Dania lalu segera menelepon Endra. Sebisa mungkin dia menahan bara di dadanya agar suaranya tetap terdengar stabil.Dania menghembuskan napas panjang setelah dia mendengar suara Endra dari seberang.“Halo,” kata Dania.“Iya, Sayang. Tumben banget kamu nelfon aku pagi-pagi gini,” sahut Endra, “udah mandi? Udah sarapan?”“Mmm ... mandi udah sih. Sarapan yang belom,” sahut Dania, “By the way, aku mau tanya sesuatu sama kamu.”“Tanya aja,” sahut Endra, “kaya sama siapa aja minta izin segala.”“Nanti malem kamu lembur nggak?” tanya Dania.Hening beberapa detik. “Belum tahu sih. Kalo kerjaanku nggak terlalu padet kayaknya nggak lembur. Entar deh aku tanyain Karra. Kalo udah, pasti aku kabarin kamu,” kata Endra.“Oke,” sahut Dania, “aku tunggu, ya.”“Emangnya ada apa sih?” tanya Endra, “kamu mau ngajak aku jalan?”“Nggak,” nanya aja, “soalnya nanti malem aku ada meeting sama Sisil dan semua personel Evoluton. Jadi kalo misal kamu nggak lembur, dan kamu gabut, jangan telepon aku dulu nanti ma
Read more