Karra terus memperhatikan Endra saat laki-laki itu mengurut kakinya. Dia tersenyum-senyum sendiri melihat wajah serius bosnya itu. Kesempatan seperti ini sama sekali tidak pernah dia bayangkan di dalam hidupnya. Seandainya dia bisa memiliki Endra, pasti hari-harinya akan dipenuhi dengan kebahagiaan. “Udah mendingan belom, Kar?” tanya Endra.Pikiran Karra buyar. Dia gelagapan. “Eh, lu ... lumayan sih, Pak,” sahutnya. Dia menggerak-gerakkan kakinya perlahan. “Yaudah, ayo gue anter lo ke kamar,” kata Endra. Dia membantu Karra berdiri.Jantung Karra berdetak dua kali lipat lebih cepat saat tangan Endra melingkar di pinggulnya. Sungguh ini luar biasa. Dalam khayalan terliarnya, dia tak pernah memikirkan ini. Usai mengambil handuk, Endra membantu Karra memakai handuknya. Sejatinya, Karra tahu kalau love language laki-laki itu adalah act of service, tapi dia tak pernah membayangkan Endra akan melakukan itu padanya. Karra benar-benar dibuat mabuk dengan perhatian Endra. “Lain kali, kalo
Baca selengkapnya