Home / CEO / Partner Satu Malam Jadi Istri Kontrak / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Partner Satu Malam Jadi Istri Kontrak: Chapter 51 - Chapter 60

122 Chapters

Bab 51 | Kebenaran dan Kelahiran

"Benar Tuan Muda Heide, Alessa pernah mengandung anak pertama kalian kemudian gugur akibat ulah licik ibumu, jadi ... apakah kau masih bertanya-tanya mengapa Alessa kabur darimu?" Eidar menegak satu gelas minumannya lagi. Ia menertawakan kebodohan Jovian yang saat ini tengah terkejut usai mendengar ucapannya.Jovian membelalakkan kedua mata birunya. Alessa yang indah itu sudah rapuh sejak ia mencoba memilikinya namun Jovian tidak menyadarinya. "Apa ... lagi yang kau tahu?" sergah Jovian mengeraskan rahangnya setiap mengucapkan kata-katanya. "Alessa, pernah tinggal bersamaku karena Ayah tak mau meninggalkannya mati mengenaskan." Eidar kembali berucap sembari menceritakan semuanya yang ia ketahu, pertemuannya dengan Alessa yang sekarat, dan hari-hari Alessa yang berusaha sembuh dari traumanya. Semua itu ulah dari Julia dan Eidar membeberkan semuanya. Eidar tertawa hambar. "Meski kau tak lagi menganggapku temanmu, Alessa memberi tempat yang aman untukku ... dia terlalu baik untukmu, ma
Read more

Bab 52 | Luciel dan Elio

"Kamu pasti bisa, melalui semua ini," ucap Jovian.Alessa mengangguk lemas, kedua matanya redup oleh air matanya sendiri. "Anak-anakmu, anak-anak kita." "Semangat, demi anak-anak kita," ucap Jovian tersenyum.Alessa disela-sela berjuang melawan rasa sakit ini menatap Jovian. Ia menatap kedua mata biru Jovian yang cerah. Kedua mata biru yang Alessa cintai darinya. Ah, Tuhan ... berikan kedua mata itu pada anak-anakku, batin Alessa. Ia meraih wajah Jovian yang kala itu duduk disamping Alessa sembari menggengam tangan Alessa. "Jika ... dunia ini jadi tempat terakhirku, titip Luciel dan Elio ya," ucap Alessa tersenyum haru.Jovian menggeleng. Ia tak mau berkat kebodohannya yang pernah lalai akan melihat Alessa pergi begitu saja. "Apa katamu itu? bercanda bukan?" sahut Jovian tertawa pelan. Tawa yang tak seiras dengan sorot mata pedihnya. "Luciel dan Elio, kamu memikirkan nama anak-anak kita sampai sejauh itu ya? kita akan hidup melihat Luciel dan Elio tumbuh," ucap Jovian. "Luciel dan E
Read more

Bab 53 | Tangkap Aku

"Kalau begitu, jangan sampai ada orang lain yang masuk ke kamar Alessa karena aku akan ke dalam," ucap Jovian. Pria itu memasuki kamar perawatan Alessa kemudian duduk di samping Alessa yang masih terlelap.Alessa pucat pasi dan terbaring lemah di atas ranjang kasur ruang rawat VVIP. Alessa terbangun saat hari menjelang malam. "Aku ... anak-anakku!" jerit Alessa terperanjat. Ingatan terakhirnya berjuang untuk melahirkan kedua bayi kembarnya."Alessa, tenang, kamu di Rumah Sakit dan Si Kembar bersama Rinka-san di Klinik," ucap Jovian lembut. Alessa menatap Jovian yang bertampang lelah. Pria itu tampak letih tapi tersenyum kecil pada Alessa. Alessa pun mengangguk padanya. "Aku sudah melahirkan Si Kembar." Alessa berucap dengan tangis haru."Iya, kamu melahirkan bayi-bayi yang indah, terima kasih sudah berjuang untuk mereka," sahut Jovian. Dia tak mencoba meraih Alessa dalam pelukannya atau mengusap Alessa seperti sebelumnya, melainkan duduk terdiam dengan tatapan yang sulit diartikan.A
Read more

Bab 54 | Sepasang Mata Biru

"Alessa, kamu kenapa?" tanya Eidar tergopoh-gopoh masuk ke dalam ruangan ini. Eidar baru tiba tapi sempat berpas-pasan dengan Julia yang baru keluar dari ruang rawat Alessa. Eidar tahu Julia tak pernah punya niatan baik pada Alessa.Alessa yang berpegangan pada ranjang tiba-tiba merasa tubuhnya lemas. Hendak ambruk tapi langsung ditangkap oleh Eidar. Wajah Alessa memucat sendiri dan rembesan cairan merah tampak mulai mengalir pelan di kedua pahanya. "Oh Ya Tuhan, Alessa!" Eidar menekan bell pada sebelah ranjang Alessa.Alessa menarik kerah kemeja Eidar untuk mendekat padanya. "Dengar, aku tidak tahu harus meminta pada siapa tapi setelah ini bantu aku, lari dari Jovian," ucap Alessa dengan napas tersenggal-senggal.Eidar mengangguk. "Serahkan padaku."Mina dan seorang Perawat tiba kemudian melihat Alessa yang sudah pucat pasi. Mina menghela napas. "Book an Or, please," ucap Mina pada Perawat. Mina gantian melihat Alessa yang pucat pasi tapi raut wajahnya penuh kemurkaan. "Alessa kamu
Read more

Bab 55 | Dosa dan Pengekangan

Denting bunyi suara lonceng, terus menerus saling berbunyi. Beranda sebuah rumah dengan lonceng-lonceng kecil yang bergantung pada langit-langitnya, sahut menyahut berbunyi oleh tiupan angin yang berhembus dengan lembut.Sebuah kamar hening di dalam rumah itu terbaring seorang Wanita muda yang masih betah memejamkan kedua matanya bertahun-tahun lamanya. Berbaring diatas ranjang dengan seprai serba putih, tubuhnya diselimuti oleh kain putih juga. Berkas cahaya dari jendela membuat perlahan kedua kelopak matanya itu mulai terbuka dengan pelan, hingga bulu mata lentik itu bergerak mengikuti kedipan kedua kelopak matanya.Pukul enam pagi-pagi, tak lama setelahnya alarm itu sudah berbunyi selama tiga menit. Berbunyi sudah tiga kali berulang, sampai ketika alarm itu berhenti berbunyi. Itupun berkat usaha sebuah tangan yang menapik dengan kasar, padahal sepasang tangan itu halus dan putih tapi tak terdapat kelembutan disana. Rasa kantuk yang belum kunjung usai, tubuh kecil yang terbaring dia
Read more

Bab 56| Kehidupan

"Rasanya sumpek, risih dan lelah, hehe." Alessa tersenyum sumringan. Eidar mengelus puncak kepala Alessa. "Kamu sampai mewarnai rambut jadi cokelat, omong-omong ... aku mendapatkan surat dari ibumu, isinya dia sangat merindukanmu," ucap Eidar."Kalau rindu kenapa Ibu seperti mendukung Kak Jovian?" Alessa cemberut. "Alessa, ibumu benar karena bagaimana pun Jovian masih suami sahmu meskipun memakai batasan waktu kontrak tapi pernikahan kalian tetap sah." Eidar berucap sambil menyodorkan tempat bekal makan yang ia buat, isinya nasi goreng dan cumi tepung. "Lagi pula tak ada orang tua yang menolak memiliki menantu sempurna seperti Jovian," ucap Eidar. Alessa meraih tempat bekal makan itu namun menatap kedua mata obisidan Eidar yang sendu. Alessa tahu jika Jovian merendahkan dirinya sendiri. Dulu Alessa pun sama, memandang Jovian puncak keberhasilan yang diidam-idamkan semua orang. Alessa bahkan merasa tak pantas bersanding dengannya. "Kak, kamu bisa mengatakan jika kamu menyukaiku tap
Read more

Bab 57 | Pemaksa

Keadaan sore ini sudah lumayan sepi. Usai seminar pelatihan sejak pagi selesai meningglakan keheningan di ruang aula pertemuan. Alessa secara misterius disuruh menemui seseorang di aula pertemuan. Alessa tiba di depan ruangan dengan papan nama ‘Aula Pertemuan Utama’. Dia membuka gagang pintu itu. Alessa melihat isi ruangan yang tidak ada siapapun disana tapi hanya seseorang manusia yang indah. Kedua mata madu Alessa membulat lebar. Dia mendapati pria itu yang sudah berdiri dihadapan jendela kaca yang dibiarkan dibuka. Dia berdiri sembari bersandar pada dinding sembari menyesap puntung rokoknya. Seolah ia sudah sengaja menunggu kedatangan Alessa. Alessa sempat berdecih pelan karena tahu semua ini ulah Pria berambut pirang itu. Alessa mengakui wajah pria itu sangat rupawan lengkap. Apalagi rambut blonde dan iris biru yang tampak saat ini memasang raut dingin. Dia masih berdiri dengan raut wajah datar, memandang Alessa dengan tampang dinginnya itu.“Tidak ada kapok-kapoknya, padahal aku
Read more

Bab 58 | Sangkar Sang Camelia

“Selamat malam, Ya Tuhan, Nyonya!” teriak Kenzo terkejut. Alessa berdiri di luar pintu rumah. keadaannya basah kuyup sehabis diterpa hujan. Bunyi guntur dan petir dari luar tak menghalangi Alessa untuk menemui anak-anaknya. "Di mana Luciel dan Elio?" tanya Alessa. Ia memasang wajah dinginnya.Kenzo menegak salivanya sendiri. Alessa yang ia tahu ceria dan baik hati membuat Kenzo jadi mengerti dengan tatapannya. "Silahkan masuk Nyonya, kamar Anda di lantai dua dan pakaiannya sudah disiapkan," ucap Kenzo sembari membukakan pintu rumah. Ia membiarkan Alessa masuk ke dalam."Luciel dan Elio?" tanya Alessa tak bergeming."Nyonya, Tuan Muda Luciel dan Elio ada di kamar Anda juga, baru saja tidur setelah sukses membuat pinggang berusia tiga puluh tahunku remuk," ucap Kenzo.Alessa tersenyum tipis sembari menoleh pada Kenzo. "Terima kasih, Ken." Alessa berucap sambil berjalan menaiki anak tangga. Ucapan Kenzo memang benar apa adanya. Alessa melihat sendiri kedua bayi kembarnya sedang tidur p
Read more

Bab 59 | Bunga yang Layu

"Jagoan, jangan ribut ya, mamamu sedang tidur." Jovian berucap sembari menggendong bayinya itu. Jovian menghela napas saat menatap Alessa yang tengah tertidur pulas itu. "Jika kamu tidak mencoba melarikan diri dariku, sayapmu akan tetap bebas mengepak, Alessa," ucap Jovian. Tak lama ia letakkan kembali bayinya yang sudah pulas tertidur dari gendongannya. Pria itu menutup pintu meninggalkan keheningan malam pada Alessa sementara Alessa membuka kedua matanya. Sedari tadi ia sadar tidak tidur, Alessa menitikkan air mata. Ia bangkit bangun dari posisi berbaringnya. Wanita muda berambut cokelat panjang yang disengaja itu mengusap wajahnya. Jam berbunyi dari detik demi menit. Alessa duduk tertunduk saat kembang api menghiasi malam tepat pada tanggal satu Januari. "Aku merasa sendirian, terkekang sendiri, tidak punya siapapun, hiks," ucap Alessa terisak. Ia memeluk dirinya sendiri. Perasaannya meluap ruah akan banyak perasaan. Tak berapa lama Alessa tertawa nanar sendiri. "Kurasa ini air
Read more

Bab 60 | Menantang Ketidaksempurnaan

Alessa siuman saat hari menjelang pagi. Lebih tepatnya baru sadar dari lelap dan pingsannya. Alessa terbangun disambut oleh bunyi gemuruh ombak. Griya tawang yang kebetulan Alessa tempati berkat kegilaan Jovian yang senang menghabiskan uangnya."Padahal rumah yang sedang kita tempati juga bagus," ucap Alessa sembari beranjak berdiri. Jendela-jendela serba kaca langsung menyambut panorama pagi dari pantai dipinggiran bagunan-bagunan mewah di sekitarnya. Alessa butuh beberapa menit memandangi langit biru, cuaca nyaman dan ombak laut. Alessa suka pemandangan ini. "Seleranya tidak buruk juga sih," celetuk Alessa. Ia beranjak menuruni tangga. Di ruang tamu serba jendela kaca tampak Jovian sedang mengasuh kedua bayi-bayinya di atas karpet khusus yang lembut. "Alessa selamat pagi," ucap Jovian tersenyum lembut.Alessa membelalakkan kedua matanya. Bukannya kemarin mereka baru saja bertengkar karena meributkan masalah keegoisan masing-masing. Tahu-tahu pagi ini Ia disambut oleh Jovian bersa
Read more
PREV
1
...
45678
...
13
DMCA.com Protection Status