All Chapters of Kehamilan yang Kusembunyikan: Chapter 91 - Chapter 100
597 Chapters
Bab 91
Selama dia bisa melakukannya ....Hana hampir mengatakan permintaannya pada Rizki, tetapi begitu kata-katanya mencapai ujung lidah, dia menelannya kembali.Dia tidak bisa mengatakannya sekarang, dia harus tetap tenang.Jadi, dia pun mengubah topik pembicaraan dan menanyakan kondisi Wulan."Setelah kembali dari luar negeri, sampai sekarang aku belum sempat mengunjungi nenekmu. Kalau bisa, beberapa hari lagi aku ingin mengunjunginya. Bagaimana?"Rizki mengerutkan kening dan menolaknya."Tunggu sebentar lagi, aku khawatir itu akan memengaruhi kondisi Nenek."Senyum tipis muncul di bibir Hana. Hasilnya masih sama. Entah kenapa, sepertinya Wulan tidak menyukai dirinya.Karena dia adalah penyelamat Rizki, Wulan masih bersikap sopan padanya. Namun, sikap wanita tua itu terlalu sopan, terlalu formal. Wanita tua itu semata-mata memperlakukannya sebagai seorang penyelamat.Sebaliknya, Wulan memperlakukan Alya seperti cucunya sendiri.Hal ini sempat membuat Hana kesal.Akhirnya, Hana hanya bisa m
Read more
Bab 92
Seketika tatapan Alya menjadi dingin. Dengan suara yang sama sekali tidak menunjukkan ekspresi, dia berkata, "Nggak perlu, kalian makan duluan saja. Masih ada pekerjaan yang harus aku tangani, kalian nggak perlu menungguku."Setelah mengatakan itu, Alya menutup teleponnya.Kebetulan pada saat itu, dia melihat Tiara yang hendak pergi. Alya pun berdiri dan bertanya, "Tiara, apa kamu mau pergi makan siang?""Ya, apa Kak Alya mau makan bareng?""Boleh, ayo makan bareng."Alya mengambil ponsel dan tasnya, lalu pergi ke kantin perusahaan bersama Tiara.Tiara berjalan di samping Alya, merasa sangat tersanjung. Ini adalah pertama kalinya dia pergi ke kantin bersama dengan Alya.Jadi, dia sangat bersemangat dan terus berusaha mencari topik pembicaraan dengan Alya."Kak Alya, apa kamu terbiasa dengan makanan kantin? Kalau nggak, kita bisa pergi makan di luar.""Nggak usah." Alya tersenyum. "Kantin lumayan dekat, jadi setelah makan aku bisa segera kembali bekerja. Lebih praktis.""Ah ...." Begitu
Read more
Bab 93
Akhirnya di bawah ekspresi tenang Alya, Tiara dengan enggan duduk. Meskipun sudah duduk, dia masih merasa sangat enggan. Dia menggigit bibir bawahnya dan berkata dengan marah, "Kak Alya, apa kamu nggak dengar apa yang mereka katakan? Itu sudah sangat kelewatan. Aku benar-benar ingin ke sana dan menutup mulut mereka."Alya dengan tenang bertanya, "Lalu apa? Kalau kita membuat keributan karena perkataan mereka, suatu saat beritanya akan tersebar. Aku nggak hanya terlihat makan di kantin, tapi aku bahkan juga berkelahi karena tersinggung oleh mereka?"Mendengar ini, Tiara mengerutkan keningnya."Kak Alya, aku nggak bermaksud begitu.""Tentu saja aku tahu itu bukan maksudmu, tapi apa kamu pikir ada gunanya menghadapi mereka? Mau kamu melawan atau nggak, kamu nggak bisa mengontrol apa yang orang lain katakan."Tiara menggigit bibir bawahnya."Aku nggak bisa diam saja saat mendengar Kak Alya dihina seperti ini!"Tiara yang marah demi dirinya cukup menyentuh perasaan Alya. Dia tidak menyangka
Read more
Bab 94
Wajahnya hanya bisa memerah karena marah dan frustrasi, tetapi dia tidak mengatakan apa pun.Pada saat itu, Alya yang duduk di sampingnya menatap orang itu dengan dingin dan berkata, "Pak Eko, kalau kamu nggak ingin membicarakan pekerjaan, kami nggak akan duduk di sini dan membuang-buang waktu."Setelah mengatakan itu, Alya menarik Tiara yang kaget untuk berdiri. Alya tidak peduli pada permintaan maaf dan usaha Pak Eko untuk menahan mereka, dia langsung membawa Tiara keluar dari hotel.Angin malam menerpa wajah mereka. Tiara memandang Alya dengan terkejut."Bu ... Bu Alya, nggak apa-apa bila kita pergi seperti ini?"Alya meliriknya. "Kalau nggak? Kamu mau tinggal?"Tiara menggelengkan kepalanya."Nggak, nggak mau.""Ya sudah, ayo kita pergi."Alya pun memanggil sebuah taksi dan pergi membawanya."Saat bekerja di bawahku, kamu nggak perlu menderita hal semacam itu. Kalau nggak, para bedebah itu akan makin kurang ajar."Oleh karena itu, meskipun sudah sekian lama bekerja dengan Alya, Tia
Read more
Bab 95
Mendengar ini, Hana tertegun.Memangnya dia tidak pernah memikirkan hal itu? Dia sudah mengisyaratkannya pada Rizki. Namun, dia tidak tahu apakah Rizki memang tidak mengerti atau pura-pura tidak mengerti.Pokoknya, pria itu tidak memberinya jawaban.Hana tidak bisa terlalu berterus terang. Jika tidak, bagaimana bila Rizki menganggapnya sebagai wanita murahan?Jadi, dia pun hanya bisa menelan kegetiran ini.Melihat Hana terdiam dan memucat, Alya mengangkat alisnya."Jangan-jangan kamu nggak bisa memintanya keluar, makanya kamu datang ke sini dan menggangguku?"Hana refleks mengangkat kepalanya. Dia menatap Alya dengan kesal.Alya mengangkat alis dan menatapnya kembali."Apa yang kukatakan salah? Sebenarnya kamu nggak perlu melakukan hal yang sia-sia begini. Sudah jelas kamu nggak menyukaiku, tapi kamu masih membawakanku makanan. Apa kamu ingin terlihat baik di depannya? Kusarankan kamu berpikir lagi. Kalau orang yang kamu sukai berhenti menyukaimu karena kamu nggak terlihat cukup baik,
Read more
Bab 96
"Sepertinya kamu masih nggak mengerti apa yang kukatakan. Sekarang dengarkan baik-baik. Pada akhirnya, kamu hanya seorang karyawan kecil di Perusahaan Saputra. Hubungan apa yang kamu miliki denganku? Apa aku membutuhkanmu untuk membelaku?"Air mata Tiara sudah menggenang di mata. Dia menggigit bibirnya, tidak membiarkan air mata itu jatuh.Suasana di dalam ruang kantor itu sangat hening.Setelah beberapa waktu, terdengar suara berdeham dari luar."Ehem, ehem!"Alya pun mengangkat kepalanya untuk melihat. Dia menemukan Wisnu yang entah sejak kapan berdiri di luar pintu.Akhirnya, Alya dengan dingin berkata pada asistennya, "Keluar dan lanjutkan pekerjaanmu."Tiara tidak berani melawan dan hanya mengangguk.Ketika dia melewati Wisnu, Wisnu dapat melihat setetes air mata kecil yang akhirnya mengalir dari matanya.Setelah asistennya pergi, Alya bertanya, "Kak Wisnu, apa yang membuatmu datang menemuiku?"Wisnu pun berjalan masuk, lalu menutup pintunya.Dia memandang Alya, lalu dengan tanpa
Read more
Bab 97
Wisnu cukup lama berada di dalam kantor Alya sebelum akhirnya pergi.Ketika dia keluar, kebetulan dia dilihat oleh Rizki dan Hana yang juga baru keluar dari kantor.Begitu melihat sosok Wisnu, dalam sekejap tatapan Rizki pun menegang. Tubuhnya memancarkan aura yang dingin, dia menatap pria itu dengan kesal.Hana yang keluar bersamanya, seketika merasakan perubahan suasana hatinya.Hana melihat Wisnu yang berada tidak jauh dari mereka, pria itu baru keluar dari kantor Alya. Sambil seolah-olah berpikir, dia berkata, "Kelihatannya hubungan Pak Wisnu dan Alya sangat dekat. Seingatku, beberapa hari yang lalu mereka berdua pergi makan bersama?"Mendengar ini, Rizki mengerutkan keningnya. Bibirnya dirapatkan hingga membentuk garis lurus, tetapi dia tidak menjawab Hana.Akan tetapi, Hana tampak tidak menyadari emosinya dan melanjutkan, "Sebenarnya kalau dipikir-pikir, dia memperlakukan Alya dengan cukup baik. Setelah Keluarga Kartika bangkrut, semua orang menghindari Alya, tapi dia bergabung k
Read more
Bab 98
Saat ini, emosi Alya setenang air. Dia hanya berpikir bagaimana dia dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan baik dan mengembangkan Tiara, tidak ada yang lain.Namun, saat dia melewati Rizki, pria itu masih ingin mengatakan sesuatu untuk membuatnya jengkel."Apa waktu di siang hari nggak cukup untuk menyelesaikan pekerjaanmu? Atau mungkin ada hal lain yang lebih penting, sehingga kamu menunda pekerjaanmu?"Alya menghentikan langkahnya."Apa maksudmu?"Kebetulan Alya belum berjalan jauh, sehingga saat ini dia dan Rizki hanya saling memunggungi. Alya tidak menoleh, memegang laptopnya di bawah lengannya."Apa maksudmu dengan aku menunda pekerjaanku karena hal lain yang lebih penting? Kamu pikir aku nggak bekerja dengan serius saat di kantor?""Bukankah begitu?"Rizki mencibir, "Kalau kamu bekerja dengan serius, kenapa kamu sampai perlu membawa pulang pekerjaanmu?"Alya mengangkat alisnya, tidak tahu apa yang telah merasuki Rizki.Tidak ada satu pun dari mereka yang berbalik, mereka terus s
Read more
Bab 99
Cemburu?Rizki tercengang. Setelah terdiam sejenak, jarinya mengusap warna merah di ujung bibir wanita itu. Suara Rizki berat dan agak serak."Kalau aku cemburu pun, memangnya kenapa? Jangan lupa, di mata hukum, kamu adalah istriku."Suara pria itu serak dan menggoda, seakan-akan dapat memesona hati orang lain. Ketika dia berbicara, bibirnya makin mendekat, napas panasnya pun menerpa wajah Alya.Saat bibir mereka hampir bertemu, Alya berkata, "Walaupun menurut hukum aku adalah istrimu, apa kamu berhak untuk cemburu?"Rizki terdiam.Alya tertawa ringan, suara tawanya terdengar mencemooh. "Atau dengan kata lain, kalau kamu cemburu padaku, lalu bagaimana dengan Hana?"Disebutkannya orang ketiga secara tiba-tiba, membuat rasa terpesona yang dirasakan Rizki seketika menghilang.Mungkin dia tidak menyangka Alya akan membicarakan Hana, tatapan Rizki pun menjadi dingin."Kenapa kamu bawa-bawa Hana?""Aku nggak boleh bawa-bawa dia? Kalau begitu kenapa kamu bawa-bawa Kak Wisnu?" balas Alya.Rizk
Read more
Bab 100
Dalam seketika, diri dan tindakan Alya menjadi sangat berbeda.Apakah utang piutang mereka harus dihitung sejelas itu?Apakah alasan dia melakukan semua ini adalah ... orang itu?...Keesokan harinya, Alya membawa laptopnya untuk diperbaiki. Setelah menghabiskan beberapa ratus ribu, setidaknya laptopnya bisa dipakai bekerja.Tidak lama lagi dia akan berhenti bekerja di perusahaan, jadi saat ini dia tidak perlu membeli laptop baru. Hal itu hanya akan membuang-buang uang.Dia dan Tiara setuju untuk sarapan bersama. Ketika mereka berdua duduk di sebuah restoran di lantai bawah, Alya masih membicarakan pekerjaan.Dengan ekspresi suram, Tiara meminum susu kacangnya dan menatap Alya yang berada di seberangnya.Entah hanya perasaannya saja atau tidak, akhir-akhir ini, dia merasa Alya menjadi lebih rajin dan mengajarinya banyak hal. Tentu saja, semua hal itu membuat Tiara mengaguminya.Memikirkan hal ini, Tiara menelan apa yang ada di mulutnya dan bertanya, "Kak Alya, boleh aku tanya sesuatu?"
Read more
PREV
1
...
89101112
...
60
DMCA.com Protection Status