Home / Pernikahan / Suamiku Ustadz Dingin / 6. Amanah Ning Ayra

Share

6. Amanah Ning Ayra

Saat Ashraf tetap menahan tubuh Balqis, tiba-tiba pintu kamar Ashraf terbuka.

"Waduh, Maaf ya. Umi kira kenapa, tadi ada yang teriak soalnya. Umi ganggu ya," ucap Risma penuh senyum saat melihat kedua insan itu.

Balqis dan Ashraf sama terkejutnya, lalu dengan terburu-buru Balqis bangkit dari Ashraf. Ashraf pun langsung berdiri juga.

"Tidak seperti yang Umi pikiran kok. Tadi ada tikus, jadi Balqis gak sengaja lompat ke Ustadz Ashraf," kilah Balqis.

"Loh, emangnya kenapa kalau kalian seperti itu. Kalian kan sudah menikah, hal itu wajar kok. Dan kenapa Balqis masih  manggil ustadz ke Ashraf?" tanya penuh selidik Risma.

Saking groginya, Balqis lupa panggilannya untuk Ashraf. 

"Udah, Umi. Balqis masih belum terbiasa. Udah ya umi keluar dulu, kami mau siap-siap," ucap Ashraf memegang pindah Risma ke pintu kamarnya.

"Iya deh iya, yang gak mau dilihat siapapun ini," kekeh Risma lalu meninggalkan mereka berdua di kamar.

"Ucapan saya tadi lupain. Itu gak benar," lirih Ashraf mendekati Balqis tanpa melihatnya.

"Ya, Ustadz," jawab Balqis tak ingin memperpanjang masalah ketidaksengajaan tadi. Meskipun dalam hati sebenarnya dia tadi sedikit bahagia.

Tapi bahagia itu sudah lenyap dengan penuturan Ashraf yang tak konsisten.

***

Sekarang mereka berdua ada di taman yang tak terlalu ramai. Taman itu dipenuhi dengan buka yang bermekaran dan udaranya begitu sejuk.

Balqis begitu menikmati suasana ini, meskipun disampingnya terdapat seorang laki-laki yang begitu dingin.

"Indah sekali ciptaan Allah. MasyaAllah, aku ingin setiap hari melihat pemandangan ini," ucap Balqis penuh takjub sembari melihat beberapa bunga yang indah nan cantik itu.

Ashraf hanya terdiam, tak ada sahutan apapaun. Dirinya sibuk mengetik di ponsal genggamnya itu.

Meskipun begitu, Balqis tetap mengelilingi taman itu dengan ceria. Dia harap dengan ini, pikirannya kembali tenang.

Tiba-tiba ada seorang perempuan yang menghampiri mereka berdua.

"Ustadz Ashraf, saya membawa beberapa amanah dari Ning Ayra," ucap perempuan memakai gamis hitam itu.

"Ayra kemana?" tanya Ashraf melihat sekitar taman.

Balqis yang masih sibuk memperhatikan bunga, lalu menghampiri perempuan itu juga. 

"Ning Ayra sedang banyak kegiatan, sangat sibuk. Beliau tidak bisa bertemu dengan Ustadz Ashraf," jawab perempuan itu.

Balqis terkejut mendengar nama Ayra. Tapi sebisa mungkin dia menyembunyikan raut terkejutnya itu, karena hanya percuma saja dia seperti itu.

"Apa amanahnya?" tanya Ashraf langsung.

"Perkenalkan nama saya Aulia, saya tangan kanan Ning Ayra. Ada beberapa amanah untuk Ustadz Ashraf dan juga Balqis. Pertama, Ustadz Ashraf dan Balqis tidak boleh tidur sekamar. Tidak boleh saling menyentuh. Kedua, Ustadz Ashraf harus tetap mengajar di pesantren dan Balqis juga harus kembali ke pesantren. Ketiga, Ustadz Ashraf dan Balqis melaksanakan perjanjian pernikahan tidak boleh lebih dua bulan. Paham?" Ucap Aulia menerangkan.

Suasana yang tadinya ceria, kini berubah menjadi mendung. Bahkan langit saja ikut bergemuruh, seperti akan turun hujan.

Hati Balqis semakin teriris, saat beberapa amanah itu harus dilakukannya. Balqis begitu benci peraturan, dia tidak suka diatur.

"Paham," ucap Ashraf singkat.

"Aku gak mau. Aku bukan tipe orang yang mau diatur," ucap Balqis angkuh.

"Ini perintah, bukan aturan. Jadi turuti saja jika mau hidupmu baik-baik saja, Balqis tukang buat onar!" gertak Auli menatap tajam ke Balqis.

"Aku dan Ustadz Ashraf sudah buat perjanjian sendiri. Dan bagiku itu sudah cukup, jadi gak perlu ada aturan lain seperti itu lagi," ucap Balqis tetap pada pendiriannya.

Aulia yang merasa ditantang, lalu ingin menampar Balqis. "Kamu?" ucapnya keras, tangan kanannya sudah mengayun di udara.

Namun sebelum tangan itu mendarat di pipi Balqis, Ashraf dengan sigap menahan tangan Aulia. "Saya tidak mau ada kekerasan. Amanah itu akan tetap dilakukan, silakan kamu pergi," ucap Ashraf lalu melepas tangan Aulia.

"Baik, Ustadz," ucap Aulia lalu menatap Balqis dengan rasa tak suka.

"Aku tidak akan pernah mau menuruti permintaan Ning Ayra. Lihat saja ustadz Ashraf, dia saja membelaku," gertak Balqis menjulurkan lidah ke Aulia.

"Dasar kang caper!" ucap ketus Aulia lalu meninggalkan Balqis dan Ashraf.

"Sudah cukup, kamu harus melakukan amanah itu," kata Ustadz Ashraf lalu duduk kembali di kursi taman itu.

"Saya tidak mau, Ustadz. Ning Ayra bukan siapa-siapa saya. Perjanjian dengan ustadz Ashraf saja sudah cukup. Saya paling benci sama aturan," ucap Balqis membelakangi ustadz Ashraf.

"Ini bukan soal benci sama aturan. Tapi ini tentang Ayra, saya harus menjaga hati Ayra dan kepercayaan dia," jelas Ayra menatap Balqis serius.

Rintik hujan mulai turun, membasahi tumbuhan dan bunga yang bermekaran. Langit semakin gelap, dan air hujan mulai membasahi bumi.

"Lalu ustadz tidak ingin menjaga hati saya. Ustadz dan Ning Ayra terlalu egois. Saya juga korban tuduhan. Ini bukan kemauan saya untuk di posisi ini. Jaga perasaan saya juga, bukan cuma Ayra. Kalian hanya haus akan jati diri dan harga diri. Sementara orang disekitar kalian juga membutuhkan hal itu," ucap Balqis. Air matanya luruh bersama gemercik hujan.

"Sudah Balqis, ini bukan saatnya membahas sampai kesitu. Ayo kita pulang, hujan semakin besar," ajak Ashraf.

"Tolong tinggalkan saya sendiri, Ustadz," pinta Balqis sambil tetap meresapi setiap rintik gerimis yang semakin membesar.

Ashraf tetap berdiam diri. Sementara rintik itu berubah menjadi hujan yang deras. Semakin deras dan membuat tubuh mereka basah seluruhnya.

Balqis tetap di tempat, lalu Ashraf hendak berdiri meninggalkan Balqis seorang diri. Balqis tetap menikmati hujan meskipun suara petir saling menyahut.

"Maha suci Allah. Yang sudah menciptakan hujan. Jadi aku tidak sendirian bersedih, karena langit juga ikut meneteskan air mata," puji Balqis di tengah gemuruhnya hujan yang semakin deras.

Lalu Ashraf kembali lagi dengan membawa payung, dan mendekati Balqis. "Ayo Balqis, saya tidak mau dimarahi Umi. Kita harus segera pulang," ajak Ashraf.

Tak ada jawaban dari Balqis, dia tetap memejamkan matanya. Tapi tiba-tiba, tubuh dia terjatuh.

Bruk!

"Balqis!" ucap Ashraf panik.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Andi Rachmah Chairiah
katanya ustadz... bukannya ustadz itu paham ilmu agama yah?
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status