All Chapters of Sekretaris Kumal Idaman Presdir : Chapter 61 - Chapter 70

136 Chapters

Nasihat Anthony

"Kau mengandung anaknya Alastair? Jadi, malam itu ....""Benar, Pak. Dua minggu setelah saya pergi, saya baru tahu kalau di dalam rahim saya bersemayam benih Pak Alastair. Makanya saya pergi jauh mencari perlindungan untuk kami berdua, saya takut Pak Alastair meminta untuk menggugurkan janin ini kalau tahu saya hamil," jelas Aldara dengan suara lirih.Wanita itu mengelus lembut perutnya yang masih rata, bibirnya memaksa senyum meskipun hatinya sangat terluka."Biarkan saya melanjutkan hidup di sini, saya tidak akan kembali ke kota itu. Tolong Bapak jangan beri tahu Pak Alastair tentang pertemuan kita, saya ... tidak mau bertemu dengannya."Raymond memejamkan mata saat melihat Aldara menitikkan air mata, pria itu dapat merasakan seperti apa beratnya Aldara menjalani kehamilan ini sendirian."Jika Anda memberitahu Pak Alastair, saya akan segera pergi dari kota ini. Dan mungkin, kalian tidak bisa lagi menemukan saya di dunia ini," bisik Aldara sambil mengelap lelehan air mata di pipi."Ak
Read more

Memergoki Clarissa

Alastair kembali ke apartemennya dengan beban pikiran yang sangat banyak. Dia mendudukkan diri di sofa dengan napas yang terdengar kasar. "Aldara seperti hilang begitu saja, ke mana lagi aku harus mencarinya?" gumamnya. Dia memutuskan untuk pergi mencari hiburan, karena tidak tahan dengan keadaan seperti ini. Terlebih lagi, Raymond tidak ada di sampingnya sekarang, sehingga tidak ada yang bisa menghiburnya. Alastair memarkirkan mobilnya di depan Rose Hotel, dia sengaja datang ke sini untuk mengenang malam-malam indah bersama Aldara dulu. Dia bingung dengan tekanan untuk bertanggung jawab, yang semakin membuatnya merindukan Aldara. "Bukankah itu ... Rangga?" gumam Alastair sambil mengerutkan keningnya. Dia memperhatikan dengan seksama pria yang berdiri di balik meja resepsionis, dia ingat betul wajah itu adalah wajah yang pernah menatapnya dengan sinis. "Ternyata dia sekarang bekerja di sini setelah dipecat Papa," gumam Alastair sambil terkekeh lirih. Dia melangkah masuk, berhen
Read more

Fakta tentang Clarisa

Clarissa dan Darren, yang tidak lain adalah kekasihnya dari jaman kuliah itu baru saja memasuki kamar hotel. Beberapa kali Darren mengelus lembut perut buncit Clarissa, wajahnya tampak bahagia sedari tadi pagi mereka makan dan jalan-jalan bersama. "Anakku baik-baik saja 'kan selama ini?" tanya Darren yang langsung membuat Clarissa terkekeh. "Baik, dong. Gizi anak kita terpenuhi dari uangnya Rangga. Ah, pria itu memang bodoh. Mudah sekali dibohongi dan sekarang malah susah sendiri setelah dipecat dari perusahaan," sahut Clarissa. "Kamu memang pintar, Cla." Anak yang berada dalam kandungan Clarissa adalah benih Darren, bukan Rangga. Saat Alastair memintanya mendekati Rangga, ia langsung membuat rencana jebakan dengan Darren. Clarissa bahkan mengorbankan posisinya di Perusahaan Wlson dan patuh untuk keluar saat Alastair meminta, mantan atasannya itu menjamin akan mengirimkan gaji setiap bulannya selama ia menjalankan rencana untuk menjebak Rangga. Dan tentunya bonus besar di akhir ma
Read more

Harapan Alastair

"Apa ucapanku kurang jelas, Mas?" tanya Clarissa. "Darren ini kekasihku, dia ayah dari anak yang kukandung."Perasaan Rangga dihantam sembilu yang langsung memporak-porandakan hatinya, ia hanya mampu bengong seolah masih berharap Clarissa hanya membohonginya saja."Janin yang kukandung bukan anakmu, tapi anakku dengan pria lain." Clarissa tertawa sumbang melihat raut pias mantan suaminya itu. "Kamu sudah miskin, tidak punya apa-apa. Jadi sekalian saja aku katakan hal ini, Mas.""Cla—""Aku datang ke sini untuk mengambil barang-barangku, dan ... menegaskan kalau kita sudah berpisah. Kamu jangan khawatir, aku akan mengurus sendiri perceraian ini dan mengirim akta cerainya ke sini," ucap Clarissa tanpa beban.Rangga menggeleng. "Apa-apaan ini. Kau menjebakku?!"Darren mengulas senyum sinis melihat wajah Rangga memerah, sedangkan Clarissa kembali tergelak."Jangan terlalu percaya diri kalau aku dulu mencintaimu. Aku sama sekali tidak ada perasaan denganmu! Karena tujuanku adalah mendapatka
Read more

Lima Tahun Kemudian

Lima tahun kemudian.Seorang anak kecil tampan berambut pendek berjalan gontai dengan tangan memegang tas sekolahnya. Seragam sekolah yang ia kenakan sudah terbuka beberapa kancingnya, juga keringat yang membasahi wajah.Kulit putih dan bibir merah alaminya terlihat menggemaskan, tubuhnya gempal berisi semakin membuatnya menggemaskan.Kendati demikian, iris hitamnya membuat pandangannya terlihat begitu tajam, menukik dan membuat beberapa temannya takut. Belum lagi bulu mata lentik dan alis tebalnya."Seharusnya Paman Ken sudah menjemputku, katanya mau mengajakku ke taman bermain. Tapi aku sudah menunggu satu jam, paman nggak datang-datang," gerutu anak bernama Ryu itu.Mamanya sedang sibuk mengurus toko kue kalau jam segini, beberapa hari ini Paman Ken-nya lah yang bertugas mengantar dan menjemputnya sekolah.Namun, hari ini ia harus menghadapi kekecewaan dan memilih jalan kaki saja. Perutnya sudah lapar, kalau hanya berdiam diri di sekolah ia bisa kelaparan."Tapi aku lapar," gumam Ry
Read more

Kekhawatiran Aldara

Alastair memilih beranjak pergi setelah mobil yang membawa Ryu menjauh. Dia tidak pulang ke kotanya, melainkan menginap di salah satu hotel. "Besok aku akan ke sini lagi, siapa tahu bisa bertemu Ryu. Dia anak yang menyenangkan," gumam Alastair seraya melajukan mobil. Dia sudah jarang pulang ke rumah. Meskipun sang mama dan Virly sudah jarang mencari perhatiannya, dia tetap malas menginjakkan kaki di rumah besar itu. Selama lima tahun ini, dia juga tidak punya semangat hidup. Hanya pulang pergi kerja dan berdiam diri di dalam apartemen. Klub malam sudah tidak lagi menjadi tempatnya meluapkan kegundahan. Karena nyatanya, mau seberapa banyak botol wine yang dia tenggak, tidak akan mampu membuat pikirannya teralihkan dari Aldara. "Aku kira dulu bisa tenang setelah membalaskan dendam, tapi nyatanya ... aku malah menyesal dan semakin kehilangan," gumam Alastair. Dia menghentikan mobil di depan sebuah hotel mewah. Kemarin dirinya sudah izin kepada Anthony kalau akan mengambil libur sela
Read more

Rasa Penasaran Ryu

"Mama ...." Ryu berteriak, membuat tatapan Aldara beralih ke arah putranya yang tengah tersenyum sambil melambaikan tangan ke arahnya. Sejurus kemudian ia menarik pandangan dan kembali melihat ke arah Alastair, detik itu juga jantungnya hampir rontok saat mendapati Alastair tengah menatapnya dengan pandangan yang tidak berkedip. Runtuh sudah pertahanan Aldara, lima tahun melarikan diri dan hari ini persembunyiannya diketahui. Putra merekalah yang tanpa sengaja mempertemukan, apakah ini juga rencana Tuhan? 'Tahan, tahan ... aku harus kuat!' batin Aldara saat merasakan tubuhnya panas dingin. Jantungnya berdebar kencang, kepalanya mendadak pening saat ingatannya kembali mengajak pada kejadian malam di hotel itu. Aldara mengepalkan kedua tangan, menahan trauma yang ia rasakan agar tidak meledak di sini. "Ryu, ayo pulang." Aldara berteriak dengan suara bergetar, beruntung putranya itu langsung mengangguk tanpa ada drama lagi. Anak laki-laki itu berlari kecil ke arahnya, tetapi tanpa
Read more

Hari yang Menyakitkan

Alastair yang tidak bisa tenang pun akhirnya memilih untuk menghubungi Raymond, beruntung tidak lama kemudian panggilan telepon itu langsung tersambung. "Halo, Ray. Kamu tidak sibuk, kan?" tanya Alastair. "Tidak, ada apa?" tanya Raymond dari seberang telepon. "Ray, aku tadi ... bertemu Aldara." Hening! Tidak ada respons dari seberang telepon. Hanya terdengar helaan napas kasar, sepertinya Raymond juga tidak kalah terkejut. "K-Kamu bertemu Aldara? Kamu yakin dia benar-benar Aldara?" tanya Raymond di seberang telepon. "Iya. Dia bersama seorang anak kecil. Aku tidak tahu siapa anak itu. Tapi wajahnya mirip sekali denganku, Ray. Aku seperti melihat masa kecilku di anak itu. Dan anak itu memanggil Aldara dengan sebutan ... mama." Lagi, Raymond tidak langsung menjawab. "Ray, apa jangan-jangan anak itu ... Anakku?!" Hening! Tidak ada respon. Tanpa Alastair sadari, di seberang sana Raymond juga tengah bingung. Apakah dia harus jujur tentang pertemuannya dengan Aldara lima tahun lalu
Read more

Tawaran Kenneth

Malam ini Aldara kembali meminta putranya untuk bercerita, hingga akhirnya Ryu menyerah dan mengatakan alasannya dengan jujur.Hal itu jelas saja membuat Aldara terkejut, ia tidak menjanjikan putranya menjadi garda depan untuknya di usia sekecil ini."Maaf, ya, Ryu. Mama kemarin terlalu khawatir, dan akhirnya hilang kendali. Seharusnya mama berterimakasih sama kamu," ucap Aldara sembari membawa tubuh mungil itu ke dalam dekapannya."Iya, mama. Maafkan aku yang sudah membuat mama kepikiran, mulai hari ini aku tidak akan nakal lagi," bisik Ryu.Aldara mengangguk, setelahnya ia mengajak putranya untuk makan malam. Tidak lama kemudian Kenneth datang membawa banyak makanan."Terima kasih, Paman Ken," ucap Ryu dengan senang.Sementara Aldara hanya melirik sekilas kemudian membuang napas kasar. Ia bukannya tidak suka, tetapi ia takut Ryu jadi manja kalau sering diberikan barang-barang seperti ini."Sama-sama, Ryu. Kamu senang 'kan?" tanya Kenneth saat melihat Ryu memeluk erat hadiah dirinya.
Read more

Bertemu Alastair

"Apa pekerjaanku sudah selesai atau masih ada pekerjaan lain?" tanya Kenneth, pada sektertarisnya yang sedang memegangi tab."Untuk sekarang tidak ada jadwal. Sementara besok ada jadwal meeting bersama perusahaan Wilson. Rapat diadakan pukul 08.00 pagi," papar sang sekretaris menjelaskan jadwal Kenneth yang tak terlalu padat. Besok hanya acara meeting saja keluar kota.Kenneth mengangguk paham, pikirannya jadi tertuju pada Ryu. Dia tahu jika anak itu sudah mulai memasuki masa libur sekolah. Haruskah ia mengajaknya?'Sepertinya ini ide bagus, supaya aku lebih dekat dengan Ryu,' batin Kenneth."Baik, kau boleh pergi. Siapkan saja hal yang diperlukan!" titahnya pada sang sekretaris di perusahaannya.***Setelah mengerjakan urusan kantor. Kenneth berniat ingin pergi ke kediaman Aldara, ingin menyampaikan maksud dan tujuannya besok. Dia harap, semoga Aldara mengizinkannya membawa Ryu keluar kota.Hingga tibalah ia di kediaman Aldara pada malam harinya, dia mengetuk pintu terlebih dahulu, g
Read more
PREV
1
...
56789
...
14
DMCA.com Protection Status