Beranda / Romansa / Crash Melody / Bab 141 - Bab 150

Semua Bab Crash Melody: Bab 141 - Bab 150

164 Bab

Crash Melody 141

Karra terus memperhatikan Endra saat laki-laki itu mengurut kakinya. Dia tersenyum-senyum sendiri melihat wajah serius bosnya itu. Kesempatan seperti ini sama sekali tidak pernah dia bayangkan di dalam hidupnya. Seandainya dia bisa memiliki Endra, pasti hari-harinya akan dipenuhi dengan kebahagiaan. “Udah mendingan belom, Kar?” tanya Endra.Pikiran Karra buyar. Dia gelagapan. “Eh, lu ... lumayan sih, Pak,” sahutnya. Dia menggerak-gerakkan kakinya perlahan. “Yaudah, ayo gue anter lo ke kamar,” kata Endra. Dia membantu Karra berdiri.Jantung Karra berdetak dua kali lipat lebih cepat saat tangan Endra melingkar di pinggulnya. Sungguh ini luar biasa. Dalam khayalan terliarnya, dia tak pernah memikirkan ini. Usai mengambil handuk, Endra membantu Karra memakai handuknya. Sejatinya, Karra tahu kalau love language laki-laki itu adalah act of service, tapi dia tak pernah membayangkan Endra akan melakukan itu padanya. Karra benar-benar dibuat mabuk dengan perhatian Endra. “Lain kali, kalo
Baca selengkapnya

Crash Melody 142

Karra merasakan kebahagiaan yang kuar biasa selama liburan bersama Endra. Dia merasa seperti berada di atas awan. Bahkan saat sudah pulang pun dia masih merasa kesulitan menerima kenyataan bahwa dia telah menapak di tanah. Kebahagiaannya terasa sulit sekali di lupakan. Namun ternyata kebahagiaan itu tak berlangsung lama setelah Karra sampai di rumah. Sekitar satu jam setelah dia membersihkan diri, ponselnya berbunyi. Ada telepon dari nomor tak tersimpan. Dia tau itu nomor Dania. Sekonyong-konyong Dania memberondong Karra dengan kata-kata bernada tinggi setelah gadis itu menyentuh logo telepon warna hijau. Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, Karra lalu mengklik fitur rekam. Dia akan memberitahukan tingkah kampungan Dania itu pada Endra. “Mba Dania kenapa sih marah-marah?” tanya Karra, “kita bahkan udah nggak pernah ketemu selama hampir dua minggu, Mba. Kok sekalinya telfon Mba Dania marah-marah?”“Heh cewek jalang! Jangan kebanyakan cingcong ya lo!” kata Dania. Lagi-lagi nada suarany
Baca selengkapnya

Crash Melody 143

Usai mengusap air matanya dan memastikan pipinya kering, Dania turun dari ranjang. Dia lalu mengambil pakaiannya yang berserakan di atas ranjang dan di lantai. Perlahan, dia berjalan ke kamar mandi.Setelah mengantung pakaiannya, Dania lalu membasuh tubuhnya di bawah shower. Dia seolah berusaha menghapus bekas sentuhan Endra di setiap jengkal kulitnya. Ketika ingatan tentang desahan, erangan dan teriakan nama Endra yang keluar dari mulutnya terputar di memori, Dania merasa jijik dengan dirinya sendiri. Dia merasa tak ada bedanya dengan wanita-wanita jalang di luaran sana yang begitu mudah ditiduri oleh seorang pria.Dania lalu menangis lagi. Air matanya mengalir deras di bawah pancuran shower yang mengguyur tubuhnya. Di sela tangisnya, dia lalu tertawa hambar. Bagaimana keadaan bisa berubah begitu cepat? Ya, beberapa puluh menit yang lalu dia masih merelakan tubuhnya dijamah dengan sedikit brutal oleh Endra. Dia bahkan dengan suka rela mempersilakan Endra masuk dengan membuka kedua ka
Baca selengkapnya

Crash Melody 144

Crash Melody 144 Lalu perkelahian itu terjadi begitu saja. Zevan dan Endra saling tinju. Endra tak mau mengalah karena dia merasa Zevan tak berhak menghakimi apa pun yang dia lakukan pada Dania. Gadis itu kekasihnya. Terlebih, dia meninggalkan Dania karena memang kondisinya urgent.Sementara itu, Zevan sendiri juga tak mau mengalah karena dorong egonya yang tinggi. Dari dulu, di kamusnya tak pernah ada kata kalah kalau sudah berurusan dengan Endra.Pada akhirnya keduanya dipisahkan oleh security kantor. Laki-laki berpostur gempal itu menarik Endra dari belakang. Dia lalu meminta Zevan untuk pergi.“Pak Endra ada masalah apa sama kakaknya? Kok bisa sampe berkelahi gitu?” tanya si satpam.“Biasa. Dia memang suka cari ribut sama saya,” balas Endra, “ngomong-ngomong, makasih ya.”Endra lalu bergegas berjalan ke dalam gedung. Selama berjalan menuju ruangannya, setiap orang yang bersisipan dengan Endra menatap raut laki-laki itu dengan raut penasaran. Endra mengabaikannya. Mereka hanya in
Baca selengkapnya

Crash Melody 145

Dania memantapkan hati untuk melangkah ke halaman rumah Endra. Dia sengaja tak memberi tahu laki-laki itu untuk memberi kejutan. Di teras rumah, Dania melihat Hana dan Fajar. Mereka berdua sedang mengobrol. Keduanya menghentikan obrolan saat melihat Dania. “Eh, Dania.”Hana yang menyapa Dania lebih dulu. Dania tersenyum melihat wanita itu. Usai bersalaman dengan Hana dan Fajar, Hana mempersilakan Dania masuk dan duduk di ruang tamu. Wanita itu lalu berpamitan untuk memanggil Endra.Endra muncul ke ruang tamu sekitar sepuluh menit kemudian. Laki-laki itu tampak terkejut melihat kedatangan Dania. “Hei, kok kamu nggak bilang-bilang kalau mau ke sini,” katanya.Dania hanya membalas dengan senyuman sinis. “Sama mengejutkannya dengan kepergian kamu yang tiba-tiba waktu itu,” katanya.Endra lalu duduk di samping Dania. “Yang, aku minta maaf. Aku nggak bermaksud ....”“Sampai kapan kamu mau kaya gitu terus minta maaf. Diulangin lagi dan minta maaf lagi. Kenapa sih kamu selalu aja mentingin
Baca selengkapnya

Crash Melody 146

Crash Melody 146Keputusannya memutuskan Endra ternyata tk membuat hidup Dania lebih baik. Dia justru semakin galau setelah seminggu putus dengan laki-laki itu. Hampir setiap malam dia menangis. Selain merasa kehilangan kasih sayang sosok laki-laki yang dulu pernah ada, dia juga merasa telah kehilangan semuanya. Karena memang dia telah menyerahkan semuanya pada laki-laki itu.Semakin Dania menyadari itu, dia merasa semakin salah.
Baca selengkapnya

Crash Melody 147

Crash Melody 147Endra meletakkan laptopnya di meja. Dia lalu menghembuskan napas panjang. Sebelumnya Endra pernah pacaran dan putus dengan seorang gadis. Tapi rasanya tak menyakitkan sekarang. Apa karana rasa sayangnya pada Dania terlalu dalam?Pikiran Endra buyar saat dia mendengar suara ketukan di pintu. “Masuk,” katanya.“Pak Endra nggak makan siang,” tanya Karra setelah dia masuk ruangan Endra.“Gue lagi males keluar kantor, Kar,” balas Endra.Karra lalu duduk di kursi yang ada di seberang meja Endra. “Pak Endra masih galau karena putus dari Mba Dania ya?” tanyanya.Endra tak menyahut. Dia hanya tersenyum masam.“Maaf kalau saya lancang,” sahut Karra.Endra tersenyum. “Enggak apa-apa kok,” katanya, “yang lo omongin benar.”Karra menghembuskan napas lemah. “Karra tau Pak Endra pasti sedih banget karena Pak Endra pasti cinta banget sama Mba Dania. Tapi, life must go on, Pak. Pak Endra nggak bisa kaya gini terus,” kata Karra.Endratersenyum miris. “Thanks ya,” katanya.Karra mengang
Baca selengkapnya

Crash Melody 148

Karra mendengar Endra jatuh sakit sekitar dua minggu setelah dia putus dari Dania. Karra tentu saja panik. Dia datang ke rumah sakit sekitar pukul sembilan pagi, beberapa menit setelah dia mendengar kabar Endra sakit dari Fajar yang hari itu menggantikan Endra ke kantor.Setibanya di rumah skit, Karra melihat Hana duduk di kursi yang ada di depan ruangan rawat Endra.Wanita itu wajahnya sendu. Dia berdiri ketika melihat Karra datang.“Selamat pagi, Tante,” sapa Karra. Dia lalu memeluk ibunda Endra itu.“Pagi,” sahut Hana, “Endra masih tertidur karena baru saja makan dan minum obat. Tapi kalau kamu mau masuk, masuk aja.”Karra mengangguk. Dia lalu masuk ke dalam ruangan. Gadis itu terpukul saat melihat Endra terbaring tak berdaya di atas ranjang. Dadanya sakit melihat laki-laki yang disayanginya itu merasakan sakit.Karra tahu Endra mempunyai penyakit lambung kronis sejak beberapa hati dia bekrrja dengan laki-laki itu. Penyakit itu hanya akan kambuh kalau Endra makan tak teratur sejauh
Baca selengkapnya

Crash Melody 149

Endra dirawat di rumah sakit selama dua hari. Selama dua hari itu, dia mengkhayal Dania akan datang menjenguknya. Tapi tentu saja khayalannya itu tak pernah menjadi kenyataan. Dania bukan siapa-siapanya lagi dan gadis itu tak akan peduli padanya apa pun yang terjadi padanya.Saat ini, laki-laki itu tengah duduk termenung di depan meja rias. Dia sedang memikirkan Karra. Dia bertanya-tanya mengapa gadis itu terlihat begitu terpukul saat tahu dia sakit. Seolah-olah, dia memiliki perasaan yang tak biasa.Tapi pada akhirnya Endra memutuskan untuk tak mau terlalu percaya diri. Bagaimana kalau Karra hanya mengaguminya dan menghormatinya sebagai seorang atasan? Murni sebagai atasan.Tak mau terus memikirkan hal yang sekiranya tak perlu dipikirkan, Endra lantas mengambil laptopnya. Pikirannya harus teralihkan.Namun baru beberapa menit menatap layar laptop, fokus Endra terdistraksi oleh suara ketukan dari pintu kamarnya. Tanpa menoleh ke pintu, Endra berkata, “masuk.”Dalam hutungan detik, Han
Baca selengkapnya

Crash Melody 150

“Ya habis gimana?” sahut Karra, “ kaya nggak ada harapan.”“Nggak ... nggak,” sahut Lya, “lo sudah sejauh ini ya, Kar. Gue nggak mau lo nyerah. Lo pancing aja terus si Endra sampe dia peka.”Karra menghembuskan napas panjang. “I’ll try,” katanya.***Rupanya berakhirnya hubungan Dania dengan Endra tak hanya berpengaruh kepada kesehata laki-laki itu. Dia juga terlihat sering terganggu konsentrasinya saat bekerja. Memang sejauh ini belum ada klien atau para pemegang saham yang komplain secara langsung kepada Endra. Sejauh ini, mereka hanya memberi tahu Karra. Namun, sekuat-kuatnya Karra memendam semua itu sendiri, pada akhirnya dia mengungkapkan semua pada Endra juga.“Pak Endra, Karra boleh ngomong sesuatu?” kata Karra saat dia dan Endra tengah beristirahat makan siang bersama.“Boleh,” sahut Endra, “ngomong aja.”“Beberapa hari belakangan ini ada beberapa klien yang protes sama Karra,” kata Karra pelan dan sangat hati-hati. Dia tak mau Endra tersinggung.Endra menaikkan alis. “Protea
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
121314151617
DMCA.com Protection Status