Home / CEO / Partner Satu Malam Jadi Istri Kontrak / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Partner Satu Malam Jadi Istri Kontrak: Chapter 41 - Chapter 50

122 Chapters

Bab 41 | Camelia Putih Melarikan Diri

Sehari sebelumnya ... "Kak, ini aku Alessa," ucap Alessa sembari memegang ponselnya. Niatnya sudah bulat, usai terbebas dari penculikan atas penyelamatan yang dilakukan Jovian. Alessa menyusun rencana kaburnya bersama Eidar. Semula Alessa menceritakannya pada Mina namun Mina menyarankan Alessa meminta bantuan Eidar. Semua itu karena sebenarnya seseorang bernama Rinka Amarei mencari keberadaan Alessa melalui Eidar. Kebetulan ini membuat keuntungan bagi Alessa. "Kak kata Kak Mina sedang pendidikan lanjut di Kyoto ya?" tanya Alessa masih pada sambungan teleponnya. "Aku mau kabur, Kak." Alessa berucap sembari menahan getar pada bibirnya. Saat ini Alessa sudah memantapkan keinginannya. Ia bertemu dengan Eidar di bandara. "Iya, ayo kita pergi Kak Eidar," ucap Alessa sembari menurunkan topi yang ia kenakan. "Biar aku saja yang membawa kopermu," sahut Eidar. Pria itu mengambil alih koper yang semula Alessa pegang. Dia bahkan menggandeng tangan kanan Alessa sembari berjalan mendorong koper
Read more

Bab 42 | Waktu Demi Waktu

"Itu karena ... dendam sudah membutakannya tapi ujung-ujungnya Alessa terperangkap pada dendamnya sendiri," jawab Eidar. Rinka memengang cangkir keramiknya. Selama ini dia tidak tahu menahu dengan hidup yang Alessa alami. "Bisakah kau katakan semuanya yang kau tahu mengenai Alessa?" pinta Rinka. Raut wajah Eidar langsung berubah. Alessa pernah berucap padanya untuk merahasikan masalahnya dengan Julia dan Jovian. Keraguan menyelimuti Eidar ketika Pria itu hendak berucap terdengar derapan langkah kaki. "Oh, Kak Eidar," gumam Alessa sembari menguap. Alessa bahkan menyelimuti tubuhnya dengan selimut seperti gulungan bola yang berjalan. Eidar jadi tersenyum ragu. "Alessa, hai," ucap Eidar. Alessa melirik ibunya yang tengah duduk di depan Eidar. Alessa tahu pasti sudah terjadi perbincangan diantara mereka mengenai Alessa karena Eidar tidak bisa berbohong. Raut wajah ragunya sudah tampak oleh Alessa. "Aku tahu kalian sedang membicarakanku," terka Alessa. Rinka tersenyum sembari men
Read more

Bab 43 | Mencintaimu Tanpa Pamrih

"Ayolah Alessa, anak-anak kalian tidak tahu masalah yang kalian lakukan tapi mereka berhak untuk sehat, lihat badan kurusmu bagaimana bisa nutrisi anak-anak kalian terpenuhi?" Mina berusaha membujuk Alessa meski harus menaikkan nada bicaranya. Mina jadi saksi buruknya sikap Jovian karena Alessa menghilang dan Alessa yang menderita karena jauh dari Jovian. "Kalian sebenarnya sama-sama saling mencintai tapi senang menyakiti diri sediri," celetuk Mina sembari menghela napas. "Alessa, Mina benar ... selama ini kamu mengurung diri, bersembunyi dan tak perduli dengan dirimu sendiri," sahut Eidar yang berdiri diambang pintu sembari membawa kantung berisi minuman pesanan Mina. Eidar jadi tahu jika Mina sengaja menyuruhnya keluar untuk berbincang berdua dengan Alessa. Mina menghela napas. "Aku bukan membela Jovian ...," ucap Mina terpotong oleh Eidar yang menyahut."Aku tahu, kau sering menemui Jovian belakangan ini," sahut Eidar."Kau mau menuduhku begitu!" bentak Mina."Tidak salah bukan?
Read more

Bab 44 | Twins

"Apa ... Dia tadi utusan Kak Jovian?" tanya Alessa.Eidar menatap Alessa yang saat itu senyuman dan kedua tatapan matanya tidak sejalan. Kedua mata madu Alessa menatap sendu namun senyumannya terpatri lembut. Tidak ada kebahagiaan yang semu seperti itu. Eidar meraih tangan kanan Alessa. "Jawab aku dengan jujur, apa kamu mencintai Jovian?" tanya Eidar. Pertanyaan itu membuat Alessa membelalakkan matanya. Perasaan yang Alessa rasakan saat ini berbanding terbalik. Ia mencintai Jovian tapi juga membencinya. Alessa menggelengi pertanyaan Eidar. "Aku tidak tahu," jawab Alessa."Baiklah, maaf seharusnya tidak menanyakannya," ucap Eidar bernada kecewa. Meskipun begitu Eidar mengajak Alessa bertemu dengan Mina di klinik Kakak iparnya. Eidar menatap Alessa yang kala itu hanya termangun di dalam bus. Eidar tidak bisa meluluhkan hati Alessa meski ia sudah mencobanya. Eidar pun membiarkan Alessa yang larut dalam lamunannya sembari terus mengawasi sekitar. Tiba di distrik Higashiyama Eidar terus
Read more

Bab 45 | Pangeran Berhati Es

"Boss, pagi ini Anda harus menghadiri meeting," ucap Kenzo di ambang pintu kamar yang berantakan. Kenzo juga mencium aroma alkohol dan asap rokok yang menyeruak ke seluruh penjuru kamar luas ini, belum lagi dua orang wanita yang berbaring di sekitar tuannya. Jovian membuka kedua kelopak matanya. Jovian langsung menampaki kedua iris birunya yang menyalang dingin. Pria itu menduduki tubuh bertelanjang dada bidangnya kemudian menghidupkan sebatang rokok. "Pergilah, kalian hanya sampah yang tak bisa memuaskanku." Jovian berucap sembari menyesap rokoknya. Kedua wanita sewaan itu baru bangun tapi bergelayut manja di kedua lengan kekarnya Jovian. "Ah, Tuan kami bisa melakukannya lagi, kok," ucap mereka. Jovian terkekeh kecil. Dia melempar tumpukan uang pada kedua wanita itu. "Pergi, menyingkir dariku!" bentak Jovian menggelegar meski tak mengemingkan tubuhnya. Kedua wanita itu bergidik takut kemudian buru-buru beranjak keluar dari kamar luas dan megah ini. Kedua wanita itu berlari terbir
Read more

Bab 46 | Alasan Lainku Pergi dari Cerita Ini

"Aku akan mengirimimu beberapa surat tapi tolong nanti berikan pada Jovian ya," ucap Alessa. Alessa sudah menyiapkan semua ini. Ia sudah merencanakan kepergiannya untuk berpisah dari Jovian. Alessa menatap wajah terkejut Kenzo dari layar ponsel Mina, tak kala Mina juga terkejut saat itu dengan ucapannya. "Terima kasih sudah melindungiku selama ini Kenzo," ucap Alessa sembari menunduk. Mina tak mau Alessa memperpanjang ucapannya lagi. Mina pun langsung mematikan ponselnya. "Alessa, serius? kamu tidak sedang emosi untuk berbicara begitu kan?" tanya Mina. Alessa langsung menjawab. "Keputusanku sudah bulat, lebih baik aku cerai dari Kak Jo," jawab Alessa. "Dia mencintaimu, loh Alessa, apalagi akan berat jika merawat dua bayi sendirian," bujuk Mina. Sebenarnya Mina tidak tega dengan Alessa. Ini juga yang jadi alasan Mina berlama-lama di Kyoto karena mau mengawasi kehamilan Alessa. Alessa tersenyum simpul. "Anak-anak ini jadi sumber kekuatanku." Alessa berucap sembari mengelus perut bun
Read more

Bab 47 | Perpisahan

Secarik kertas tulisan tangan Alessa sampai pada Jovian. Kertas yang sedikit lusuh bahkan ada bekas air mata yang mengering itu berdampingan dengan surat gugatan perceraian yang resmi. Jovian langsung merobek surat gugatan cerainya. Genap nyaris delapan bulan mencari-cari keberadaan Alessa, Jovian justru diberi surat seperti ini oleh Alessa."Alessa, kau mencoba mempermainkanku," ucap Jovian mengerang kesal.Jovian semula sedang duduk di kursi mahal kantornya. Ia tak menduga surat itu sampai padanya. Jovian pria yang senantiasa tenang dan datar langsung tersulut emosi. Jovian meninju meja kaca di hadapannya untuk menyalurkan seluruh amukan yang selama ini menampung dalam perasaannya. "Boss, tenanglah." Kenzo bergidik ngeri meski tak berani mendekati tuannya, jadi Kenzo hanya memperingati dari tempatnya berdiri."Kau! di mana kau menemukan surat ini?" Jovian mengeraskan rahangnya. Seolah ia tahu dengan sikap janggal dari Kenzo."Dari kurir kantor pos," jawab Kenzo seraya memalingkan w
Read more

Bab 48 | Selalu Menanti

"Bos, kalau itu ... kurasa alasan yang kompleks," jawab Kenzo ragu-ragu. Jovian dengan tatapan datarnya tak berbicara satu patah kata. Pria berambut pirang itu beranjak menuju ruangannya. Malam itu juga ia berusaha menelpon Mina. Jovian menunggu hingga ponselnya terhubung oleh sambungan telepon dari Mina. Suara desiran telepon berbunyi kemudian Jovian mendengar jelas suara Mina. "Kau menyembunyikannya selama ini?" suara berat Jovian berucap dingin. "I warn you, jangan coba-coba mendekati Alessa," celetuk Mina dari seberang telepon tapi tak lama mematikan sambungan teleponnya secara sepihak. Jovian mendesah pelan sembari menyandarkan punggung lebarnya di sofa. Pria itu sudah begitu lama jauh dari Alessa. Wanita yang berhasil membuatnya jatuh hati. "My Alessa, one and only mine," gumam Jovian menyeringai tipis. Peringatan Mina jadi tantangan baginya sendiri. Besok pagi Jovian mengganti tampilan acak-acakanna. Dia pakai kembali setelan jas rapi untuk menjemput pujaan hatinya. Pada
Read more

Bab 49 | Bayang-bayangmu

"Jadi ... dia masih jadi pemilikmu ya?" tanya Eidar. Tatapannya kecewa melihat Alessa saat itu sementara Ia hanya bisa menjaga Alessa tanpa bisa memiliki hatinya. Alessa mengulurkan tangannya untuk menyentuh wajah Eidar. "Kakak bisa berhenti sampai di sini jika mau tapi aku sendiri juga belum bisa kembali pada Kak Jovian," ucap Alessa. Ah, ternyata dia sendiri hidup bersama luka, batin Eidar saat menyadari tatapan sendu Alessa tida berubah meski sudah bertemu dengan Jovian. "Aku mengerti." Eidar berucap sembari meraih tangan Alessa yang menyentuh wajahnya. Eidar tidak akan tega meninggalkan Alessa sendiri menghadapi hidupnya. "Aku akan menemanimu sampai anak-anak lahir," ungkap Eidar. "Jangan memaksakan diri, aku sendiri tak bisa memilihmu atau Kak Jovian," ucap Alessa tersenyum kecil.Eidar mengusak-usak puncak kepala Alessa. "Semoga kelak kau memilihku tapi daripada itu, ayo kita makan kebetulan tadi aku mampir membeli cheesecake." Eidar menunjukkan paper bag berisi satu cetak k
Read more

Bab 50 | Adiksi

"Mampirlah sebentar, akan ... aku obati lukamu," ucap Alessa.Jovian menghantarkan Alessa kembali. Seperti kata Alessa, dia memang mengobati Jovian. Alessa dengan perut bulat besarnya sulit bergerak untuk mengambil kotak obat-obatan alhasil Jovian yang membantunya. Jovian dengan lembut memimpin tangan Alessa untuk duduk bersama di atas tatami. "Sofa, di rumah ini tidak ada?" tanya Jovian kaku.Alessa menggeleng. Rumah tradisional Jepang peninggalan Kakek dan neneknya ini tidak memiliki sofa kecuali tatami lembut yang terpasang di ruang tamu. "Ibu suka membiarkan peninggalan Kakek dan Nenek tanpa merubahnya," ucap Alessa padahal aslinya Rinka harus berhemat untuk menabung biaya kelahiran cucunya. Alessa mendadak sendu karena merasa jadi beban ibunya lagi.Jovian berusaha menghibur Alessa dengan mengusap kepalanya. Jovian bukan Pria yang gampang bermulut manis apalagi menghibur Alessa dengan kata-kata namun dia Pria yang kaku dan dingin. "Maaf aku tidak bisa menghiburmu," ucap Jovian.
Read more
PREV
1
...
34567
...
13
DMCA.com Protection Status