Home / Romansa / Istri Best Seller / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Istri Best Seller : Chapter 71 - Chapter 80

100 Chapters

Gagal Jantung?

Bunga menempelkan alat penurunan panas di dahi Raisa dan membaringkan anaknya itu kembali' ke kasur, menepuk pelan punggung Raisa sampai anak itu tidur kembali. Kala mengingat Kafkha berbohong, Bunga tidak bisa tidur dan memikirkan perbuatan suaminya itu yang dirasa tidak akan sanggup dilakukan Kafkha. Ia kembali meneteskan air mata dan membaringkan badan sambil memeluk Raisa. "Sudah jam dua belas malam, tetapi dia tidak kembali. Padahal, kebohongannya itu sudah tertangkap basah," kata Bunga, dalam hati dan mata menatap jam di atas meja. Ponsel Bunga berdering. Ia duduk kembali dan menatap layar ponsel yang ada di atas meja, Willa menghubunginya. “Halo?” Bunga bangkit dari kasur, berjalan keluar dari kamar, menuruni tangga dan duduk di sofa ruang tamu, mendengar perkataan Willa yang terdengar melalui sambungan telepon. “Baiklah. Besok aku akan ke sana,” ucap Bunga. Sambungan telepon mereka berakhir.Bunga melangkahkan kaki berjalan memasuki dapur, meminum segelas air putih dan
last updateLast Updated : 2024-03-03
Read more

Kembalinya Ibu Mertua Baik Itu

Bunga datang ke rumah sakit setelah kembali ke rumah pagi tadi. Kedatangannya bersama Raksa dan buket bunga mawar putih. Ia menaruh mawar putih itu ke dalam vas bunga yang ada di atas meja, di samping ranjang yang ditiduri oleh suaminya itu. Sejak semalam, Kafkha belum sadarkan diri hingga siang ini. Akan tetapi, Danar bilang kondisinya stabil. Oleh sebab itu, Bunga bisa meninggalkan Kafkha sejenak, memberikan tiga kepada Risa untuk bisa menjaga suaminya itu selagi dirinya tidak ada di rumah sakit. Ke mana Bunga akan pergi? Ini berhubungan dengan telepon masuk dari Willa semalam. “Bu Bunga tenang saja, aku akan menghubungi Bu Bunga jika terjadi sesuatu kepada dokter Kafkha,” ucap Risa yang tengah menyuntikkan obat di impus Kafkha.“Terima kasih,” ucap Bunga dan memperhatikan vas bunga yang sudah ditempati oleh beberapa tangkai bunga mawar putih itu. “Dah Raisa …!” Risa melambaikan tangan kepada bocah kecil yang baru digendong Bunga. Bunga meninggalkan kamar Kafkha dengan rasa perca
last updateLast Updated : 2024-03-05
Read more

Dia Bukan Anak Dokter Kafkha

“Raisa?” tanya Bunga, ingat jelas wajah anak itu persis dengan anak suaminya bersama istri pertamanya, mendiang Marissa. “Icha …?” panggil seorang wanita dari jarak beberapa meter di belakang Bunga. Bunga menoleh ke belakang. Kedua bola mata Bunga membelalakkan kaget melihat wajah Marissa pada wanita itu. Bunga berdiri, memutar badan menatap wanita itu yang juga tampak kaget menatapnya. “Bunda …!” panggil gadis kecil itu sambil berlari ke arah wanita itu, mengadukan es krimnya yang jatuh karena Bunga. “Bukankah mereka sudah meninggal? Aku bermimpi atau bagaimana?” tanya Bunga, dalam hati, dan memukul pipinya beberapa kali untuk memastikan dan menyadarkannya. “Bu Bunga!” panggil Risa dari belakang. Bunga memutar badan ke belakang, mendapati wujud wanita yang menghubunginya tadi, memberitahukannya bahwasanya Kafkha sudah siuman. Teringat akan Marissa dan Raisa yang diketahui sudah meninggal, Bunga kembali mengarahkan pandangan ke depan, ingin melanjutkan memastikan diri kalau mer
last updateLast Updated : 2024-03-05
Read more

Rahasia Apa Yang Suster Maksud?

Risa menyuntikkan cairan obat berwarna bening di impus Kafkha sambil mengingat perkataan Stella tadi yang membuatnya merenungkan perkataan wanita itu. Ia tidak habis pikir, ada rahasia besar yang tersembunyi, tidak diketahui oleh Kafkha selama ini. Bunga yang duduk di samping Kafkha, begitupun dengan pria itu, memperhatikan renungan Risa. “Ada apa suster Risa?” tanya Bunga, penasaran. “Tidak.” Risa tersenyum, belum siap memberitahu mereka mengenai cerita Stella yang sudah diketahuinya secara sempurna. “Kalau begitu, aku pergi dulu,” pamit Risa, keluar dari kamar itu, meninggalkan perasaan bingung pada Kafkha dan Bunga. “Aku merasa suster Risa sedang menyembunyikan sesuatu,” kata Bunga, mengemukakan penilaian terhadap sikap Risa tadi. “Benar. Coba hubungi dokter Danar. Mungkin dia tahu apa yang tengah dipikirkan olehnya,” mata Kafkha. Bunga mengeluarkan ponsel dari tas yang ada di atas meja, ia menghubungi nomor Danar, menyuruh pria berprofesi sama dengan suaminya itu untuk datan
last updateLast Updated : 2024-03-07
Read more

Kenapa Berbohong?

Stella berjalan menghampiri meja di samping kasur, menaruh plastik makanan di sana dan mendekati Raisa, memeluk anak itu agar tidak mendekat dengan kedua wanita yang ada di hadapannya.Kedatangan kedua wanita itu merusak suasana hati bahagia Stella, ekspresinya langsung tajam, menunjukkan rasa tidak suka.“Mengapa kalian ke sini? Kamu sudah memberitahunya, Risa? Kamu tidak mendengarkan perkataanku?” tanya Stella kepada Risa. “Ak–,” perkata Risa terpotong karena sergapan Bunga. “Bisa kita berbicara sebentar?” ajukan Bunga dengan harapan. Stella terdiam, beralih menatap Bunga yang menunjukkan ekspresi memelas. Stella menurunkan pandangan, menatap bocah perempuan yang memiliki tinggi hingga pinggangnya itu. “Raisa di kamar saja. Mama keluar sebenar,” pesan Stella kepada Raisa setelah melepaskan pelukan dari anak itu. Raisa menganggukkan kepala, menurut. Stella keluar dari kamar, diikuti oleh Bunga, sedangkan Risa tetap berada di kamar itu, memastikan gadis tersebut tetap selalu ber
last updateLast Updated : 2024-03-09
Read more

Mama Belum Tahu?

Bunga duduk dalam beban pikiran, sambil mengayun pelan tubuh Raisa dalam gendongannya, duduk di tepi kasur. Pikirannya kacau, selain memikirkan masalah Kafkha dan Jelita, Marissa dan masa lalu wanita itu juga mengguncang benaknya. Raisa di baringkan di atas kasur setelah melihat anak itu tidur. Karena kondisi Raisa kurang baik beberapa hari terakhir, bocah itu mengalami gangguan tidur. Tubuh Bunga bangkit dari kasur setelah menyelimuti Raisa, ia berjalan keluar dari kamar, beranjak akan ke gudang di samping rumah. Apa yang dilakukannya? Bunga menggeledah kotak penyimpanan barang-barang Marissa yang disimpan di sana. Buku diary mendiang istrinya pertama suaminya itu dibolak-balik, mencari sesuatu yang bisa membawanya kepada sebuah kebenaran yang nyata. "Ada satu helai yang hilang," kata Bunga, sadar ada satu halaman telah robek di bagian buku paling akhir. "Mungkinkah sesuatu yang ingin aku cari tahu ada di kertas yang sudah disobek ini?" Bunga berpikir keras. "Bunga ...!" panggil J
last updateLast Updated : 2024-03-13
Read more

Aku Ingin Anak Laki-Laki Darimu

Bunga bergegas menghampiri kedua wanita yang masih saling tatap menatap di ambang pintu rumah sakit. Sebelumnya, Bunga baru selesai memarkirkan mobil di parkiran dan tidak beriringan masuk bersama Jelita. Bunga menengahi mereka sebelum terjadi perdebatan. Ia memberikan penjelasan kepada Jelita kalau wanita yang membuat kaget ibu mertuanya itu adalah Stella, bukan Marissa. "Ini Stella, Ma," terang Bunga, mengingatkan Jelita mengenai ceritanya tadi. Jelita menurunkan pandangan, menenangkan perasaan yang sempat syok dan ingin meledak marah. Ia mendongak kembali pandangannya, menatap Stella sambil mengingat perbuatan buruk wanita yang sempat hadir dalam hubungan rumah tangga Kafkha dan Bunga. "Ternyata benar, kamu masih hidup," ucapJelita, geram. Dahi Bunga sedikit mengerut bingung menatap menyelidiki wajah Stella yang memucat, terlihat menahan rasa sakit. "Ma ... kita ke kamar Kafkha. Ayo," ajak Bunga, ingin menghindari terjadinya perdebatan berlanjut di antara mereka. Sesekali Bu
last updateLast Updated : 2024-03-15
Read more

Ingin Waktu Berdua

Kafkha duduk di atas ranjang rumah sakit dengan punggung bersandar di bantal yang tersandar di bagian kepala ranjang. Mata pria itu sesekali melirik Bunga yang tengah duduk di sampingnya dengan posisi sama. Kedua tangan wanita itu berada di atas keyboard laptop yang ada di pangkuannya, tengah mengetik, melanjutkan pembuatan cerita dalam bentuk novel yang biasa dibuatnya. Bibir Kafkha tersenyum senang memperhatikan keseriusan Bunga saat bekerja.Perlahan Bunga menoleh ke kiri, menatap suaminya itu. “Kenapa?” Bunga sedikit mengerutkan dahi, bingung.Pria itu hanya diam. Volume senyuman Kafkha bertambah, melengkungkan bibir, membuat Bunga salah tingkah dan mengalihkan pandangan darinya. Bunga mengontrol perasaannya, berusaha tenang dan kembali menatap Kafkha dengan wajah biasa saja. “Kamu ingin sesuatu?” tanya Bunga, mengalihkan suasana dengan memunculkan topik pembicaraan baru. “Tidak ada. Melihatmu di sampingku, rasanya sudah lega. Tidak ada kekhawatiran lagi bagiku,” jawab Kafkha,
last updateLast Updated : 2024-03-15
Read more

Penasaran Dengan Pembicaraan Mereka

Bunga berhenti melangkah setelah melihat Haidan baru keluar dari kamar Kafkha. Ia sontak kaget dan bergegas melangkah mundur, sembunyi dari penampakan Haidan, sekaligus sengaja menghindari pria itu karena masih ada sisa trauma di masa lalu dengan pria itu. Perasaan Bunga lega setelah Haidan melewati keberadaannya tanpa sadar akan posisinya. Beranjak ia berjalan menuju pintu kamar Kafkha, memasukinya. Haidan pun berhenti melangkah, lalu menoleh ke belakang, memasang wajah murung. Bukan tidak sadar, Haidan sengaja berpura-pura tidak melihat Bunga karena tahu wanita itu berusaha menghindarinya karena takut. "Maafkan aku," ucap Haidan dan kembali melanjutkan perjalanan meninggalkan tempat itu. Setelah memasuki kamar Kafkha, Bunga menghampiri suaminya itu, berdiri di samping Kafkha yang fokus membaca novel tulisannya yang dengan posisi duduk bersandar ke kepala ranjang yang ditidurinya. "Tadi aku melihat Haidan ke sini. Kalian bertengkar?" tanya Bunga, penasaran. Kafkha hanya diam den
last updateLast Updated : 2024-03-16
Read more

Melihat Mereka

Bunga melepaskan pelukan Haidan dan melanjutkan kaki melangkah memasuki mobil yang terparkir di tepi jalan. Haidan terus mengikutinya dan ikut masuk, duduk di samping Bunga, masih membujuk wanita itu untuk bersamanya dan meninggalkan Kafkha yang sakit-sakitan. “Untuk apa kamu masih ingin bersamanya? Tidakkah kamu kewalahan menjaga orang yang tidak tau sampai kapan umurnya itu?” tanya Haidan, menatap Bunga yang duduk dengan pandangan menahan amarah yang mengarah ke depan. Bunga mendelik ke arah Haidan. “Entah siapa yang duluan tidak berumur panjang. Jangan berkata begitu jika kamu bukan Tuhan. Ingat, sudah tanggung jawabku untuk menjaga suamiku. Sekarang, keluar!” titah Bunga. Haidan terdiam. Perlahan senyuman muncul di bibirnya dan beranjak keluar dari mobil itu. Sejenak Bunga dibuat sedikit bingung dengan tingkah Haidan yang mudah di usir dari sikap kerasa pria itu sebelumnya. Bunga mengabaikan sikap pria itu dan mengemudikan mobil meninggalkan keberadaan Haidan. Pria itu masih
last updateLast Updated : 2024-03-19
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status