanya fokus pada Rangg
Read more
PREV
1
...
34567
...
14
DMCA.com Protection Status