Share

Bab 47 | Perpisahan

Author: Arta Pradjinta
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Secarik kertas tulisan tangan Alessa sampai pada Jovian. Kertas yang sedikit lusuh bahkan ada bekas air mata yang mengering itu berdampingan dengan surat gugatan perceraian yang resmi. Jovian langsung merobek surat gugatan cerainya. Genap nyaris delapan bulan mencari-cari keberadaan Alessa, Jovian justru diberi surat seperti ini oleh Alessa.

"Alessa, kau mencoba mempermainkanku," ucap Jovian mengerang kesal.

Jovian semula sedang duduk di kursi mahal kantornya. Ia tak menduga surat itu sampai padanya. Jovian pria yang senantiasa tenang dan datar langsung tersulut emosi. Jovian meninju meja kaca di hadapannya untuk menyalurkan seluruh amukan yang selama ini menampung dalam perasaannya.

"Boss, tenanglah." Kenzo bergidik ngeri meski tak berani mendekati tuannya, jadi Kenzo hanya memperingati dari tempatnya berdiri.

"Kau! di mana kau menemukan surat ini?" Jovian mengeraskan rahangnya. Seolah ia tahu dengan sikap janggal dari Kenzo.

"Dari kurir kantor pos," jawab Kenzo seraya memalingkan w
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Partner Satu Malam Jadi Istri Kontrak   Bab 48 | Selalu Menanti

    "Bos, kalau itu ... kurasa alasan yang kompleks," jawab Kenzo ragu-ragu. Jovian dengan tatapan datarnya tak berbicara satu patah kata. Pria berambut pirang itu beranjak menuju ruangannya. Malam itu juga ia berusaha menelpon Mina. Jovian menunggu hingga ponselnya terhubung oleh sambungan telepon dari Mina. Suara desiran telepon berbunyi kemudian Jovian mendengar jelas suara Mina. "Kau menyembunyikannya selama ini?" suara berat Jovian berucap dingin. "I warn you, jangan coba-coba mendekati Alessa," celetuk Mina dari seberang telepon tapi tak lama mematikan sambungan teleponnya secara sepihak. Jovian mendesah pelan sembari menyandarkan punggung lebarnya di sofa. Pria itu sudah begitu lama jauh dari Alessa. Wanita yang berhasil membuatnya jatuh hati. "My Alessa, one and only mine," gumam Jovian menyeringai tipis. Peringatan Mina jadi tantangan baginya sendiri. Besok pagi Jovian mengganti tampilan acak-acakanna. Dia pakai kembali setelan jas rapi untuk menjemput pujaan hatinya. Pada

  • Partner Satu Malam Jadi Istri Kontrak   Bab 49 | Bayang-bayangmu

    "Jadi ... dia masih jadi pemilikmu ya?" tanya Eidar. Tatapannya kecewa melihat Alessa saat itu sementara Ia hanya bisa menjaga Alessa tanpa bisa memiliki hatinya. Alessa mengulurkan tangannya untuk menyentuh wajah Eidar. "Kakak bisa berhenti sampai di sini jika mau tapi aku sendiri juga belum bisa kembali pada Kak Jovian," ucap Alessa. Ah, ternyata dia sendiri hidup bersama luka, batin Eidar saat menyadari tatapan sendu Alessa tida berubah meski sudah bertemu dengan Jovian. "Aku mengerti." Eidar berucap sembari meraih tangan Alessa yang menyentuh wajahnya. Eidar tidak akan tega meninggalkan Alessa sendiri menghadapi hidupnya. "Aku akan menemanimu sampai anak-anak lahir," ungkap Eidar. "Jangan memaksakan diri, aku sendiri tak bisa memilihmu atau Kak Jovian," ucap Alessa tersenyum kecil.Eidar mengusak-usak puncak kepala Alessa. "Semoga kelak kau memilihku tapi daripada itu, ayo kita makan kebetulan tadi aku mampir membeli cheesecake." Eidar menunjukkan paper bag berisi satu cetak k

  • Partner Satu Malam Jadi Istri Kontrak   Bab 50 | Adiksi

    "Mampirlah sebentar, akan ... aku obati lukamu," ucap Alessa.Jovian menghantarkan Alessa kembali. Seperti kata Alessa, dia memang mengobati Jovian. Alessa dengan perut bulat besarnya sulit bergerak untuk mengambil kotak obat-obatan alhasil Jovian yang membantunya. Jovian dengan lembut memimpin tangan Alessa untuk duduk bersama di atas tatami. "Sofa, di rumah ini tidak ada?" tanya Jovian kaku.Alessa menggeleng. Rumah tradisional Jepang peninggalan Kakek dan neneknya ini tidak memiliki sofa kecuali tatami lembut yang terpasang di ruang tamu. "Ibu suka membiarkan peninggalan Kakek dan Nenek tanpa merubahnya," ucap Alessa padahal aslinya Rinka harus berhemat untuk menabung biaya kelahiran cucunya. Alessa mendadak sendu karena merasa jadi beban ibunya lagi.Jovian berusaha menghibur Alessa dengan mengusap kepalanya. Jovian bukan Pria yang gampang bermulut manis apalagi menghibur Alessa dengan kata-kata namun dia Pria yang kaku dan dingin. "Maaf aku tidak bisa menghiburmu," ucap Jovian.

  • Partner Satu Malam Jadi Istri Kontrak   Bab 51 | Kebenaran dan Kelahiran

    "Benar Tuan Muda Heide, Alessa pernah mengandung anak pertama kalian kemudian gugur akibat ulah licik ibumu, jadi ... apakah kau masih bertanya-tanya mengapa Alessa kabur darimu?" Eidar menegak satu gelas minumannya lagi. Ia menertawakan kebodohan Jovian yang saat ini tengah terkejut usai mendengar ucapannya.Jovian membelalakkan kedua mata birunya. Alessa yang indah itu sudah rapuh sejak ia mencoba memilikinya namun Jovian tidak menyadarinya. "Apa ... lagi yang kau tahu?" sergah Jovian mengeraskan rahangnya setiap mengucapkan kata-katanya. "Alessa, pernah tinggal bersamaku karena Ayah tak mau meninggalkannya mati mengenaskan." Eidar kembali berucap sembari menceritakan semuanya yang ia ketahu, pertemuannya dengan Alessa yang sekarat, dan hari-hari Alessa yang berusaha sembuh dari traumanya. Semua itu ulah dari Julia dan Eidar membeberkan semuanya. Eidar tertawa hambar. "Meski kau tak lagi menganggapku temanmu, Alessa memberi tempat yang aman untukku ... dia terlalu baik untukmu, ma

  • Partner Satu Malam Jadi Istri Kontrak   Bab 52 | Luciel dan Elio

    "Kamu pasti bisa, melalui semua ini," ucap Jovian.Alessa mengangguk lemas, kedua matanya redup oleh air matanya sendiri. "Anak-anakmu, anak-anak kita." "Semangat, demi anak-anak kita," ucap Jovian tersenyum.Alessa disela-sela berjuang melawan rasa sakit ini menatap Jovian. Ia menatap kedua mata biru Jovian yang cerah. Kedua mata biru yang Alessa cintai darinya. Ah, Tuhan ... berikan kedua mata itu pada anak-anakku, batin Alessa. Ia meraih wajah Jovian yang kala itu duduk disamping Alessa sembari menggengam tangan Alessa. "Jika ... dunia ini jadi tempat terakhirku, titip Luciel dan Elio ya," ucap Alessa tersenyum haru.Jovian menggeleng. Ia tak mau berkat kebodohannya yang pernah lalai akan melihat Alessa pergi begitu saja. "Apa katamu itu? bercanda bukan?" sahut Jovian tertawa pelan. Tawa yang tak seiras dengan sorot mata pedihnya. "Luciel dan Elio, kamu memikirkan nama anak-anak kita sampai sejauh itu ya? kita akan hidup melihat Luciel dan Elio tumbuh," ucap Jovian. "Luciel dan E

  • Partner Satu Malam Jadi Istri Kontrak   Bab 53 | Tangkap Aku

    "Kalau begitu, jangan sampai ada orang lain yang masuk ke kamar Alessa karena aku akan ke dalam," ucap Jovian. Pria itu memasuki kamar perawatan Alessa kemudian duduk di samping Alessa yang masih terlelap.Alessa pucat pasi dan terbaring lemah di atas ranjang kasur ruang rawat VVIP. Alessa terbangun saat hari menjelang malam. "Aku ... anak-anakku!" jerit Alessa terperanjat. Ingatan terakhirnya berjuang untuk melahirkan kedua bayi kembarnya."Alessa, tenang, kamu di Rumah Sakit dan Si Kembar bersama Rinka-san di Klinik," ucap Jovian lembut. Alessa menatap Jovian yang bertampang lelah. Pria itu tampak letih tapi tersenyum kecil pada Alessa. Alessa pun mengangguk padanya. "Aku sudah melahirkan Si Kembar." Alessa berucap dengan tangis haru."Iya, kamu melahirkan bayi-bayi yang indah, terima kasih sudah berjuang untuk mereka," sahut Jovian. Dia tak mencoba meraih Alessa dalam pelukannya atau mengusap Alessa seperti sebelumnya, melainkan duduk terdiam dengan tatapan yang sulit diartikan.A

  • Partner Satu Malam Jadi Istri Kontrak   Bab 54 | Sepasang Mata Biru

    "Alessa, kamu kenapa?" tanya Eidar tergopoh-gopoh masuk ke dalam ruangan ini. Eidar baru tiba tapi sempat berpas-pasan dengan Julia yang baru keluar dari ruang rawat Alessa. Eidar tahu Julia tak pernah punya niatan baik pada Alessa.Alessa yang berpegangan pada ranjang tiba-tiba merasa tubuhnya lemas. Hendak ambruk tapi langsung ditangkap oleh Eidar. Wajah Alessa memucat sendiri dan rembesan cairan merah tampak mulai mengalir pelan di kedua pahanya. "Oh Ya Tuhan, Alessa!" Eidar menekan bell pada sebelah ranjang Alessa.Alessa menarik kerah kemeja Eidar untuk mendekat padanya. "Dengar, aku tidak tahu harus meminta pada siapa tapi setelah ini bantu aku, lari dari Jovian," ucap Alessa dengan napas tersenggal-senggal.Eidar mengangguk. "Serahkan padaku."Mina dan seorang Perawat tiba kemudian melihat Alessa yang sudah pucat pasi. Mina menghela napas. "Book an Or, please," ucap Mina pada Perawat. Mina gantian melihat Alessa yang pucat pasi tapi raut wajahnya penuh kemurkaan. "Alessa kamu

  • Partner Satu Malam Jadi Istri Kontrak   Bab 55 | Dosa dan Pengekangan

    Denting bunyi suara lonceng, terus menerus saling berbunyi. Beranda sebuah rumah dengan lonceng-lonceng kecil yang bergantung pada langit-langitnya, sahut menyahut berbunyi oleh tiupan angin yang berhembus dengan lembut.Sebuah kamar hening di dalam rumah itu terbaring seorang Wanita muda yang masih betah memejamkan kedua matanya bertahun-tahun lamanya. Berbaring diatas ranjang dengan seprai serba putih, tubuhnya diselimuti oleh kain putih juga. Berkas cahaya dari jendela membuat perlahan kedua kelopak matanya itu mulai terbuka dengan pelan, hingga bulu mata lentik itu bergerak mengikuti kedipan kedua kelopak matanya.Pukul enam pagi-pagi, tak lama setelahnya alarm itu sudah berbunyi selama tiga menit. Berbunyi sudah tiga kali berulang, sampai ketika alarm itu berhenti berbunyi. Itupun berkat usaha sebuah tangan yang menapik dengan kasar, padahal sepasang tangan itu halus dan putih tapi tak terdapat kelembutan disana. Rasa kantuk yang belum kunjung usai, tubuh kecil yang terbaring dia

Latest chapter

  • Partner Satu Malam Jadi Istri Kontrak   Bab 122 | End

    Alessa baru saja memasak nasi goreng, dia merasa sedikit nasi gorengnya kemudian dirasa kurang cukup jika tak ditaburi oleh bawang goreng. Lantas, dia pun menjinjit untuk menggapai lemari atas yang lumayan tinggi dari tinggi badannya. “Ah~ kenapa tinggi tubuhku ini.” Alessa menggerutu berusaha menggapai lemari atas itu. Sebuah tangan kanan meraih wadah berisi bawang goreng kemudian memberikannya kepada Alessa. “Mama, mau mengambil bawang goreng bukan?” tanya Seorang remaja pria bersurai pirang yang baru berusia lima belas tahun itu tersenyum kepadanya. Putera Jovian Arsenio Heide dan Alessa Camelia Amarei. Si mata Aquamarine, Elio Heide. “Elio, membantu banyak!” Alessa meraih wadah itu dari Elio kemudian mengusap-usap puncak kepalanya, walaupun Elio harus menunduk agar sang Mommy bisa menggapainya. Elio tersenyum dengan lembut, sifatnya yang tenang dan serius menuruni sang ayah. Omong-omong, Elio ini terlahir lahir lima menita setelah saudara kembarnya. “MAMA! Lihat, Ayah membelika

  • Partner Satu Malam Jadi Istri Kontrak   Bab 121 | Wedding

    Gugup. Tentu saja, itulah yang dirasakan Mina Harun saat ini. Gaun putih yang dikenakannya itu begitu pas pada tubuh langsingnya, Mina ini masih bersiap-siap di ruang rias, selagi dirias di sampingnya Alessa tersenyum-senyum sendiri.“Kak Mina cantik," puji Alessa sembari tersenyum.Sebaliknya Mina juga mengangumi kecantikannya Alessa. Tak tampak seperti ibu dengan dua anak. “A-ah itu, terima kasih.” Mina berucap sembari mengangguk gugup. Dia bukan seseorang yang pandai menguasai situasi berbeda dengan si mata lelehan madu yang ceria dan lemah lembut.Mina tak lama merasa jika tangannya terasa digenggam. “Tenang saja, Kenzo itu benar-benar mencintaimu juga. Terus ... dia itu pencemburu akut loh~” Gadis itu mengedipkan matanya, dia tersenyum dengan ringan."Aku kadang iri padamu Alessa, dibandingkan aku, kamu lebih hebat bahkan sudah jadi sosok ibu yang baik bahkan aku takut menikah karena aku takut jika aku tak bisa jadi ibu yang baik," ucap Mina gusar.Alessa mengangguk paham, kini

  • Partner Satu Malam Jadi Istri Kontrak   Bab 120 | Gangguan Kecil

    "Baiklah, besok pagi kita jemput Si Kembar ya, karena sebenarnya lusa Mina dan Kenzo akan menikah," ucap Jovian. Malamnya Alessa dan Jovian masih bersantai di hotel. Alessa menatap Jovian yang saat itu sedang berkutat dengan laptopnya. Alessa mendekati suaminya dan memeluk Jovian. Alessa menyandarkan kepalanya pada dada bidang Jovian kemudian berbaring dengan santai di sana.Jovian sama sekali tak terganggu dengan kehadiran Alessa yang lebih manja itu. Jovian melirik jam dinding yang menunjukkan pukul delapan malam. Ia melirik Alessa kemudian mematikan laptopnya. "Kamu sedang mau makan apa?" tanya Jovian."Kakak sungguhan bertanya padaku?" Alessa balik bertanya heran karena suaminya yang super kaku itu bisa bertanya padanya. Alessa tersenyum kecil karena menatap wajah heran Jovian.Alessa tampak menimbang sebentar isi kepalanya. "Aku pengen makan burger, fries dan ayam, apa boleh?" "Ayo, kita pergi cari makanan yang kamu mau," ajak Jovian. Malam itu Alessa dan Jovian sama-sama perg

  • Partner Satu Malam Jadi Istri Kontrak   Bab 119 | Heaven

    Alessa tengah duduk di sebuah sofa, dia tampak kesulitan mengikat tali sepatu heels rendah itu. Alessa pun menghela napas dan menyerah, ia memilih bersandar pada sofa yang empuk itu sembaru mengusap-usap perutnya yang bundar."Lelahnya," gumam Alessa.Jovian baru masuk ke dalam ruang tamu, sedang mengancingi ujung lengan kemeja putihnya. Ia tersenyum melihat ibu hamil yang sedang menyerah itu. Jovian menatap kedua sepatu heels Alessa yang sudah dipasang cuman belum diikat. "Kamu padahal bisa memakai sepatu lain, Alessa," ucap Jovian sembari berlutut untuk mengikatkan kedua tali sepatu Alessa. Alessa mengerucutkan bibirnya. Tidak senang dengan ucapan suaminya itu. "Kan aku sedang mau memakai sepatu itu, ish Kak Jovian tahu memberi anak saja," celetuk Alessa sebal. "Baiklah, maaf," sahut Jovian usai mengikat tali sepatunya Alessa kemudian duduk di sebelahnya. Jovian langsung melihat Alessa yang mendekati tubuh kekarnya dan melingkari kedua tangannya di dada Jovian. Alessa kini bersan

  • Partner Satu Malam Jadi Istri Kontrak   Bab 118 | Dear Old Friend

    "Selamat pagi Alessa, selamat kamu hamil enam minggu," ucap Mina."Kakak bercanda," elak Alessa masih tak menyangka.Mina menggeleng. "Benar Lessa, rahimmu yang terkena luka peluru ternyata belum diangkat namun hanya dijahit tapi tampaknya ada kesalahan saat penyampaian mengenai prosedur ini, tapi beruntungnya rahimmu bertahun-tahun lamanya pulih dan bisa mengandung bayi lagi meski nanti kamu harus operasi caesar agar mengurangi resikonya," ucap Mina menjelaskan. "Ini keajaiban Alessa, selamat untuk kalian berdua," ucap Mina tersenyum. Mina terhanyut menatap Alessa yang menangis dengan pelukan Jovian yang menyambutnya. Ia pun beranjak keluar dari ruangan itu untuk memberi waktu luang bagi Alessa dan Jovian.Mina Harun, dokter berdedikasi tinggi teman dekatnya Jovian dan Eidar sejak remaja. Mina jadi satu-satunya perempuan yang menjaga persahabatan kedua Pria itu. Mina bahkan masih rela membantu urusan Alessa dan Georgina dalam urusan kehamilan. Usai menyelesaikan visite dari ruangan

  • Partner Satu Malam Jadi Istri Kontrak   Bab 117 | Kenangan dan Keajaiban

    "Alessa, kaukah itu?"Alessa menoleh mendapati seorang Wanita sedang menggengam tangan mungil gadis cilik yang cantik jelita. Wanita itu menatap Alessa dengan tatapan berkaca-kaca. Ia hendak mendekati Alessa namun mengurungkan niatnya. Alessa tersenyum kecil dan berlari kecil mendatangi Wanita itu. "Apa kabarmu, Gina?" tanya Alessa riang.Georgina tersentak kaget. Ia sangka Alessa akan menolak menyapanya, mengingat dosa dan kesalahannya pada Alessa begitu fatal. Georgina tersenyum kecil kemudian mengangguk. "Aku baik-baik saja, kamu semakin cantik," puji Georgina. "Haha jadi malu dipuji oleh seorang model," kekeh Alessa. Alessa pun melirik pada sosok gadis cilik yag malu-malu menatapnya, Alessa pun menunduk untuk menyetarakan tingginya. Ia pun tersenyum pada Anak Kecil itu. "Kamu mirip seseorang, siapa namamu, Cantik?" tanya Alessa."Emily," gumam Anak itu.Alessa pun tersenyum sembari mengusap puncak kepala Anak itu. "Anakmu dan Kak Eidar ya?" tanya Alessa. Georgina pun mengangguk

  • Partner Satu Malam Jadi Istri Kontrak   Bab 116 | Hari Baru

    “Lessa, apakah kau bahagia bersamaku?”Alessamenoleh, pada pria yang ada disampingnya itu. Mereka baru saja mengantri membeli Poffertjes pada sebuah restoran cepat saji, Alessa masih memengang Poffertjes yang dibungkus kertas cokelat itu. Bahkan dia baru saja mengigit Poffertjes. “Ha?! Kau berbicara apa, kak Jev?”Sebelah alis Alessamenaik.“Tidak, bukan apa-apa.” Pria pirang itu menoleh, dia mengelap ujung bibir Alessa yang terdapat gula halus dari Poffertjes yang tengah dimakannya itu “Mau kemana lagi?”Ujar Jovian dengan lembut.Alessa tampak berpikir sejenak “Aku sukanya pantai sih, tapi kalau mengunjungi pantai saat malam hari rasanya tidak enak. Apa kau memiliki rekomendasi?”“Nonton?”“Tch. Film yang Kak Jo pasti pilih film-filem yang temanya serius.”Jovian terkekeh pelan, dia mengakui hal itu. “Jarang-jarang bisa santai seperti ini tanpa Si Kembar bukan?”Alessa mengangguk saja tanpa menggubris Jovian karena sibuk mengunyah makanan manisnya. Sulit bagi Alessa berpaling dari mak

  • Partner Satu Malam Jadi Istri Kontrak   Bab 115 | Hidup Berdampingan

    Alessa termangun, sejak kemarin duduk menemani Aji Santoso yang terbaring tak sadarkan diri. Kedua tangannya yang di perban kini sudah diganti dengan perban yang lebih kecil. Alessa menunggui Aji menemui keajaibannya, meski rasanya percuma karena alat-alat penunjang hidup Pria itu sudah memeluk hidupnya sejak kemarin.Alessa melamun dengan tatapan datar yang sendu, dia tak menangis karena air matanya terasa sudah terkuras habis. Alessa hanya diam duduk di samping Aji Santoso, bapaknya kemudian mengingat momen-momen ketika ia kecil, remaja hingga dewasa. Alessa menghela napas cukup panjang usai mendengar bunyi monitor disampingnya berbunyi setiap detik seiras dengan pernapasannya yang juga harus ditunjang. Alessa tahu hidup bapaknya bisa saja berakhir sebentar atau di waktu yang tidak ia duga-duga jadi Alessa memilih tidak beranjak sama sekali. Alessa menyentuh permukaan punggung tangan bapaknya itu. Tangan yang dulu Pria itu gunakan untuk memukulnya bahkan buah karya tangannya menye

  • Partner Satu Malam Jadi Istri Kontrak   Bab 114 | Membencimu Bukan Pilihanku

    "Tuan, Pak Aji Santoso pingsan dan kini sedang gawat," beritahu Kenzo. Alessa terperanjat kaget begitu juga dengan Jovian. Keduanya buru-buru mendatangi ruang gawat darurat. Alessa tak menyangka bapaknya menderita congestive heart failure. Selama ini yang Alessa tahu bapaknya yang hobi judi dan mabuk-mabukan itu terlepas dari semua penyakit."Pak AJi Santoso menderita gagal jantung, kami berhasil memberi perawatan intensif namun tampaknya membutuhkan perawatan yang maksimal," ucap Dokter.Alessa hanya mengangguk sementara ibunya, Rinka sudah terisak oleh tangisnya. Alessa gantian menatap Jovian kemudian Pria itu mengelus puncak kepalanya. Memberi ketennangan dan kehangatan di sana."Alessa, semuanya akan baik-baik saja," ucap Jovian menenangkan Alessa.Bukan itu yang jadi alasan Alessa terdiam pada perasaannya sendiri, melainkan masa lalu yang terus terbayang-bayang olehnya. Alessa segera menggeleng kemudian membalikkan tubuhnya membiarkan sosok Aji Santoso yang terbaring di atas ran

DMCA.com Protection Status