Crash Melody 147Endra meletakkan laptopnya di meja. Dia lalu menghembuskan napas panjang. Sebelumnya Endra pernah pacaran dan putus dengan seorang gadis. Tapi rasanya tak menyakitkan sekarang. Apa karana rasa sayangnya pada Dania terlalu dalam?Pikiran Endra buyar saat dia mendengar suara ketukan di pintu. “Masuk,” katanya.“Pak Endra nggak makan siang,” tanya Karra setelah dia masuk ruangan Endra.“Gue lagi males keluar kantor, Kar,” balas Endra.Karra lalu duduk di kursi yang ada di seberang meja Endra. “Pak Endra masih galau karena putus dari Mba Dania ya?” tanyanya.Endra tak menyahut. Dia hanya tersenyum masam.“Maaf kalau saya lancang,” sahut Karra.Endra tersenyum. “Enggak apa-apa kok,” katanya, “yang lo omongin benar.”Karra menghembuskan napas lemah. “Karra tau Pak Endra pasti sedih banget karena Pak Endra pasti cinta banget sama Mba Dania. Tapi, life must go on, Pak. Pak Endra nggak bisa kaya gini terus,” kata Karra.Endratersenyum miris. “Thanks ya,” katanya.Karra mengang
Karra mendengar Endra jatuh sakit sekitar dua minggu setelah dia putus dari Dania. Karra tentu saja panik. Dia datang ke rumah sakit sekitar pukul sembilan pagi, beberapa menit setelah dia mendengar kabar Endra sakit dari Fajar yang hari itu menggantikan Endra ke kantor.Setibanya di rumah skit, Karra melihat Hana duduk di kursi yang ada di depan ruangan rawat Endra.Wanita itu wajahnya sendu. Dia berdiri ketika melihat Karra datang.“Selamat pagi, Tante,” sapa Karra. Dia lalu memeluk ibunda Endra itu.“Pagi,” sahut Hana, “Endra masih tertidur karena baru saja makan dan minum obat. Tapi kalau kamu mau masuk, masuk aja.”Karra mengangguk. Dia lalu masuk ke dalam ruangan. Gadis itu terpukul saat melihat Endra terbaring tak berdaya di atas ranjang. Dadanya sakit melihat laki-laki yang disayanginya itu merasakan sakit.Karra tahu Endra mempunyai penyakit lambung kronis sejak beberapa hati dia bekrrja dengan laki-laki itu. Penyakit itu hanya akan kambuh kalau Endra makan tak teratur sejauh
Endra dirawat di rumah sakit selama dua hari. Selama dua hari itu, dia mengkhayal Dania akan datang menjenguknya. Tapi tentu saja khayalannya itu tak pernah menjadi kenyataan. Dania bukan siapa-siapanya lagi dan gadis itu tak akan peduli padanya apa pun yang terjadi padanya.Saat ini, laki-laki itu tengah duduk termenung di depan meja rias. Dia sedang memikirkan Karra. Dia bertanya-tanya mengapa gadis itu terlihat begitu terpukul saat tahu dia sakit. Seolah-olah, dia memiliki perasaan yang tak biasa.Tapi pada akhirnya Endra memutuskan untuk tak mau terlalu percaya diri. Bagaimana kalau Karra hanya mengaguminya dan menghormatinya sebagai seorang atasan? Murni sebagai atasan.Tak mau terus memikirkan hal yang sekiranya tak perlu dipikirkan, Endra lantas mengambil laptopnya. Pikirannya harus teralihkan.Namun baru beberapa menit menatap layar laptop, fokus Endra terdistraksi oleh suara ketukan dari pintu kamarnya. Tanpa menoleh ke pintu, Endra berkata, “masuk.”Dalam hutungan detik, Han
“Ya habis gimana?” sahut Karra, “ kaya nggak ada harapan.”“Nggak ... nggak,” sahut Lya, “lo sudah sejauh ini ya, Kar. Gue nggak mau lo nyerah. Lo pancing aja terus si Endra sampe dia peka.”Karra menghembuskan napas panjang. “I’ll try,” katanya.***Rupanya berakhirnya hubungan Dania dengan Endra tak hanya berpengaruh kepada kesehata laki-laki itu. Dia juga terlihat sering terganggu konsentrasinya saat bekerja. Memang sejauh ini belum ada klien atau para pemegang saham yang komplain secara langsung kepada Endra. Sejauh ini, mereka hanya memberi tahu Karra. Namun, sekuat-kuatnya Karra memendam semua itu sendiri, pada akhirnya dia mengungkapkan semua pada Endra juga.“Pak Endra, Karra boleh ngomong sesuatu?” kata Karra saat dia dan Endra tengah beristirahat makan siang bersama.“Boleh,” sahut Endra, “ngomong aja.”“Beberapa hari belakangan ini ada beberapa klien yang protes sama Karra,” kata Karra pelan dan sangat hati-hati. Dia tak mau Endra tersinggung.Endra menaikkan alis. “Protea
Karra membuka matanya perlahan. Dia memicingkan mata ketika merasakan sakit di kepalanya sebelah kiri. Setelah penglihatannya sempurna dan tak buram lagi, Karra mencoba mengingat apa yang terjadi hingga akhirnya dia terbaring lemah di ranjang ini.Dia ingat betul saat dia menceramahi Endra lantaran laki-laki itu hampir menabrak kendaraan lain. Lalu, dalam perdebatan mereka yang masih berlangsung mobil Endra dihantam dari arah berlawanan oleh sebuah mini bus. Karra juga masih ingat betul kalau saat itu dia melihat Endra yang langsung tak sadarkan diri. Mengingat Endra, Karra lantas berusaha turun dari ranjang. Dia ingin segera melihat keadaan bosnya itu sekarang juga.Karra dihentikan ibunya ketika dia keluar dari kamar. Wamita itu menatap Karra dengan raut terkejut tapi juga tampak senang. “kamu sudah bangun, Nak?” katanya.Karra mengangguk. Dia bermaksud melanjutkan langkahnya tapi ditahan ibunya.“Kamu ini mau ke mana?” kata ibu Karra, “baru siuman bukannya istirahat dulu.”“Karra m
Lya membelalakkan mata. “Jadi lo udah jadian sama Endra?” tanya Lya.Karra menggeleng. “Sayangnya dia nggak bilang cinta ke gue,” kata Karra. Dia lalu menghembuskan napas panjang.“Tapi menurut gue pernyataan itu nggak sepenting itu sih, Kar,” sahut Lya.Karra mengerutkan kening. “Nggak penting bagaimana maksud lo?” tanyanya, “Penting kali kalo menurut gue, Lya. Seenggaknya ada ungkapan yang menyatakan kita itu official jadi pasangan.”Lya menghembuskan napas panjang. “Ya maybe next day kalo Endra udah baikan dia bakalan bawain lo cincin sama ngajakin lo dinner romantis.”“Makasih doanya,” kata Karra. Dia tersenyum lebar dan matanya berbinar.***Dania mengepak baajudan segala barang yang dia butuhkan dengan teliti. Dia memastikan tak ada satupun barang yang ketinggalan. Setelah menutup rapat koper dan satu tas jinjing yang dia bawa, Dania lalu kelua dari kamar. Dia melangkahkan kakinya ke dapur untuk mengambil minuman.Saat mengambil air dari dispenser, Talia masuk ke dapur. Dia lalu
Selama seminggu Endra dirawat di rumah sakit. Sementara itu, Karra hanya dirawat selama dua hari. Total sudah tiga minggu berlalu sejak kecelakaan itu karena per hari ini Endra sudah bekerja selama dua minggu sejak pertama masuk kerja pasca kecelakaan.Selama itu, Endra sama sekali tak pernah menyinggung kejadian di rumah sakit. Laki-laki itu bahkan terkesan menjaga jarak dengan Karra. Saat Karra mengajak bicara Endra dengan topik yang sekiranya bisa jadi bahasan yang luas, Endra hanya membalas seperlunya. Fakta itu tentu saja menmbuat Karra frustrasi.Pada akhirnya, Karra memutuskan untuk menjaga jarak juga dengan Enda. Dia hanya berbicara dengan Endra saat membahas pekerjaan. Bahkan saat makan siang bersama pun keduanya saling diam.Lama-kelamaan Endra jengah juga dengan apa yang terjadi anytara dirinya dan Karra. Dia hanya sanggup bertahan seminggu menghadapi situasi yang seperti itu dengan Karra. Pada akhirnya dia yang mulai mengajak Karra biacara saat dia hendak mengantarkan gadi
“Ceprtan lo ceritain ke gue bagaimana awalnya sampe Endra bisa nyatain perasaannya ke lo,” kata Lya.Karra lalu menceritakan secara detail semuanya kepada Lya. Mulai saat dia masuk ke mobil Endra sampai saat laki-laki itu menyatakan perasaannya.“Rasanya kaya gue pengen ngulang momen itu terus, Lya,” kata Karra.Terdengar suara Lya dari seberang. “Ntar habis ini jug alo bakalan sering dapet lagi,” katanya.Karra lantas tertawa mendengarnya.***Dania mengetahui Karra telah resmi menjadi kekasih Endra dari sosial media gadis itu. Awalnya dia tidak berpikir apa-apa karena sebelumnya Karra juga sering membuat story Instagram tentang Endra. Dia baru sadar setelah Karra memposting tangannya yang sedang menggenggam tangan Endra. Caption ‘officialy be mine’ yang gadis itu tulis sangat mencolok untuk membuat semua orang tahu kalau gadis itu dengan Endra telah resmi menjadi pasangan kekasih.Dania tak merasa sakit hati. Tapi dia merasa sedikit insecure. Kenapa semudah dan secepat itu Endra men
Yang masuk ke dalam ruangan setelah Hana dan Fajar keluar adalah Endra. Laki-laki itu awalya canguung saat melangkah ke dalam ruangan. Namun akhirnya dia bersuara juga setelah kakinya terhenti di dekat ranjang.“Kenapa lo nggak pernah cerita kalo lo sakit jantung?” tanya Endra.“Sebelumnya gue juga nggak tahu kok kalo gue sakit jantung. Gue baru ta ...”“Bohong,” sahut Endra, “gue pernah nemuin botol kecil tempat obat di kamar lo pas mau ngambil jam tangan Papa yang lo pinjem.”Zevan menghembuskan napas panjang. “Gue nggak mau terlihat lemah di hadapan orang-orang terdekat gue dan keluarga gue.”Endra tak menyahut. Dia memahami perasaan Zevan. Sebagai seorang anak laki-laki, dia juga gengsi akan bercerita tentang penyakit atau kelemahannya kepada keluarga.“Terus selama ini kenapa lo musuhin gue?” tanya Endra, “seharusnya kita nggak kayak gini nggak sih?”“Gue benci sama lo karena nyokap lebih sayang sama lo,” kata Zevan, “gue udah berusaha maklum kalo Papa selalu jarang ada di rumah
Saat diberi tahu tentang perayaan hari ulang tahun sebenarnya Zevan tidak terlalu tertarik. Karena dia yakin momen itu tak akan menjadi momen yang spesial sespesial momen ulang tahun Endra. Dia bahkan berniat pergi di hari ulang tahunnya itu. Biar saja orang-orang rumah merayakan semua tanpa dirinya. Tapi setelah dinasihati Dania, akhirnya Zevan pun luluh. Meski tak terlihat bersemangat, Zevan tetap keluar kamar sekitar jam tujuh malam.Saat melihat dekorasi di ruang tamu rumahnya yang disulap menjadi hall, Zevan seketika merasa muak. Ruangan itu didekorasi dengan warna serba putih, warna kesukaan Endra. Pasti ini ide Hana. Lihatlah, di saat banyak Evolutioners yang menetahui hal-hal kecil tentang Zevan, ibunya sendiri malah tidak tahu warna favoritnya.Zevan seketika menghembuskan napas kasar. Dia ingin berbalik dan masuk ke dalam kamar lagi. Tapi niatnya itu tak berjalan mulus lantaran Fajar memanggilnya saat kakinya baru berjalan satu langkah.“Mau ke mana kamu?” tanya Fajar.“Mau
Seiring dengan renggangya komunikasi Zevan dan Dania, pemberitaan di sosial media tentang mereka juga mereda. Seharusnya Dania senang karena dengan begitu dia tak menjadi bahan kejar-kejaran awak media lagi. Tapi, kenyataannya tidak. Dia justru semakin merasa kosong karena itu sekaligus memperjelas kalau dia dan Zevan memang sudah sejauh itu sekarang.Dania lalu memikirkan saran dari Sisil. Apakah memang sebaiknya dia mengajak Zevan mengobrol? Karena jujur, dia sudah sangat muak dengan kecanggungan yang terjadi di antara dia da Endra selama bebeberapa minggu belakangan ini.Setelah berpikir selama beberapa menit, akhirnya Dania memutuskan untuk mengajak Zevan mengobrol. Dia memutuskan untuk berbicara dengan laki-laki itu setelah Evolution tampil.Tanpa Dania sangka, ternyata Zevan juga berniat mengajaknya berbicara. Karena saat bertatap muka, keduanya mengucapkan, “gue mau ngobrol sama lo,” secara hampir bersamaan.“Lo duluan aja,” kata Dania akhirnya.“Lo saja,” kata Zevan.“Lo dulua
“Jadi lo ngehancurin kencan mereka?” tamya Dania.“Iya,” sahut Zevan, “kesian anjir ceweknya tampangnya langsung bete gitu.”Dania terbahak. “Lah itu kan ulah lo juga kali,” katanya.“By the way, tadi gue udah mutusin kalo kita bakalan kelihatan kaya orang pacaran pas di depan Karra sama Endra aja,” kata Dania lagi.Zevan tak langsung menjawab. Kalau Dania sudah memutuskan seperti itu berarti kemungkainan mereka bersamaan akan berkurang. Tapi toh tak ada bedanya juga. Saat sedang bekerja pun dia teteap bisa mendekati Dania.“Zevan,” sahut Dania dari seberang, “kok lo diem sih?”“Eh, ya nggak apa-apa kalo misalnya keputusan lo kaya begitu,” sahut Zevan. Tapi sebenarnya dia berat mengucapkan hal itu.***Dania merasakan perubahan sikap Zevan selama beberapa hari. Kalau biasanya laki-laki itu sering mengobrol dengannya setiap istirahat makan siang, belakangan ini laki-laki itu jarang berbicara dengannya. Zevan berbicara dengannya kalau tentang masalah kerjaan saja. Sama persis saat awal-
Endra tentu saja panik melihat Karra. Dia lalu berusaha menenangkan gadis itu.“Hei, udah dong nangisnya. Aku minta maaf,” kata Endra, “Dia lalu mengusap pipi Karra yang basah dengan ujung ujung jarinya.“Sini,” kata Endra. Dia lalu mendekap Karra Erat-erat.“Jadinya kamu kenapa kok jadi aneh sikapnya ke aku setelah pesta malem itu?” tanya Dania setelah Endra melepaskan pelaukannya.Endra menghembuskan napas kasar. “Aku cuma masih syok aja ngelihat Zevan jaian sama seseorang yang pernah ada hubungan sama aku.”Karra menghembuskan napas panjang. “Beneran cuma itu? Sykur deh kalau kecurigaanku gak bener.”Endra tersenyum. Dia lalu mendekatkan wajahnya ke Karra. Tanpa aba-aba, dia menyematkan kecupan lembut dan dalam di bibir gadis itu. Rasanya seperti sudah lama sekali dia tak menyalurkan perasaannya pada Karra. Maka, dia lampiaskan semuanya sekarang. Perlahan, tangan kanannya pun mulai merayap di bawah rok Karra. Namun ketika mencapai pinggul gadisya itu, tangannya terhenti lantaran te
“Ayo buruan,” kata Hana.Endra menghembuskan napas kasar. Dia lalu maju lebih dulu.“Zevan buruan!” kata Hana.Akhirnya Zevan ikut maju juga. Mereka berdua akhirya saling bersalaman walau tak saling pandang. Hana geleng-geleng kepala melihatnya. Wanita itu lalu menghembuskan napas panjang.“Cepetan balik ke kamar sana, Endra,” kata Fajar, “Papa nggak mau ya ngeliat kalian berkelahi lagi kaya gini.”“Nggak janji,” kata Endra. Dia lalu beranjak pergi.***Seperti yang sudah Zevan duga sebelumnya. Kemunculannya dengan Dania di pesta malam itu pasti akan mengundang perhatian publik. Zevan tak tahu siapa pelaku pertama yeng mengunnggah video itu di internet. Yang pasti keesokan harinya setelah pesta itu selesai, videonya berdansa dengan Dania sudah tersebar di sosial media. Di X bahkan hastag ZevanDania masuk ke dalam sepuluh besar trending.Zevan ada jadwal nanti jam satu siang. Mungkin, dia baru akan keluar rumah sekitar jam sebelas pagi atau jam setengah dua belas siang. Selama itu dia
“Sayang, kamu tadi udah makan belom?” tanya Zevan.Dania membelalakkan mata namun akhirnya dia menjawab pertanyaan Zevan juga. “Be ... belum sih,” katanya.“Mau aku suapin nggak?” tanya Zevan.Dania menyahut, “boleh,” sambil melirik Endra dan Karra sekilas. Jelas sekali mereka tampak syok.Rasa percaya diri Dania muncul seiring dengan raut canggung yang tampak di wajah pasangan kekasih yang duduk di sampingnya. Terutama Endra. Laki-laki itu tak bisa menutupi keterkejutannya.Selama dua puluh menit berikutnya, Dania melakonkan drama-nya dengan Zevan dengan sangat sempurnya. Endra dan Karra dibuat mati kutu melihat kemesraan yang mereka perlihatkan. Dania bahkan berinisiatif untuk bergantian menyuapi Endra. Gadis itu tersenyum lega saat akhirnya Endra mengajak Karra menghindar ke tempat lain. Laki-laki itu tampak sangat tidak nyaman.Sementara itu, Zevan tertawa puas setelah Endra dan Karra menghilang dari pandangan matanya.“Akting gue bagus kan?” kata Dania. Dia lalu merebut piring b
Karra seperti tak berada di bumi saat jemari tangan kiri Endra merayap di dada kirinya. Sensasi seperti itu baru dia rasakan untuk yang pertama kali seumur hidupnya. Namun, dia hanya merasakan gejolak itu dalam waktu sekitar semenit karena Endra segera menarik diri bersamaan dengan terdengarnya suara batuk ibu Karra.“Sorry,” kata Endra saat dia melihat Karra merapikan kerah blusnya lalu mengancingkan dua kancing teratas yang terbuka.Karra tersenyum. “For what?” katanya.“Karena sudah nyentuh kamu sembarangan,” kata Endra.Karra tertawa kecil. “It’s okey,” katanya, “bukanya sekarang aku punya kamu ya? Kamu berhak ngelakuin apa saja. Hanya mungkin waktunya aja yang nggak tepat.”Endra terkekeh. “Yaudah lain kali kita cari waktu sekaligus tempat yang tepat,” katanya setelah tawanya reda.Karra membelalakkan mata. “Dasar,” katanya. Dia lalu membuka pintu mobil, “good night. See you tomorrow.”“Good night. I love you,” balas Endra. Dia lalu menurunkan kaca mobil.“I love you too,” balas
Sebenarnya Karra sudah diberi tahu Endra tentang acara peresmian hotel baru itu sejak jauh-jauh hari. Tapi mendekati hari-H dia tetap saja merasa gugup bukan main. Dia merasa tidak siap kalau hubungannya harus diketahui banyak orang di kantor.“Kamu yakin mau ngenalin aku sebagai pasangan kamu di acara itu?” tanya Karra saat mereka makan siang bersama di sebuah restoran.Endra mengangguk. “Iya dong,” sahut Endra, “kan aku sudah bilang dari awal.”“Nggak apa-apa kalo pada akhirnya semua orang tahu kalau Bapak Endra sang CEO pacarannya sama sekertarisnya sendiri?” tanya Karra.Endra terbahak. “Emangnya kenapa?” tanyanya.Karra mengangkat bahu. “Kamu nggak gengsi?” tanya Karra.Endra terbahak. “Nggak lah,” katanya, “ngapain harus gengsi?”Karra lantas tersenyum. Dia merasa lega karena Endra bisa menerimanya apa adanya. Dia lalu menatap Endra dalam-dalam. Sebisa mungkin dia tak melewatkan setiap detik waktu yang dia lalui dengan Endra secara detail.“Keanapa?” tanya Endra.Karra menggelen