Semua Bab Suamiku Ustadz Dingin: Bab 1 - Bab 10

122 Bab

1. Dituduh

"Ustadz kok bisa ada disini?" ucap Balqis menatap sekitar."Ini kamar saya," jawab Ashraf. Tatapannya tajam dan dingin."Hah, aku kok bisa ada disini," lirih Balqis kebingungan. Dia melihat setiap sudut tempat itu yang sangat asing."Keluar kamu sekarang! Bisa-bisanya ada di kamar saya." Gertak Ashraf dengan nada tinggi."Ba-baik ustadz, permisi," Tapi sebelum Balqis keluar, tiba-tiba ada beberapa teman Ashraf yang memasuki kamar Ashraf."Astaghfirullah, Ustadz Ashraf membawa santriwati ke kamarnya?" ucap seorang Ustadz yang merupakan teman dekat Ashraf. juga beberapa orang yang melihat kegaduhan itu."Saya tidak menyangka Ustadz Ashraf begini, bagaimana nanti jika Ning Ayra tahu." "Ustadz, ini bukan Ustadz Ashraf yang saya kenal."Ashraf tak ada jawaban saat beberapa ustadz bertanya kepadanya. Tentang Balqis yang sudah ada di kamar Ashraf."Maaf semuanya, tapi jangan salah paham dulu. Saya juga tidak tahu kenapa ada dia di kamar saya?" beo Ashraf tak ingin terjadi kesalahpahaman di
Baca selengkapnya

2. Tidak tau diri

"Astaghfirullah Balqis, kamu jahat banget.""Kamu membuat pertunangan Ning Ayra dan Ustadz Ashraf gagal. Parah sih.""Harusnya kamu sudah dikeluarkan dari pesantren ini. Aib banget disini.""Nyusahin saja!"Saat Balqis keluar dari ruangan tadi, beberapa santri perempuan lain mengerumuninya. Bahkan tanpa ada rasa belas kasih, melontarkan perkataan yang menyakitkan serta tuduhan berbagai tuduhan.Balqis tak dapat membalas, dia langsung menerobos kerumunan itu dan langsung pergi. Belum sembuh rasa sakit dari tamparan Ayra, sekarang dia harus disudutkan kembali."Sudah diam semua, ini kan masih tuduhan sementara. Takutnya jadi fitnah kalau tuduhannya salah," ucap ustadzah Ifa melerai kegaduhan beberapa santri itu. Sementara di dalam ruangan khusus keluarga, Ayra sedang di hadapan keluarganya. Ada Abah Zulkifli juga yang langsung kembali saat mengetahui sikap dari Ayra."Siapa yang mengajarkan kamu untuk bermain fisik, Ayra?" tanya Kyai Zulkifli tatapannya mengintimidasi.Semuanya terdiam
Baca selengkapnya

3. Perjanjian

Sore harinya, aktivitas di pesantren Al-fatah berjalan seperti biasa. Para santri melanjutkan belajar kajian kitab di masing-masing kelas.Tidak termasuk bagi Ashraf dan Balqis, mereka berdua dipanggil kembali menghadap Kyai Zulkifli."Maaf Kyai, ini benar-benar salah paham. Dan saya rasa bukan seperti itu jalan penyelesaiannya," Ashraf menolak permintaan Kyai Zulkifli yang menyarankan untuk menikahi Bilqis."Tapi Ustadz Ashraf, masalah ini sudah sampai ke semua santri dan juga wali santri. Pihak pengasuh sudah berunding akan hal ini, dan kesepakatan yang terbaik dari kami seperti itu," Kyai Zulkifli menatap Ashraf dengan serius."Maaf Kyai, bagaimana dengan Ayra?" Ashraf terlihat bingung, dia salah satu santri yang selalu menuruti permintaan Kyai Zulkifli. Untuk itulah dia dijadikan sebagai menantu."Ayra masih belum pantas untuk menjadi pasangan siapapun, ego dia masih besar. Saya harap ustadz Ashraf mau menuruti permintaan saya ini. Jadikan Balqis sebagai pasanganmu," ucap Kyai Zul
Baca selengkapnya

4. Sah!

"Pernikahan ustadz Ashraf dan Balqis tidak membutuhkan persetujuanmu, Ayra," ungkap Kyai Zulkifli dengan dingin.Ayra terdiam, tak mampu membalas ucapan sang Kyai. Apalagi sekarang semua pengurus sedang berkumpul, rasanya dia tak dapat berkutik."Jadi semuanya harap menerima. Demi ketentraman pesantren Al-fatah. Ustadz Ashraf dan Balqis sudah menyetujui untuk menikah," sambung Kyai Zulkifli.Ayra melirik Balqis dengan sinis, seakan membenci Balqis teramat dalam. Dan juga menatap Ashraf tak suka. Sementara Balqis hanya terdiam, begitupun Ashraf yang tampak dingin seperti biasa.***"Kamu hanya buat malu keluarga, mau ditaruh dimana muka Mama sama papa mu ini, Balqis," ujar Amira- Mama Balqis."Iya, Papa malu banget punya anak seperti kamu. Bukannya jadi santri yang berprestasi malah harus dinikahkan secara tiba-tiba seperti ini," David ikut menimpali ucapan sang istri.Kedua orang tua Balqis hadir di pernikahan Balqis dan Ashraf. Mengucap secara terang-terangan di hadapan Balqis sebel
Baca selengkapnya

5. Ternyata Manis

Malam sudah larut namun Balqis tak dapat memejamkan kedua matanya. Rasa gelisah dan takut selalu saja muncul dimanapun. Balqis merubah posisi menjadi duduk. Sementara Ashraf sudah tertidur lelap di karpet bawah.Namun Ashraf terlihat sangat kedinginan, Balqis lalu memberikan selimut yang dia kenakan untuk menutupi tubuh Ashraf. Lalu dia sendiri tetap membuka matanya sampai dini hari menjelang."Disaat orang lain bersenang-senang dengan pasangan, namun aku merasa sepi dan sendirian. Beginikah nasib orang yang suka membuat onar. Atau memang sudah nasibku dari dulu, tak akan pernah bahagia," lirih Balqis.Derai air mata Balqis membasahi kedua pipinya. Seakan mengeluh terhadap takdir yang tak pernah berpihak padanya."Bukankah aku ini rendahan kata mereka? Tak pernah seorang pun merasakan keberadaanku. Tapi aku masih berharap setelah ini bisa menjadi lebih baik lagi," keluh Balqis.Tangis Balqis semakin pecah, tak seharusnya dia menangisi takdirnya. Tapi dia sudah tidak tahan sedari kema
Baca selengkapnya

6. Amanah Ning Ayra

Saat Ashraf tetap menahan tubuh Balqis, tiba-tiba pintu kamar Ashraf terbuka."Waduh, Maaf ya. Umi kira kenapa, tadi ada yang teriak soalnya. Umi ganggu ya," ucap Risma penuh senyum saat melihat kedua insan itu.Balqis dan Ashraf sama terkejutnya, lalu dengan terburu-buru Balqis bangkit dari Ashraf. Ashraf pun langsung berdiri juga."Tidak seperti yang Umi pikiran kok. Tadi ada tikus, jadi Balqis gak sengaja lompat ke Ustadz Ashraf," kilah Balqis."Loh, emangnya kenapa kalau kalian seperti itu. Kalian kan sudah menikah, hal itu wajar kok. Dan kenapa Balqis masih manggil ustadz ke Ashraf?" tanya penuh selidik Risma.Saking groginya, Balqis lupa panggilannya untuk Ashraf. "Udah, Umi. Balqis masih belum terbiasa. Udah ya umi keluar dulu, kami mau siap-siap," ucap Ashraf memegang pindah Risma ke pintu kamarnya."Iya deh iya, yang gak mau dilihat siapapun ini," kekeh Risma lalu meninggalkan mereka berdua di kamar."Ucapan saya tadi lupain. Itu gak benar," lirih Ashraf mendekati Balqis ta
Baca selengkapnya

7. Balqis Ngambek!

Kini hujan deras itu sudah berganti rintik. Suasana tenang mulai tergambar saat hujan membasahi seisi bumi.Tapi tidak dengan Ashraf dan Risma yang dilanda kekhawatiran. Karena Balqis tadi tidak sadarkan diri waktu di taman."Kenapa dia bisa pingsan, Ashraf?" tanya Risma dengan serius. Sembari terus menerus menggosok tangan Balqis dengan minyak kayu putih."Dia tadi mandi hujan, Umi," jawab Ashraf dengan cemas. Dia baru selesai berganti baju.Balqis dibaringkan di kamar Ashraf. Wajahnya sangat pucat dan terlihat lemah."Astaghfirullah, umi baru ingat. Dia belum makan seharian, katanya mau nunggu kamu datang. Jangan bilang tadi kamu tidak mengajaknya makan?" ucap Risma dengan panik.Ashraf terkejut mendengar pernyataan sang ibunya. "Kami belum sempat makan," lirih Ashraf.Risma hanya menggeleng dengan kelakuan anaknya. Tapi tetap saja panik dengan keadaan sang menantu.Namun setelah itu terlihat tangan Balqis yang bergerak. Dan juga membuka kedua matanya perlahan."Alhamdulillah, kamu
Baca selengkapnya

8. Khilaf

"Aku juga, kita hanya menunggu waktu. Tolong tunggu aku Ayra," ajak Ashraf sambil berbicara di ponselnya. Balqis yang mendengar semua itu hanya tersenyum kecut. Setelah itu ia merasa kecewa, karena Ashraf melihat dirinya tanpa izin. Setelah cukup lama mereka berbincang, akhirnya Ashraf menutup teleponnya. Balqis hanya mendengarkan saja tanpa ingin menegur. "Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Ashraf ketika ia berbalik dan Balqis sudah berada di depan pintu kamarnya. “Saya ingin meminta penjelasan kepada Ustadz,” jawab Balqis blak-blakan. Kemarahannya sudah meluap sejak tadi. Namun sebisa mungkin dia tahan. "Tentang?" kata Ashraf. “Saya tidak suka dengan cara ustadz. Ustadz menikahi saya hanya untuk menghilangkan rasa malu, tapi ustadz mengganti baju saya sesuka hati tanpa izin,” kata Balqis lirih. “Tidak ada jalan lain, jadi tenang saja. Aku tidak tergoda dengan tubuhmu,” cibir Ashraf lalu duduk di meja belajarnya. Balqis masuk ke dalam kamar, menguncinya dari dalam. "Ini
Baca selengkapnya

9. Saya bukan Pilihan

Sejak malam kejadian itu, Balqis tak ada obrolan dengan Ashraf. Sudah seminggu lamanya dan Balqis benar-benar menghindari Ashraf.Benar kata orang lain, biasanya orang yang sudah merasa kecewa akan memilih diam. Ketika sudah berat hati untuk menentukan, hanyalah kata menyerah yang ada.Menyerah dengan takdir yang sudah tertulis. Entah takdir Balqis seperti apa, berakhir sedih kah atau sebaliknya."Balqis," sapa Ashraf. Ashraf membuka pembicaraan terlebih dahulu.Mereka sedang berada di mobil Ashraf, dan akan menuju ke pesantren Al Fatah."Hm," jawab Balqis cuek."Perasaan kamu sekarang gimana?" tanya Ashraf sambil melajukan mobilnya secara pelan."Biasa aja," lirih Balqis. Pandangannya lurus ke depan. Sesekali melihat ke luar jendela mobil."Setelah malam itu, kamu masih benci dengan saya?" tanya Ashraf. Dirinya tak fokus menyetir karena sesekali sambil melihat Balqis disebelahnya."Lupakan ustadz. Ustadz sendiri kan yang meminta saya untuk melupakan semua itu. Tolong jangan dibahas l
Baca selengkapnya

10. Kebingungan Ashraf

"Saya tidak mau dan gak akan pernah mengizinkan hal itu terjadi," ucap Balqis lalu melepas pelukan Ashraf dan langsung keluar dari kamar Ashraf.Banyak yang hanya tergoda sesaat lalu meninggalkan. Bukankah pernikahan adalah sebuah perjanjian, untuk selalu bersama dalam keadaan suka dan duka.Balqis mendekati Risma yang sedang memasak. Lalu mendekatinya sembari menghapus air mata yang sedikit luruh."Umi, lagi masak apa?" tanya Balqis.Risma yang sedang mencuci beberapa jenis ikan dan sayur pun menoleh. "Iya nak, ini lagi mau goreng ikan Nila sama buat sayur asam," tukas Risma dengan senyuman hangat."Balqis mau bantu ya Umi," ucap Balqis kegirangan.Benar ya kata orang, bahwa tak semua sifat anak itu turun dari orang tuanya. Buktinya Risma begitu berbanding terbalik dengan Ashraf.Risma yang begitu peduli dan selalu ramah, serta murah senyum. Sementara Ashraf yang dingin dan suka semena-mena terhadap orang lain."Boleh dong, sini buatin mama bumbu buat sayur asam. Sekalian bumbu buat
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
13
DMCA.com Protection Status