Setelah kejadian beberapa hari lalu sikapnya langsung berubah, bahkan lebih dingin dari sebelumnya. Dia memang menyiapkan makan dan kebutuhanku yang lain tapi tidak bicara jika tidak ditanya.Sikapnya yang begini membuatku serba salah, padahal sudah kujelaskan kalau dia salah paham. Mana mungkin aku mengakui soal perasaanku pada Tania, aku juga masih waras mana mungkin melakukan itu. Tania itu istri sahabatku jadi secinta apapun aku padanya tidak ada niat ku untuk merusak rumah tangga mereka.“Aku mau kerja?”Kepalaku langsung mendongak, beralih dari piring berisi nasi goreng lalu menatap Alin yang bicara dengan nada datar.“Aku nggak kasih izin.”“Aku nggak butuh izin dari kamu, aku cuman kasih tahu.”Kuhela napas panjang. “Aku ini suami kamu, Alin. Jangan bersikap-”“Kamu juga nggak pernah butuh izin dari aku buat ketemu Tania ‘kan? Masih bagus aku bilang terang-terangan, nggak sembunyi-sembunyi.” Dia menyindirku.“Lin, tolonglah. Jangan macem-macem, kamu sebelumnya nggak gini loh.”
Terakhir Diperbarui : 2024-02-04 Baca selengkapnya