Semua Bab Kehamilan yang Kusembunyikan: Bab 81 - Bab 90
593 Bab
Bab 81
Alya terdiam.Hana yang duduk di seberang dapat merasakan jantungnya berdegap kencang. Namun dari luar, dia berpura-pura tenang.Dia juga tidak tahu apakah penjelasannya barusan dapat mengintimidasi Alya.Dia tidak begitu mengenal Alya. Namun satu hal yang dia ketahui tentangnya adalah, Alya memiliki ambisi yang tinggi.Jadi Hana hanya bisa melakukannya dengan cara ini dan mengambil risiko.Melihatnya enggan berbicara, tangan Hana yang berada di bawah meja pun mulai berkeringat. Dia memaksa untuk tersenyum dan berkata, "Kenapa? Apa kamu nggak setuju?"Mendengar ini, Alya meliriknya dengan santai dan bertanya, "Kenapa kamu terlihat sangat gugup?""Gugup dari mana? Aku hanya ...."Ditanya oleh Alya seperti itu, Hana hampir mengungkapkan niat aslinya. Dia cepat-cepat menginjak rem mulutnya dan berkata dengan lembut, "Baiklah, pikirkan saja pelan-pelan."Saat ini, Hana benar-benar berharap Alya akan bertindak cepat seperti yang dia katakan sebelumnya. Bukankah itu lebih bagus?Namun, Alya
Baca selengkapnya
Bab 82
Mendengarnya, Alya tersenyum dan berkata, "Begitukah? Kalau begitu apa yang kamu takutkan?""Takutkan?" Hana tidak begitu mengerti maksudnya."Bukankah kamu penyelamat hidupnya? Kamu kurang percaya diri dengannya, jadi kamu memintaku untuk menandatangani perjanjian ini."Mendengar ini, sekilas wajah Hana tampak garang.Mendengarnya membicarakan utang budi Rizki, Hana merasa sangat sial. Setiap Alya membicarakan hal tersebut, dia takut tiba-tiba ingatan Alya yang hilang akan kembali.Mungkin karena menahan amarahnya, wajah Hana yang biasanya tampak tenang dan cantik pun sedikit berubah. "Kalau bukan karena kamu yang bersikeras ingin mempertahankan anak itu, apa aku perlu menyiapkan perjanjian ini?"Setelah itu, Hana kembali memasang penampilannya yang lembut dan berkata pada Alya, "Pokoknya, percaya saja padaku. Aku nggak akan menipumu."Hari ini Alya tidak menyangka akan melihat perubahan yang begitu dramatis.Dia belum pernah melihatnya. Setelah melihatnya, dia sungguh merasa takjub.
Baca selengkapnya
Bab 83
Setelah mengatakan itu, Alya pun tidak ingin membuang lebih banyak waktu lagi dengannya. Dia merapikan barang-barangnya dan segera pergi dari kafe tersebut.Dia tidak menyadari bahwa begitu dia pergi, pria yang bernama Anton tadi kembali duduk di depan Hana dan mulai menanyakan informasi mengenai dirinya.Setelah meninggalkan kafe, Alya tidak langsung pulang. Dia berdiri di tepi jalan dan memperhatikan kendaraan yang berlalu lalang. Beban yang selama ini memberati hatinya akhirnya menghilang.Dia pun tidak bisa menahan dirinya dan mengeluarkan ponsel untuk menelepon ayahnya. Dia tidak sabar untuk mengabarkan bahwa dia telah melunasi utang budinya.Namun, teleponnya tidak juga diangkat oleh sang ayah.Alya melirik jamnya, lalu menduga bahwa ayahnya mungkin sedang sibuk bekerja. Jadi, dia pun tidak menelepon lagi.Alya menghabiskan sisa hari itu di sanatorium untuk menemani sang nenek.Karena pertemuan dengan Hana tadi, Alya jadi terlambat datang. Dia tiba di sanatorium lebih telat dari
Baca selengkapnya
Bab 84
Tak lama setelah pesan itu dikirim, Rizki sudah membalasnya lagi: "Siang ini aku ke sana."Alya agak kaget dengan balasan Rizki. Dia pun bertanya: "Kantor nggak sibuk?"Rizki menjawab: "Sibuk, sekarang aku masih rapat. Aku akan meluangkan waktu untuk pergi."Melihat ini, Alya tidak berkata apa-apa lagi dan hanya membalas: "Oke."Pria itu meluangkan waktu dari pekerjaan untuk mengunjungi neneknya di sanatorium, tidak ada lagi yang perlu Alya katakan....Sebuah rapat akhirnya selesai.Setelah menghabiskan berjam-jam di ruang rapat, para eksekutif yang mendengar mulut tajam Rizki melangkah keluar dengan wajah pucat. Semua orang saling memandang dengan suram.Kemudian, mereka saling menggelengkan kepala, menghela napas, lalu pergi.Rizki meluruskan dasinya dan mengecek waktu di jam tangannya.Jika saat ini dia pergi ke sanatorium, waktunya seharusnya cukup.Dengan wajah datar Rizki pun keluar dari ruang rapat.Sebuah sosok bergaun putih dengan rambut panjang tergerai, tiba-tiba melangkah
Baca selengkapnya
Bab 85
"A ... Apa?"Hana tidak memercayai apa yang baru saja didengarnya.Pada dasarnya bukan ini yang dia inginkan.Yang dia inginkan adalah, karena dia sudah membuatkan Rizki makan siang yang penuh cinta, setelah masuk ke dalam dia akan menunjukkan jarinya yang terluka akibat memasak. Kemudian, setelah Rizki mengetahuinya, pria itu tidak hanya akan tersentuh olehnya, tetapi juga mengkhawatirkannya.Kemudian, mereka bisa berduaan di dalam kantor dan mempererat hubungan mereka.Tidak seperti sekarang ini ....Hana tidak mau, tetapi dia hanya bisa tersenyum dengan canggung dan berkata, "Rizki, kamu ada urusan apa? Kalau nggak lama, aku bisa menunggu di dalam kantormu.""Maaf, Hana. Akan pergi cukup lama, kamu pulang dulu saja.""Aku ...."Sang asisten sudah menghampiri Hana. "Nona Hana, ayo."Hana terdiam.Karena tidak mau, dia pun menggigit bibirnya dan menoleh menatap Rizki dengan mata agak memerah.Bagaimana kalau seperti ini?Apa dia tetap tidak akan peduli?Akan tetapi, Rizki sama sekali
Baca selengkapnya
Bab 86
"Nona Hana, saya nggak bisa menerima imbalan tanpa melakukan apa pun."Hana tak bisa berkata-kata.Dia sangat marah.Akhirnya Hana diantar pulang oleh asisten itu....Di sanatorium.Rizki tiba tepat pada waktunya.Begitu dia melangkah masuk ke sanatorium dan melihat Alya beristirahat di kaki neneknya, ketegangan yang dia rasakan sebelumnya seketika menghilang.Mendengar suaranya, Wulan pun melihat ke arah Rizki.Wulan dan cucu itu bertukar pandangan. Kemudian, sang nenek mengisyaratkan cucunya untuk tidak berisik.Melihat ini, Rizki menyadari bahwa Alya telah tertidur di kaki neneknya.Karena kaki Wulan sedang tidak sehat, Rizki pun menghampirinya, membungkuk, lalu perlahan menggendong Alya dan menempatkannya di sebuah tempat tidur kecil di samping.Sepertinya Alya tertidur dengan sangat nyenyak, dia tidak sadar ketika dirinya digendong oleh Rizki. Bahkan saat kepalanya menyentuh bantal, tanpa sadar dia meringkuk dan memeluk selimutnya. Kemudian, dia melanjutkan tidurnya.Melihat pena
Baca selengkapnya
Bab 87
Mendengarkan cerita ....Benar, Alya ingat.Dia jelas sedang mendengarkan cerita masa muda Nenek, dia bahkan cukup tertarik dengan ceritanya. Namun, entah kenapa, tiba-tiba dia mengantuk.Dia tidak enak hari untuk menyela sang nenek, jadi dia hanya bisa memaksa dirinya untuk tetap bangun dan terus mendengarkan.Sementara mengenai kapan dia tertidur, dia sendiri juga tidak ingat.Mengingat hal ini, Alya pun menyalahkan dirinya."Aku nggak bermaksud untuk tidur, apa Nenek akan memarahiku?""Nenek sangat menyukaimu, jadi menurutmu?"Rizki menceritakan bahwa setelah dia tiba, Nenek enggan membiarkannya membangunkan Alya.Setelah mendengar cerita Rizki, Alya menatap ke bawah dan tertawa kecil."Benar juga."Alya yang baru bangun terlihat sangat memesona dan polos. Melihatnya yang seperti ini, Rizki tanpa sadar menyentil kening Alya. "Apa yang kamu pikirkan seharian ini?"Alya tercengang. Dia tadinya sedikit mengantuk, tetapi sekarang dia sudah benar-benar bangun. Dia menyentuh keningnya dan
Baca selengkapnya
Bab 88
Dia hanya berharap pada saat waktunya tiba, Nenek dapat menerima keputusan ini dengan tenang.Setelah Nenek selesai menjalani pemeriksaan dan kembali, dia menanyakan keberadaan cucunya. Alya menjelaskan bahwa Rizki sudah kembali untuk bekerja, Wulan pun mengangguk dengan penuh pengertian.Dia bahkan berkata, "Kalau bukan karena kamu di sini, aku rasa dia nggak akan sengaja datang siang-siang."Perkataan sang nenek membuat Alya tercengang.Benarkah? Apakah pria itu sengaja datang karena dia ada di sini?Namun, di dalam hati, Alya menggelengkan kepala dan membantahnya.Apakah Rizki datang ke sini untuknya atau tidak, itu tidak penting. Pada akhirnya mereka tetap akan bercerai.Jadi perkembangan ini sama sekali tidak ada artinya....Ketika kembali ke kantor, raut wajah Rizki tampak buruk.Dia menahan napasnya di perjalanan. Begitu masuk ke kantornya, dia segera melepas jas hitamnya dan melemparnya ke sofa.Asisten yang mengikuti di belakangnya pun terkejut. Dia ragu apakah dia harus kelu
Baca selengkapnya
Bab 89
"Kamu sangat nganggur ya? Apa sekarang kamu berkerja jadi pengantar makanan? Kalau ingin ganti ...."Tiba-tiba perkataannya terhenti. Rizki menyadari kata kunci yang tadi disebutkan oleh sang asisten, yaitu "Bu Alya"."Barusan kamu bilang apa? Bu Alya?"Sang asisten mengangguk tanpa ekspresi. "Benar, itulah yang dikatakan oleh pengantar makanannya."Tepat setelah mengatakan itu, ponsel Rizki menerima pesan teks dari Alya."Nenek bilang kamu belum makan, jadi aku memesankanmu makanan. Restorannya baru saja memberitahuku bahwa makanannya sudah diantar, apa kamu sudah menerimanya?"Setelah melihat pesan ini, amarah dan ekspresi buruk Rizki pun mereda. Namun dia masih dengan keras kepala berkata, "Bukankah dia sengaja menghindariku? Untuk apa berpura-pura begini?"Setelah itu, Rizki melirik asistennya."Bawa makanan itu masuk.""Oh."Sang asisten pun membawa masuk tas itu dan menaruhnya di atas meja, di samping makan siang penuh cinta yang dibuat oleh Hana. Dilihat bagaimanapun juga, kotak
Baca selengkapnya
Bab 90
Sampai di sini, Lutfi tampak teringat sesuatu dan berkata, "Menurut semua orang rasanya enak.""Apa ...."Begitu mendengar perkataan Lutfi, Hana hampir tidak dapat mempertahankan senyum di wajahnya.Tadinya dia memang berencana memberikan makanan itu pada Lutfi. Dia kira Rizki akan terlalu sibuk untuk kembali, jadi dia berikan saja bekal itu pada asistennya.Namun, dia tidak menduga Rizki akan kembali lagi.Akan tetapi, Rizki tidak memakan masakannya. Bahkan ... pria itu membaginya dengan sang asisten dan para karyawan.Dalam sekejap, Hana merasa niatnya telah diinjak-injak."Nona Hana, ada apa?" Lutfi memandang Hana yang berdiri di depannya. "Apa Anda nggak apa-apa?"Hana pun tersadar dari lamunannya. Dia memaksa dirinya untuk tersenyum dan menggelengkan kepalanya."Nggak apa-apa. Kalau begitu, aku pergi menemui Rizki dulu.""Baik, Nona Hana."Melihat Hana pergi ke kantor atasannya, senyum di wajah Lutfi pun tak terlihat lagi.Tok tok."Masuk."Terdengar suara yang dingin dari dalam k
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
60
DMCA.com Protection Status