Sejak kejadian di kafe itu, Karra melihat Endra sering melamun. Laki-laki itu tidak seperti biasanya. Karra menebak kalau hubungan laki-lai itu dengan Dania belum membaik. Maka sebisa mungkin dia memanfaatkan kedekatannya dengam Endra saat ini. “Pak Endra, saya lihat belakangan ini Pak Endra kayak orang kurang fokus,” kata Karra saat makan siang bersama, “Pak Endra sama Mba Dania belum baikan ya?” Endra tersenyum masam. “Dia yang udah bohongin gue duluan. Dan dia juga sudah marah-marah gak jelas ke lo. Harus gue yang minta maaf duluan?” katanya. Karra tersenyum tipis. Saat hubungan mereka sedang renggang seperti inilah waktu yang tepat mengambil hati Endra. “Pak Endra kalo misalnya suntuk banget dan pengen hangout, aku mau kok nemenin,” kata karra. Endra tertawa kecil. “Hangout ke mana?” katanya, “kelab? Terakhir kalinya lo mabuk dan malah gue yang harus repot nemenin lo tidur di hotel.” “Ya maaf,” kata Karra. “Tapi kayaknya gue butuh liburan tipis-tipis sih,” kata Endra. Mata
Crash Melody 139Dania baru saja mengikuti casting yang diadakan di sebuah gedung rumah produksi film. Saat ini dia sefang melepas sepatu hak tingginya sambil duduk di ranjang. Baru akan meletakkan sepatunya di rak sepatu, ponselnya berbunyi.Rupanya ada telepon dari Rita.“Ada apa, Ta?” tanya Dania.“Lo lihat deh story I*******m terbarunya Karra,” kata Rita.Dania tersenyum sinis. “Ada apa lagi? Dia upload foto lagi cipokan sama Endra juga gue nggak bakalan heran,” katanya.“Udah deh lo lihat aja dulu sendiri,” kata Rita.Dania lalu membuka aplikasi Instragram. Dia lalu membuka profil Karra. Dia tersenyum masam melihat unggahan gadis itu. Karra seolah benar-benar memanfaatkan kesempatan kerenggangan hubungannya dengan Endra untuk mendekati Endra. “Gue udah lihat,” kata Dania setelah keluar dari aplikasi I*******m.“Kelihatan banget nggak sih kalo dia sengaja ngedeketin Endra lebih gencar? Lo yakin mau gini-gini aja? Buruan baikan deh sama Endra kata gue. Nyaho lo kalo Endra beneran d
“Mau kerja kayak robot kalau liburannya sama Pak Endra sih saya nggak masalah,” kata Karra. Gadis itu mengutak-atik ponselnya. Dia harus mengunggah foto ke Instagram. Endra tertawa. “Gue juga nggak masalah liburan sama lo. Asal jangan sering-sering aja. Ini juga gue ketar-ketir banget ninggalin kantor tiga hari.”“By the way, Pak Endra ngomong apa sama Mba Dania waktu mau berangkat?” tanya Karra iseng. “Ngapain gue izin ke Dania,” sahut Endra, “gue izin sama Bokap-Nyokap lah.”Karra tersenyum simpul. Dari jawaban Endra, dia bisa menyimpulkan kalau laki-laki itu belum berbaikan dengan Dania. Kalau begitu, ini adalah saat yang tepat. Dia akan memposting semua aktifitasnya di Instagram agar Dania semakin cemburu dan semakin marah dengan Endra. Semakin cepat mereka putus, semakin baik. Karena dengan begitu, semakin ceoat juga Karra memiliki kesempatan untuk menjadi kekasih Endra.***Setibanya di villa, Karra langsung bersemangat. Dia tak sabar menghabiskan hari esok bersama Endra. “P
Karra terus memperhatikan Endra saat laki-laki itu mengurut kakinya. Dia tersenyum-senyum sendiri melihat wajah serius bosnya itu. Kesempatan seperti ini sama sekali tidak pernah dia bayangkan di dalam hidupnya. Seandainya dia bisa memiliki Endra, pasti hari-harinya akan dipenuhi dengan kebahagiaan. “Udah mendingan belom, Kar?” tanya Endra.Pikiran Karra buyar. Dia gelagapan. “Eh, lu ... lumayan sih, Pak,” sahutnya. Dia menggerak-gerakkan kakinya perlahan. “Yaudah, ayo gue anter lo ke kamar,” kata Endra. Dia membantu Karra berdiri.Jantung Karra berdetak dua kali lipat lebih cepat saat tangan Endra melingkar di pinggulnya. Sungguh ini luar biasa. Dalam khayalan terliarnya, dia tak pernah memikirkan ini. Usai mengambil handuk, Endra membantu Karra memakai handuknya. Sejatinya, Karra tahu kalau love language laki-laki itu adalah act of service, tapi dia tak pernah membayangkan Endra akan melakukan itu padanya. Karra benar-benar dibuat mabuk dengan perhatian Endra. “Lain kali, kalo
Karra merasakan kebahagiaan yang kuar biasa selama liburan bersama Endra. Dia merasa seperti berada di atas awan. Bahkan saat sudah pulang pun dia masih merasa kesulitan menerima kenyataan bahwa dia telah menapak di tanah. Kebahagiaannya terasa sulit sekali di lupakan. Namun ternyata kebahagiaan itu tak berlangsung lama setelah Karra sampai di rumah. Sekitar satu jam setelah dia membersihkan diri, ponselnya berbunyi. Ada telepon dari nomor tak tersimpan. Dia tau itu nomor Dania. Sekonyong-konyong Dania memberondong Karra dengan kata-kata bernada tinggi setelah gadis itu menyentuh logo telepon warna hijau. Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, Karra lalu mengklik fitur rekam. Dia akan memberitahukan tingkah kampungan Dania itu pada Endra. “Mba Dania kenapa sih marah-marah?” tanya Karra, “kita bahkan udah nggak pernah ketemu selama hampir dua minggu, Mba. Kok sekalinya telfon Mba Dania marah-marah?”“Heh cewek jalang! Jangan kebanyakan cingcong ya lo!” kata Dania. Lagi-lagi nada suarany
Usai mengusap air matanya dan memastikan pipinya kering, Dania turun dari ranjang. Dia lalu mengambil pakaiannya yang berserakan di atas ranjang dan di lantai. Perlahan, dia berjalan ke kamar mandi.Setelah mengantung pakaiannya, Dania lalu membasuh tubuhnya di bawah shower. Dia seolah berusaha menghapus bekas sentuhan Endra di setiap jengkal kulitnya. Ketika ingatan tentang desahan, erangan dan teriakan nama Endra yang keluar dari mulutnya terputar di memori, Dania merasa jijik dengan dirinya sendiri. Dia merasa tak ada bedanya dengan wanita-wanita jalang di luaran sana yang begitu mudah ditiduri oleh seorang pria.Dania lalu menangis lagi. Air matanya mengalir deras di bawah pancuran shower yang mengguyur tubuhnya. Di sela tangisnya, dia lalu tertawa hambar. Bagaimana keadaan bisa berubah begitu cepat? Ya, beberapa puluh menit yang lalu dia masih merelakan tubuhnya dijamah dengan sedikit brutal oleh Endra. Dia bahkan dengan suka rela mempersilakan Endra masuk dengan membuka kedua ka
Crash Melody 144 Lalu perkelahian itu terjadi begitu saja. Zevan dan Endra saling tinju. Endra tak mau mengalah karena dia merasa Zevan tak berhak menghakimi apa pun yang dia lakukan pada Dania. Gadis itu kekasihnya. Terlebih, dia meninggalkan Dania karena memang kondisinya urgent.Sementara itu, Zevan sendiri juga tak mau mengalah karena dorong egonya yang tinggi. Dari dulu, di kamusnya tak pernah ada kata kalah kalau sudah berurusan dengan Endra.Pada akhirnya keduanya dipisahkan oleh security kantor. Laki-laki berpostur gempal itu menarik Endra dari belakang. Dia lalu meminta Zevan untuk pergi.“Pak Endra ada masalah apa sama kakaknya? Kok bisa sampe berkelahi gitu?” tanya si satpam.“Biasa. Dia memang suka cari ribut sama saya,” balas Endra, “ngomong-ngomong, makasih ya.”Endra lalu bergegas berjalan ke dalam gedung. Selama berjalan menuju ruangannya, setiap orang yang bersisipan dengan Endra menatap raut laki-laki itu dengan raut penasaran. Endra mengabaikannya. Mereka hanya in
Dania memantapkan hati untuk melangkah ke halaman rumah Endra. Dia sengaja tak memberi tahu laki-laki itu untuk memberi kejutan. Di teras rumah, Dania melihat Hana dan Fajar. Mereka berdua sedang mengobrol. Keduanya menghentikan obrolan saat melihat Dania. “Eh, Dania.”Hana yang menyapa Dania lebih dulu. Dania tersenyum melihat wanita itu. Usai bersalaman dengan Hana dan Fajar, Hana mempersilakan Dania masuk dan duduk di ruang tamu. Wanita itu lalu berpamitan untuk memanggil Endra.Endra muncul ke ruang tamu sekitar sepuluh menit kemudian. Laki-laki itu tampak terkejut melihat kedatangan Dania. “Hei, kok kamu nggak bilang-bilang kalau mau ke sini,” katanya.Dania hanya membalas dengan senyuman sinis. “Sama mengejutkannya dengan kepergian kamu yang tiba-tiba waktu itu,” katanya.Endra lalu duduk di samping Dania. “Yang, aku minta maaf. Aku nggak bermaksud ....”“Sampai kapan kamu mau kaya gitu terus minta maaf. Diulangin lagi dan minta maaf lagi. Kenapa sih kamu selalu aja mentingin