"Kamu pasti bisa, melalui semua ini," ucap Jovian.Alessa mengangguk lemas, kedua matanya redup oleh air matanya sendiri. "Anak-anakmu, anak-anak kita." "Semangat, demi anak-anak kita," ucap Jovian tersenyum.Alessa disela-sela berjuang melawan rasa sakit ini menatap Jovian. Ia menatap kedua mata biru Jovian yang cerah. Kedua mata biru yang Alessa cintai darinya. Ah, Tuhan ... berikan kedua mata itu pada anak-anakku, batin Alessa. Ia meraih wajah Jovian yang kala itu duduk disamping Alessa sembari menggengam tangan Alessa. "Jika ... dunia ini jadi tempat terakhirku, titip Luciel dan Elio ya," ucap Alessa tersenyum haru.Jovian menggeleng. Ia tak mau berkat kebodohannya yang pernah lalai akan melihat Alessa pergi begitu saja. "Apa katamu itu? bercanda bukan?" sahut Jovian tertawa pelan. Tawa yang tak seiras dengan sorot mata pedihnya. "Luciel dan Elio, kamu memikirkan nama anak-anak kita sampai sejauh itu ya? kita akan hidup melihat Luciel dan Elio tumbuh," ucap Jovian. "Luciel dan E
Read more