Share

Suamiku Ustadz Dingin
Suamiku Ustadz Dingin
Автор: El Alfun27

1. Dituduh

Aвтор: El Alfun27
last update Последнее обновление: 2023-10-23 17:09:56

"Ustadz kok bisa ada disini?" ucap Balqis menatap sekitar.

"Ini kamar saya," jawab Ashraf. Tatapannya tajam dan dingin.

"Hah, aku kok bisa ada disini," lirih Balqis kebingungan. Dia melihat setiap sudut tempat itu yang sangat asing.

"Keluar kamu sekarang! Bisa-bisanya ada di kamar saya." Gertak Ashraf dengan nada tinggi.

"Ba-baik ustadz, permisi," 

Tapi sebelum Balqis keluar, tiba-tiba ada beberapa teman Ashraf yang memasuki kamar Ashraf.

"Astaghfirullah, Ustadz Ashraf membawa santriwati ke kamarnya?" ucap seorang Ustadz yang merupakan teman dekat Ashraf. juga beberapa orang yang melihat kegaduhan itu.

"Saya tidak menyangka Ustadz Ashraf begini, bagaimana nanti jika Ning Ayra tahu." 

"Ustadz, ini bukan Ustadz Ashraf yang saya kenal."

Ashraf tak ada jawaban saat beberapa ustadz bertanya kepadanya. Tentang Balqis yang sudah ada di kamar Ashraf.

"Maaf semuanya, tapi jangan salah paham dulu. Saya juga tidak tahu kenapa ada dia di kamar saya?" beo Ashraf tak ingin terjadi kesalahpahaman diantara dirinya dengan santriwati itu.

Semua saling menuduh, tak ada satupun yang membela Ashraf. Bahkan Dito temannya saja turut diam.

Sementara Balqis hanya terdiam, tidak punya nyali untuk menjelaskan. Dia dihadapkan dengan para ustadz senior yang sudah mengajar lama di Pesantren Al- Fatah ini.

"Kamu? Santriwati yang sering melanggar itu kan? Sudah diapakan kamu sama ustadz Ashraf," cecar Zain, Ustadz yang sedikit tidak menyukai Ashraf.

"Jaga ucapanmu Zain, sedikit saja kamu menuduh itu bisa jadi fitnah. Istighfar," Ashraf membantah tuduhan Zain.

Zain hanya mendengkus, keadaan semakin ramai. Bahkan ada beberapa orang pun memasuki kamar Ashraf.

"Ada apa ini?" tanya Gus Rohman, anak pertama Kyai Zulkifli.

Semua terdiam, saat Gus Rohman yang sangat terpandang itu memasuki kamar Ashraf. Entah apa yang sudah membuat Gus Rohman sampai mendengar kegaduhan dalam kamar itu.

"Maaf Gus, ini atas dasar salah paham. Demi Allah, saya tidak melakukan apapun dengan dia," lirih Ashraf sambil menunduk.

"Ini bisa dijelaskan di hadapan Kyai Zulkifli, ayo Ashraf ikuti saya," ujar Gus Rohman lalu meninggalkan kamar itu.

Ashraf pun mengikuti langkah Gus Rohman, dan Balqis juga berjalan di belakang Ashraf. Semua tatapan tak suka ditujukan kepada Asraf dan juga ke Balqis, terkhusus ke Balqis.

***

"Ustadz Ashraf, tolong dijelaskan. Ada apa ini?" tanya Kyai Zulkifli saat berada di aula pesantren, ditemani sang istri- Nyai Asma yang duduk disampingnya.

"Abah, Ashraf ketahuan satu kamar dengan Balqis, santriwati yang sering melanggar aturan," Gus Rohman mencela Ashraf yang hendak menjawab.

"Rohman, Abah sedang bertanya kepada Ashraf, jadi kamu diam dahulu," tegas Kyai Zulkifli. Meskipun pikirannya penuh tanda tanya

"Maaf Abah Kyai, saya juga tidak tahu kenapa ada santriwati di kamar saya. Saya tadi sedang masuk di kamar mandi, dan setelah keluar tiba-tiba dia sudah berada di kamar saya," bela Ashraf sambil menunjuk Balqis, menjelaskan kronologi kejadian tadi.

"Abah yakin, Ustadz Ashraf ini orang baik-baik dan tidak mungkin akan melakukan hal seperti itu apalagi di kawasan pesantren," ucap Kyai Zulkifli berdiri menatap satu per satu orang-orang yang berada di depannya.

"Maaf Kyai, kami melihat dengan mata kepala kami sendiri. Mereka sedang berduaan di dalam satu ruangan, tolong ini lebih dipertegas lagi kalau tidak akan jadi masalah buat santri yang lain."

Zain semakin mengompori semua orang dan Kyai Zulkifli untuk mempercayai semua yang dia ucapkan.

"Maaf Kyai, saya mungkin dikenal santri kurang baik di pesantren ini. Tapi saya tidak akan melakukan hal itu, apalagi dengan Ustadz Ashraf. Saya cukup sadar diri," lirih Balqis.

Balqis mendongakkan kepalanya, menatap semua orang. Dirinya cukup sadar diri dengan keadaannya.

"Baguslah kalau kamu sadar diri!" papar Ashraf dengan kata-kata dingin nan tajam. 

Seperti teriris pisau, namun Balqis sudah terlalu biasa dengan semua tatapan tak suka dan perlakuan kurang baik dari beberapa orang. Balqis hanya oasrah dengan unian yang menimpanya sekarang.

Tiba-tiba ada beberapa pengurus pesantren putri memasuki ruangan itu. Dan juga putri bungsu Kyai Zulkifli, yaitu Ning Ayra.

"Ada apa ini Abah?" tanya Ayra- putri Kyai Zulkifli dengan wajah penasaran. Lalu sambil melihat Ashraf dengan raut bertanya.

"Ayra, ini semua fitnah. Tolong dengarkan penjelasan saya," Ashraf mencoba mendekati Ayra, tunangannya. Mereka berdua dijodohkan oleh Kyai Zulkifli dua bulan yang lalu dan juga keduanya saling menyukai.

"Sepertinya pertunangan kalian harus batal. Demi kebaikan pesantren ini," ucap Kyai Zulkifli membuat semua orang terkejut dan syok. Ayra tersentak mendengar penuturan sang Abahnya.

"Tapi Kyai, ini semua tidak benar. Saya difitnah, demi Allah. Saya tidak melakukan zina dengan santriwati itu. Kalaupun ada bukti, tapi mereka tidak melihat saya melakukan hal apapun. Mereka hanya melihat saya berdua saja," protes Ashraf.

Ashraf sangat tidak terima dengan keputusan Kyai Zulkifli, nafasnya naik turun. Dia tak bisa menerima tuduhan itu.

"Abah, dengarin dulu penjelasan ustadz Ashraf. Ayra yakin, dia tidak mungkin melakukan hal demikian. Walaupun dia ketahuan berdua dengan perempuan itu, Ayra yakin pasti perempuan itu yang berusaha menggodanya," tampik Ayra dengan membela Ashraf. Semakin menyudutkan Balqis.

"Ayra, jaga ucapan kamu, Nak. Jangan langsung menyimpulkan demikian. Tarik kembali kata-katamu Ayra," Nyai Asma mencoba menenangkan sang anak bungsunya. 

"Maaf Ning Ayra, mungkin bagi Ning dan semua orang disini saya bukan santriwati baik. Tapi hal demikian tidak pernah saya lakukan. Saya tidak menggoda ustadz Ashraf, saya dijebak dan kami difitnah."

Balqis gemetar, air matanya jatuh seketika. Di saat seperti ini, tidak ada yang bisa dibela. Semua orang sepertinya menuduhnya, menyimpulkan bahwa dialah akar masalahnya.

"Sudah cukup, Abah tidak mau memperpanjang masalah ini lagi. Abah sudah memikirkan hal ini dan mempertimbangkan akibatnya. Maafkan aku Asrhaf, pertunanganmu dengan Ayra harus dibatalkan. Ini keputusan Abah, mungkin kamu tidak boleh bersama." 

Kyai Zulkifli mengusap pelan bahu Ashraf, lalu meninggalkan semua orang disana. Disusul Gus Rohman, putra sulungnya.

"Ayra, ini fitnah, kamu yakin aku tidak bisa seperti itu. Aku juga tidak akan mau bersama santriwati sepertinya. Ini benar-benar fitnah," Ashraf berusaha membujuk Ayra agar tunangannya itu percaya padanya.

Mata Ayra memanas, tatapannya sangat tajam ke arah Balqis. Ayra selalu mencintai Ashraf, dan cintanya berbalas.

Ayra tidak terima, ia meraih kertas yang dibawanya. Lalu menghampiri Balqis yang tertunduk lemah.

"Kebijakan Pelakor! Kebijakan pelajar nakal! Gara-gara kamu, pertunangan kami gagal. Salah apa saya sama kamu? Tega-teganya menggoda tunangan saya!"

Tanpa aba-aba, sebuah tamparan melayang ke pipi kiri Balqis. Balqis yang belum siap dengan aksi itu nyaris terhuyung mundur. 

"Astaghfirullah, Ning Ayra."

Комментарии (2)
goodnovel comment avatar
Andi Jo
sanggat bagus
goodnovel comment avatar
Alfianti Ilha
Ceritanya bagus Thor. Mengisahkan tentang pesantren, lanjutkan dan tetap semangat Thor......
ПРОСМОТР ВСЕХ КОММЕНТАРИЕВ

Related chapter

  • Suamiku Ustadz Dingin   2. Tidak tau diri

    "Astaghfirullah Balqis, kamu jahat banget.""Kamu membuat pertunangan Ning Ayra dan Ustadz Ashraf gagal. Parah sih.""Harusnya kamu sudah dikeluarkan dari pesantren ini. Aib banget disini.""Nyusahin saja!"Saat Balqis keluar dari ruangan tadi, beberapa santri perempuan lain mengerumuninya. Bahkan tanpa ada rasa belas kasih, melontarkan perkataan yang menyakitkan serta tuduhan berbagai tuduhan.Balqis tak dapat membalas, dia langsung menerobos kerumunan itu dan langsung pergi. Belum sembuh rasa sakit dari tamparan Ayra, sekarang dia harus disudutkan kembali."Sudah diam semua, ini kan masih tuduhan sementara. Takutnya jadi fitnah kalau tuduhannya salah," ucap ustadzah Ifa melerai kegaduhan beberapa santri itu. Sementara di dalam ruangan khusus keluarga, Ayra sedang di hadapan keluarganya. Ada Abah Zulkifli juga yang langsung kembali saat mengetahui sikap dari Ayra."Siapa yang mengajarkan kamu untuk bermain fisik, Ayra?" tanya Kyai Zulkifli tatapannya mengintimidasi.Semuanya terdiam

    Последнее обновление : 2023-10-23
  • Suamiku Ustadz Dingin   3. Perjanjian

    Sore harinya, aktivitas di pesantren Al-fatah berjalan seperti biasa. Para santri melanjutkan belajar kajian kitab di masing-masing kelas.Tidak termasuk bagi Ashraf dan Balqis, mereka berdua dipanggil kembali menghadap Kyai Zulkifli."Maaf Kyai, ini benar-benar salah paham. Dan saya rasa bukan seperti itu jalan penyelesaiannya," Ashraf menolak permintaan Kyai Zulkifli yang menyarankan untuk menikahi Bilqis."Tapi Ustadz Ashraf, masalah ini sudah sampai ke semua santri dan juga wali santri. Pihak pengasuh sudah berunding akan hal ini, dan kesepakatan yang terbaik dari kami seperti itu," Kyai Zulkifli menatap Ashraf dengan serius."Maaf Kyai, bagaimana dengan Ayra?" Ashraf terlihat bingung, dia salah satu santri yang selalu menuruti permintaan Kyai Zulkifli. Untuk itulah dia dijadikan sebagai menantu."Ayra masih belum pantas untuk menjadi pasangan siapapun, ego dia masih besar. Saya harap ustadz Ashraf mau menuruti permintaan saya ini. Jadikan Balqis sebagai pasanganmu," ucap Kyai Zul

    Последнее обновление : 2023-10-23
  • Suamiku Ustadz Dingin   4. Sah!

    "Pernikahan ustadz Ashraf dan Balqis tidak membutuhkan persetujuanmu, Ayra," ungkap Kyai Zulkifli dengan dingin.Ayra terdiam, tak mampu membalas ucapan sang Kyai. Apalagi sekarang semua pengurus sedang berkumpul, rasanya dia tak dapat berkutik."Jadi semuanya harap menerima. Demi ketentraman pesantren Al-fatah. Ustadz Ashraf dan Balqis sudah menyetujui untuk menikah," sambung Kyai Zulkifli.Ayra melirik Balqis dengan sinis, seakan membenci Balqis teramat dalam. Dan juga menatap Ashraf tak suka. Sementara Balqis hanya terdiam, begitupun Ashraf yang tampak dingin seperti biasa.***"Kamu hanya buat malu keluarga, mau ditaruh dimana muka Mama sama papa mu ini, Balqis," ujar Amira- Mama Balqis."Iya, Papa malu banget punya anak seperti kamu. Bukannya jadi santri yang berprestasi malah harus dinikahkan secara tiba-tiba seperti ini," David ikut menimpali ucapan sang istri.Kedua orang tua Balqis hadir di pernikahan Balqis dan Ashraf. Mengucap secara terang-terangan di hadapan Balqis sebel

    Последнее обновление : 2023-10-23
  • Suamiku Ustadz Dingin   5. Ternyata Manis

    Malam sudah larut namun Balqis tak dapat memejamkan kedua matanya. Rasa gelisah dan takut selalu saja muncul dimanapun. Balqis merubah posisi menjadi duduk. Sementara Ashraf sudah tertidur lelap di karpet bawah.Namun Ashraf terlihat sangat kedinginan, Balqis lalu memberikan selimut yang dia kenakan untuk menutupi tubuh Ashraf. Lalu dia sendiri tetap membuka matanya sampai dini hari menjelang."Disaat orang lain bersenang-senang dengan pasangan, namun aku merasa sepi dan sendirian. Beginikah nasib orang yang suka membuat onar. Atau memang sudah nasibku dari dulu, tak akan pernah bahagia," lirih Balqis.Derai air mata Balqis membasahi kedua pipinya. Seakan mengeluh terhadap takdir yang tak pernah berpihak padanya."Bukankah aku ini rendahan kata mereka? Tak pernah seorang pun merasakan keberadaanku. Tapi aku masih berharap setelah ini bisa menjadi lebih baik lagi," keluh Balqis.Tangis Balqis semakin pecah, tak seharusnya dia menangisi takdirnya. Tapi dia sudah tidak tahan sedari kema

    Последнее обновление : 2023-10-23
  • Suamiku Ustadz Dingin   6. Amanah Ning Ayra

    Saat Ashraf tetap menahan tubuh Balqis, tiba-tiba pintu kamar Ashraf terbuka."Waduh, Maaf ya. Umi kira kenapa, tadi ada yang teriak soalnya. Umi ganggu ya," ucap Risma penuh senyum saat melihat kedua insan itu.Balqis dan Ashraf sama terkejutnya, lalu dengan terburu-buru Balqis bangkit dari Ashraf. Ashraf pun langsung berdiri juga."Tidak seperti yang Umi pikiran kok. Tadi ada tikus, jadi Balqis gak sengaja lompat ke Ustadz Ashraf," kilah Balqis."Loh, emangnya kenapa kalau kalian seperti itu. Kalian kan sudah menikah, hal itu wajar kok. Dan kenapa Balqis masih manggil ustadz ke Ashraf?" tanya penuh selidik Risma.Saking groginya, Balqis lupa panggilannya untuk Ashraf. "Udah, Umi. Balqis masih belum terbiasa. Udah ya umi keluar dulu, kami mau siap-siap," ucap Ashraf memegang pindah Risma ke pintu kamarnya."Iya deh iya, yang gak mau dilihat siapapun ini," kekeh Risma lalu meninggalkan mereka berdua di kamar."Ucapan saya tadi lupain. Itu gak benar," lirih Ashraf mendekati Balqis ta

    Последнее обновление : 2023-10-30
  • Suamiku Ustadz Dingin   7. Balqis Ngambek!

    Kini hujan deras itu sudah berganti rintik. Suasana tenang mulai tergambar saat hujan membasahi seisi bumi.Tapi tidak dengan Ashraf dan Risma yang dilanda kekhawatiran. Karena Balqis tadi tidak sadarkan diri waktu di taman."Kenapa dia bisa pingsan, Ashraf?" tanya Risma dengan serius. Sembari terus menerus menggosok tangan Balqis dengan minyak kayu putih."Dia tadi mandi hujan, Umi," jawab Ashraf dengan cemas. Dia baru selesai berganti baju.Balqis dibaringkan di kamar Ashraf. Wajahnya sangat pucat dan terlihat lemah."Astaghfirullah, umi baru ingat. Dia belum makan seharian, katanya mau nunggu kamu datang. Jangan bilang tadi kamu tidak mengajaknya makan?" ucap Risma dengan panik.Ashraf terkejut mendengar pernyataan sang ibunya. "Kami belum sempat makan," lirih Ashraf.Risma hanya menggeleng dengan kelakuan anaknya. Tapi tetap saja panik dengan keadaan sang menantu.Namun setelah itu terlihat tangan Balqis yang bergerak. Dan juga membuka kedua matanya perlahan."Alhamdulillah, kamu

    Последнее обновление : 2023-10-30
  • Suamiku Ustadz Dingin   8. Khilaf

    "Aku juga, kita hanya menunggu waktu. Tolong tunggu aku Ayra," ajak Ashraf sambil berbicara di ponselnya. Balqis yang mendengar semua itu hanya tersenyum kecut. Setelah itu ia merasa kecewa, karena Ashraf melihat dirinya tanpa izin. Setelah cukup lama mereka berbincang, akhirnya Ashraf menutup teleponnya. Balqis hanya mendengarkan saja tanpa ingin menegur. "Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Ashraf ketika ia berbalik dan Balqis sudah berada di depan pintu kamarnya. “Saya ingin meminta penjelasan kepada Ustadz,” jawab Balqis blak-blakan. Kemarahannya sudah meluap sejak tadi. Namun sebisa mungkin dia tahan. "Tentang?" kata Ashraf. “Saya tidak suka dengan cara ustadz. Ustadz menikahi saya hanya untuk menghilangkan rasa malu, tapi ustadz mengganti baju saya sesuka hati tanpa izin,” kata Balqis lirih. “Tidak ada jalan lain, jadi tenang saja. Aku tidak tergoda dengan tubuhmu,” cibir Ashraf lalu duduk di meja belajarnya. Balqis masuk ke dalam kamar, menguncinya dari dalam. "Ini

    Последнее обновление : 2023-10-30
  • Suamiku Ustadz Dingin   9. Saya bukan Pilihan

    Sejak malam kejadian itu, Balqis tak ada obrolan dengan Ashraf. Sudah seminggu lamanya dan Balqis benar-benar menghindari Ashraf.Benar kata orang lain, biasanya orang yang sudah merasa kecewa akan memilih diam. Ketika sudah berat hati untuk menentukan, hanyalah kata menyerah yang ada.Menyerah dengan takdir yang sudah tertulis. Entah takdir Balqis seperti apa, berakhir sedih kah atau sebaliknya."Balqis," sapa Ashraf. Ashraf membuka pembicaraan terlebih dahulu.Mereka sedang berada di mobil Ashraf, dan akan menuju ke pesantren Al Fatah."Hm," jawab Balqis cuek."Perasaan kamu sekarang gimana?" tanya Ashraf sambil melajukan mobilnya secara pelan."Biasa aja," lirih Balqis. Pandangannya lurus ke depan. Sesekali melihat ke luar jendela mobil."Setelah malam itu, kamu masih benci dengan saya?" tanya Ashraf. Dirinya tak fokus menyetir karena sesekali sambil melihat Balqis disebelahnya."Lupakan ustadz. Ustadz sendiri kan yang meminta saya untuk melupakan semua itu. Tolong jangan dibahas l

    Последнее обновление : 2023-10-31

Latest chapter

  • Suamiku Ustadz Dingin   122. Tamat : Kisah mereka telah usai.

    Setelah empat tahun semenjak kelahiran ketiga anak kembar Balqis dan Ashraf. Akhirnya Ashraf mampu membuat pesantren sendiri. Bermodalkan dari usahanya yang sukses semakin berkembang besar dan jerih payahnya atas dakwahnya yang berhasil membuat banyak orang mengenalnya. Dari sanalah, Ashraf membangun relasi yang banyak dan kuat. Pesantren Al Muhajirin yang bertepatan di kota Semarang. Pesantren yang masih memiliki beberapa ratus santri. Karena memang baru berdiri sekitar dua tahunan. Merupakan pencapaian terbesar untuk Ashraf dan Balqis.“Kyai Ashraf, tamunya sudah datang. Beliau sedang menunggu di Masjid,” ucap seorang pengurus putra menemui Ashraf di ruang khusus tempat Ashraf beribadah.“Setelah ini saya kesana,” kata Ashraf menyudahi dzikirnya. Lalu segera menuju ke rumah yang berada di ujung pertengahan antara asrama putra dan asrama putri.“Humairah,” panggil Ashraf memasuki kamarnya. Pandangan pertama yang dilihat ialah ketiga putranya yang sedang belajar menulis bahasa arab d

  • Suamiku Ustadz Dingin   121. Sebuah Kebahagiaan dan bertemu kembali

    Satu tahun kemudian, Gibran lulus madrasah Aliyah dan dia berhasil mendaftar kuliah di universitas luar negeri. Yaitu Universitas Cairo, Mesir. Dengan mengambil jurusan Tafsir Hadits. Perasaan terharu oleh kelas sebelas PK A. Saat ini mereka sedang merayakan kelulusannya di asrama putra. Setelah acara resmi kelulusan mereka oleh pesantren Al Fatah.“Bye bro, setelah ini kamu akan merindukan aku,” kata Andre dengan menyalami satu per satu temannya. Semuanya pun tertawa ngakak karena ekspresi Andre yang hampir mau menangis.“Sampai bertemu di waktu lain, bro,” ucap Gibran pada Andre sambil menepuk bahu Andre berkali-kali.“Siap bro, kamu semoga sukses ya,” kata Andre pada Gibran. Mereka semua melakukan pelukan persahabatan. Acara sederhana di kantin asrama putra itu. Mereka makan bersama sambil merencanakan rencana yang akan mereka lakukan setelah lulus. Lalu Ashraf datang bersama dengan Fakih. Sudah agak lama Ashraf tak berkunjung ke Al Fatah. Paling hanya kalau mau ketemu Gibran atau

  • Suamiku Ustadz Dingin   120. Maaf menganggumu

    Ashraf membawa Balqis di suatu tempat tak jauh dari gang komplek rumahnya. Mereka berdua pergi dengan menggunakan motor. Terlihat begitu mesra saat Balqis memeluk Ashraf dari belakang. Ashraf pun terlihat memperlakukan Balqis dengan sebaik mungkin. Memasangkan helm dan juga membantu Balqis naik dan turun dari motor.Setelah sampai di gedung yang tak seberapa besar itu. Mereka pun sama-sama turun. Memasuki gedung itu sambil bergandengan tangan. Tak ada yang berniat untuk melepas gandengan tangan keduanya. Disana mereka sudah disambut dengan beberapa orang. Ada Fakih dan Bagas dan beberapa ibu-ibu yang memakai baju yang seragam warnanya. Mereka semua tersenyum menyambut kedatangan Ashraf dan Balqis.Lalu mereka berkumpul di satu ruangan yang sama. Ada beberapa bapak-bapak yang juga cukup berumur.“Hari ini adalah pembukaan untuk bisnis kuliner kering, ini Ashraf selamu owner. Semoga bisnis kita lancar,” ucap Fakih membuka pembicaraan. Semuanya tampak memperhatikan dengan baik setiap pes

  • Suamiku Ustadz Dingin   119. Mereka benar-benar ikhlas dan mencoba memberi rasa pada orang baru

    Ayra memutuskan untuk mempunyai hobi baru dan memilih untuk hidup lebih mandiri lagi. Semenjak hari itu Ayra benar-benar memikirkan nasibnya lagi. Mencoba untuk melupakan semua kenangannya dengan Ashraf. Bahkan semua hal tentang Ashraf, Ayra sudah buang jauh-jauh. Seperti hari ini Atra memilih untuk ke pentas seni lukisan di sekitar Jakarta Timur. Sebab Ayra memang punya hobby yang pernah dia tekuni yaitu suka melukis.Tampilan beberapa seni lukis yang di pajang di lorong-lorong menuju ruangan bazar seni lukis itu. Ada banyak tampilan lukisan dari berbagai penulis besar. Banyak orang yang hadir termasuk para penikmat lukis dan juga beberapa orang yang ingin belajar khusus di seni lukis.“Ning Ayra,” sapa seorang laki-laki dengan pakaian khas santri. Para santri Al Fatah memang se konsisten itu tentang pakaian ke santriannya. Baik itu masih menjadi santri maupun sudah menjadi alumni santri.Ayra menoleh dan melihat laki-laki itu dengan cermat. Namun Ayra sedikit lupa laki-laki itu siap

  • Suamiku Ustadz Dingin   118. Anak itu pembawa rezeki, Mas.

    Balqis menepuk-nepuk punggung putranya dengan bergantian. Sebab salah satu menangis maka keduanya juga ikut menangis. Karena mereka sedang tertidur jadi bangun karena salah satunya ramai karena menangis.“Cup cup cup, ayo anak ibu, diemnya jagoan. Ibu lagi sendirian soalnya, ayah lagi ada urusan. Ayo mana anak Sholeh kok cengeng sih, ayo diam, kalian kenapa sih nak? Mas Ashraf, angkat dong,” ucap Balqis seorang diri sambil menenangkan ketiga buah hatinya. Dan juga sambil berusaha menghubungi Ashraf. Karena panggilannya tak diangkat sudah beberapa kali.Lalu Ashraf tiba-tiba masuk ke kamar dengan terburu-buru dan langsung menggendong satu per satu putranya. “ Maaf Humairah, tadi hpnya ke silent, jadi ga kedengaran waktu kamu nelfon. Maaf ya anak-anak ayah, ayah telat datengnya. Sekarang tenang ya, kasian ibu kamu pasti capek,” kata Ashraf sambil menggendong anaknya. Satu per satu dan sampai mereka semuanya tenang. Baru Ashraf taruh kembali ke ranjang tempat tidurnya.“Gak apa-apa kok M

  • Suamiku Ustadz Dingin   117. Bisnis yang sekiranya menguntungkan

    Balqis memberikan asi pada ketiga putranya. Dengan sangat pelan dan bergantian, putranya pun terlihat sangat menikmati. “Mas, liat anak-anak kita, dia semakin gembul ya,” ujar Balqis menunjukan salah satu putranya pada Ashraf yang sedang berkutat dengan laptopnya.“Iya Humairah, mirip kamu ya kalau gembul gini,” kata Ashraf sambil menoel-noel pipi putra-putranya. Anak pertama dipanggil Adam anak kedua dipanggil Idris dan anak ketiga dipanggil Ibrohim. Semua itu nama-nama yang diberikan oleh Ashraf. Karena memang dari jauh-jauh hari mereka mempersiapkannya. Ashraf sangat senang dengan pemberian nama itu kepada ketiga putranya. Sebab dia tak menyangka kalau akan dikarunia langsung tiga putra yang sangat menggemaskan. Sementara Balqis memang menyerahkan nama-nama untuk anaknya kepada sang suami.“Humairah, saya izin mau bertemu dengan teman saya. Mau bahas seputar bisnis, boleh?” tanya Ashraf meminta izin untuk pergi keluar.Balqis meletakkan bayinya di ranjangnya. “Iya Mas, hati-hati y

  • Suamiku Ustadz Dingin   116. Masih belum siap bertemu

    Abi Lukman tertawa melihat Ashraf yang sangat antusias saat pembahasan tentang pembuatan pesantren. “Raf, sebegitunya pengen buat pesantren? Tapi kan anak-anakmu masih sangat kecil, kamu juga masih terlalu muda. Apa kamu sanggup untuk menanggung semua itu?” tanya Abi Lukman.Ashraf menggaruk kepalanya, sedikit tak yakin dengan keinginannya sendiri untuk langsung membangun pesantren. “Ashraf pengen, Abi, tapi Ashraf belum tau apa sanggup untuk melakukan semuanya itu. Menurut abi, Ashraf harus gimana?” ucap Ashraf tak mampu menentukan pilihannya sendiri.“Begini nak, kamu cari pekerjaan dulu, cari pekerjaan yang sesuai yang sekiranya tak menganggu waktu, sebab anak kamu masih kecil. Sebenarnya yang kata Abi itu bisa buat pesantrennya, itu mau Abi bantu modal. Tapi kan kamu pasti gak mau buat dibantu secara permodalan, ya sudah kamu usaha dulu, anak-anakmu masih kecil dan butuh biaya yang cukup besar. Butuh nutrisi dan perawatan yang bagus,” kata Abi Lukman.Ashraf mengangguk setuju. “Ba

  • Suamiku Ustadz Dingin   115. lebih baik menyerah

    Abi Lukman meminta keamanan untuk memisahkan Fakih dengan Dzaki yang belum juga menyelesaikan perdebatannya. Keduanya dipisah dan dijauhkan. Lalu keadaan kembali normal. Meskipun beberapa orang masih menyinggung ucapan tadi. Namun Ashraf dan Balqis tetap bersikap tenang. Tak ingin keadaan semakin kacau.“Urusan kita belum selesai, tunggu pembalasanku,” ucap Dzaki di luar halaman sedang bersama Fakih. Mereka berdua tetap berdebat di luar halaman rumah Ashraf.“Ouhh, ngancem ceritanya nih, ya jangan nyesel aja kalau nanti kalah sendiri. Tapi ingat ya, Dzaki, kamu gak berhak ikut campur urusan Ashraf, awas saja kalau sampai seperti tadi. Akan ku buat kamu menyesal seumur hidup!” ancam Fakih karena kesabarannya sudah habis.Dzaki tak menjawab, amarahnya juga sama memuncak. Lalu Ashraf datang seorang diri menghampiri Dzaki dan Fakih yang belum selesai juga. “Ustadz Dzaki, jangan berbuat seperti itu lagi. Saya tau maksud anda, anda iri dengki kan sama saya, tapi itu kan sudah hal masa lalu

  • Suamiku Ustadz Dingin   114. Kesalahpahaman terhadap mimpi

    Ashraf tersadar dari tidurnya karena benturan tadi cukup keras. Ashraf berdiri dan merasakan nyeri di lengan dan dengkulnya sendiri. “Astaghfirullah, kenapa bisa jatuh, aduh, luka nih,” keluh Ashraf sambil mengusap lengannya.“Kasian, xixixi,” sindir dari seorang perempuan yang duduk di atas tempat dirinya dirawat.Ashraf menoleh pada suara itu. Ashraf langsung berdiri dan matanya sampai melotot tajam. Ashraf seperti tak percaya melihat perempuan di depannya itu. Pemandangan yang sangat ingin Ashraf lihat.“Ini pasti mimpi,” ucap Ashraf mengucek kedua matanya. Sambil lalu tak memperhatikan kehadiran perempuan itu.“Mas Ashraf, sakit ya?” tanya perempuan itu sambil memberikan ASI-nya pada salah satu bayi mungil.“Ya Allah. Hamba memang belum ikhlas, tapi kenapa ini sangat nyata,” ucap Ashraf memijit pelipisnya sambil mondar mandir tak mau melihat perempuan itu.“Mas, ada apa sih? Gak kangen gitu sama aku, ini loh, anaknya lagi minum asi. Lucu kan?” ucap perempuan itu masih sambil terse

DMCA.com Protection Status