Share

12. Diusir

Penulis: El Alfun27
last update Terakhir Diperbarui: 2023-11-01 14:00:42

Dengan suara lantang, Ayra mengusir Balqis. Emosinya sudah tersulut dan sekarang Balqis semakin menguji kesabarannya.

"Kalau orang seperti saya aib pesantren. Lantas bagaimana dengan Ning Ayra, yang kata-katanya selalu menyakitkan," timpal Balqis. Berusaha untuk tetap tegar walaupun rasa takut sudah menguasai dirinya.

"Balqis, cukup!" bentak Ashraf menghampiri Balqis.

Rasa kecewa, rasa sakit hati dan sekarang ditambah rasa terintimidasi. Bukankah di situasi seperti ini Ashraf harus membel Balqis. Atau setidaknya dia mempertahankan harga diri Balqis yang tengah Balqis perjuangkan.

"Liat Balqis? Ashraf saja tidak membelamu. Jadi jangan terlalu percaya diri. Cepat kamu tinggalkan pesantren ini sekarang juga!" hardik Ayra. Dengan sorot mata penuh dengan dendam.

Ridho yang melihat kejadian itu hanya bisa terdiam. Tidak bisa melakukan apapun untuk Balqis. Suaminya saja tidak membelanya apalagi dia yang bukan siapa-siapa.

Balqis menatap Ashraf dan ke semua orang yang ada disana. "Maaf
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Suamiku Ustadz Dingin   13. Malam itu!

    Tanpa ada yang tahu, tekad Risma memasukkan sesuatu ke minuman Ashraf dan Balqis. Itu yang menyebabkan keduanya gelisah pada malam itu."Balqis," lirih Ashraf. Gelisah dan tubuhnya memanas. Seakan tak kuat dan ingin segera melakukannya.Sementara Balqis sudah tak tahan juga, keduanya sama-sama memiliki gairah yang besar detik itu juga."Ayo Ashraf," ucap Balqis pelan.Gerimis hujan yang membasahi bumi, di malam itu terjadi sesuatu yang sebelumnya tak mereka inginkan.Ashraf dan Balqis pun sudah melakukan apa yang seharusnya mereka lakukan. Mungkin mereka melakukannya tanpa ada rasa kemauan yang nyata.Tapi dengan begitu, gelisah dan panas itu akan hilang. Mungkin secara tak sadar, mereka sudah menjadi istri suami layaknya suami istri diluar sana.***"Maafkan saya, Balqis. Tadi malam saya hilang kendali," ungkap

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-01
  • Suamiku Ustadz Dingin   14. Balqis pergi

    Ashraf mengendarai mobilnya dengan cepat. Pikirannya tak tenang setelah mendapat telepon dari Uminya.Sesampainya di rumah, Ashraf langsung masuk dengan berlari. "Umi," panggil Ashraf.Terlihat Risma yang terduduk di ruang tamu dengan keadaan menangis. Di tangannya terdapat selembar surat."Ashraf, Balqis pergi," ucap Risma. Lalu segera memberikan surat itu kepada Ashraf.Ashraf terduduk lemah, lalu mengambil surat itu dan langsung membacanya.Ustadz Ashraf, maafkan saya untuk kesekian kalinya. Saya telah membuat pertunangan Ustadz Ashraf dan Ning Ayra gagal. Gara-gara saya Ustadz harus dituduh dan selalu menjadi omongan. Maafkan saya jika kehadiran saya membuat semuanya hancur. Saya izin pergi, supaya Ustadz Ashraf bisa melanjutkan keinginan Ustadz untuk bersama Ning Ayra. Saya harus pergi karena saya tidak seharusnya ada dalam kehidupan ustadz Ashraf.Sampaikan salam saya buat Umi, terima kasih sudah mau menerima saya yang banyak kurangnya ini. Dan untuk yang kita lakukan kemarin,

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-02
  • Suamiku Ustadz Dingin   15. Kekhawatiran Ashraf

    Balqis yang kegirangan langsung berubah lemah. Ternyata orang di depannya saat ini tak mengenalnya. "Aku Balqis, kamu Vina kan?" seru Balqis dengan harapan sedikit mengingat dirinya. "Ya ampun, Balqis!" ucap gadis itu kaget. "Vina, aku kangen banget," ucap Balqis langsung berhambur memeluk perempuan itu. Akhirnya mereka pun saling mengenal dan berpelukan sangat lama. Mereka berdua ternyata teman masa kecil dan sekarang sudah tumbuh dewasa. "Aku pangling banget deh, soalnya kamu berubah total," ungkap Vina sambil memperhatikan dari bawah sampai atas tubuh Balqis. "Sama aja kok, kamu yang berubah tuh," ucap Balqis juga menghibur. Sedari kecil Balqis hidup dengan neneknya. Untuk itu kenapa orang tuanya tak terlalu perhatian. Karena memang penyebab itulah Balqis harus ikut sang nenek tinggal di desa. Orang tua Balqis selalu sibuk dan selalu menomorsatukan pekerjaan sampai mereka lupa dengan Balqis. Hingga saat Balqis masuk sekolah menengah pertama, Balqis dimasukkan ke pesantren.

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-02
  • Suamiku Ustadz Dingin   16. Menyusul Balqis

    "Kamu harus nepatin janji kamu. Aku sudah cukup menunggu," ucap Ayra di sambungan telepon dengan Ashraf. Sementara Ashraf memijat pelipisnya. Lalu menghembuskan nafasnya dengan kasar. Tatapannya sayu, seakan tak tenaga untuk melakukan apapun. "Ashraf, jawab aku," pinta Ayra menekan setiap ucapannya. Lalu Ashraf merebahkan tubuhnya, seakan tak mampu untuk berdiri. "Maaf Ayra, aku tidak bisa menepati janjiku," dalih Ashraf lalu mematikan teleponnya secara sepihak. Sementara Ayra di tempatnya sana sudah menahan luapan emosinya. Aulia hanya menjadi bahan pelampiasan amarahnya. Lalu Ashraf pun melempar ponselnya sembarang ke kasur. Dan merebahkan tubuhnya. "Aku lelah, Balqis. Kamu kemana sebenarnya," ujar Ashraf dengan kecewa. Pencariannya tak kunjung membawa hasil. *** "Begitu ceritanya," ujar Balqis. Matanya sudah sembab menangis sedari tadi. Sementara Vina dan Lulu ikut bersedih juga saat Balqis menceritakan semuanya. "Kamu yang sabar ya, Qis," UN ungkap Vina memeluk Balqis yang

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-02
  • Suamiku Ustadz Dingin   17. Salah Paham

    Beberapa warga mulai mendekati Ashraf dan Ridho yang adu jotos. Bukan hanya itu, Ridho pun juga melawan tindakan Ashraf yang secara tiba-tiba itu. Namun setelah itu para warga pun melerai mereka berdua. Mereka berdua dipisahkan oleh warga. "Ada apa ini?" tanya seorang laki-laki berumur dan mendekati Ashraf dan Ridho. "Masalah pribadi, pak," jawab Ashraf enteng. Sementara Ridho meringis saat memegangi sudut bibirnya yang terluka. "Jangan bawa masalah pribadi disini, lebih baik diselesaikan secara kekeluargaan saja," ujar bapak itu menatap satu per satu. "Iya pak," sahut Ashraf dan Ridho secara kompak. Para warga pun meninggalkan mereka berdua. Ashraf yang masih tersulut emosi tak ingin melihat Ridho. Sementara Ridho sudah terduduk lemas di depan musholla. "Maaf, saya tadi tersulut emosi," ujar Ashraf dengan tatapan tajam. Lalu Ridho pun berdiri. "Saya juga minta maaf, ustadz," lalu meninggalkan Ashraf seorang diri. Tak seperti Ashraf yang bisa menahan amarah, namun kali ini d

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-03
  • Suamiku Ustadz Dingin   18. Ikut Aku Pulang

    Balqis tertegun saat melihat seseorang di depannya. Seseorang yang ingin dia jauhi, seseorang yang telah membuatnya kecewa. Seseorang yang sangat Balqis hindari.Ashraf berjalan mendekati Balqis dan berada di tengah-tengah Balqis dan Ridho."Jadi ini alasan kamu pergi?" tanya Ashraf dengan raut kecewa. Balqis memalingkan wajah tak sanggup untuk melihat Ashraf. "Kenapa Ustadz kesini?" ucap Balqis. Bukannya menjawab malah bertanya hal lain.Lalu Ashraf menarik lengan Balqis secara paksa untuk ikut dengannya. "Ustadz Ashraf, lepaskan Balqis," cegah Ridho."Dia istri saya, ingat itu!" hardik Ashraf menunjuk Ridho."Maaf nak, gimana kalau masalahnya diselesaikan dengan kepala dingin saja. Dengan cara baik-baik, takutnya nanti para warga kesini kalau rame-rame seperti ini," ucap Lulu menahan Ashraf yang hendak membawa Balqis pergi."Baiklah Bu, tapi saya mau jangan ada dia disini," ucap Ashraf sembari menoleh ke arah RidhoRidho hanya terkejut dan pasrah mendengar penuturan Ashraf. "Aku p

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-03
  • Suamiku Ustadz Dingin   19. Jangan diingat lagi, Ustadz.

    Seketika oleh-oleh yang Balqis bawa jatuh tepat di depannya. Karena tadi sebelum sampai di rumah Ashaf, mereka berdua menyempatkan diri membeli beberapa oleh-oleh untuk Umi Risma.Seperti bunyi petir yang menyambar, membuat keadaan menjadi hening. Sementara Risma hanya terdiam melihat kejadian itu."Maksud semuanya ini apa Ustadz? Ustadz menjemput saya tapi setelah saya sampai disini malah diberi kenyataan seperti ini," ungkap Balqis menahan sesak di dadanya."Nak Balqis," ucap Risma kendekati Balqis. Sementara Ayra yang melihat itu langsung merasakan cemburu. "Umi, itu tidak benar kan?" tanya Balqis memeluk Risma.Ashraf hanya terdiam melihat kenyataan di depannya. Sangat sulit untuk memutuskan harus bagaimana kelanjutannya."Ashraf, kenapa kamu diam," ujar Ayra mendekati Ashraf."Ayra maafkan aku. Aku tidak bisa," ungkap Ashraf. Tak ingin membuat kekacauan lagi setelah Balqis pergi meninggalkannya kemarin."Kamu sudah berjanji, Ashraf. Jadi Minggu depan kamu harus segera bercerai d

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-03
  • Suamiku Ustadz Dingin   20. Bolehkah poligami?

    Belum saja rasa lelah itu usai, namun Balqis kembali dikejutkan dengan ucapan Ashraf. Seperti petir di siang bolong, bagai menyambar di permukaan."Maksud Ustadz apa?" tanya Balqis merubah posisinya duduk. Berhadapan dengan Ashraf."Saya pernah berjanji untuk menikahi Ayra setelah perjanjian kita selesai. Tapi saya juga tidak bisa menceraikan kamu," ungkap Ashraf gusar. Frustasi dengan keputusannya sendiri."Ya sudah ceraikan saya saja ustadz, repot banget sih," ucap Balqis mengibaskan jilbabnya."Nggak. Kamu harus sama saya, karena di dalam diri kamu sudah ada benih saya," ucap Ashraf tegas."Cukup Ustadz, jangan bahas itu lagi. Kalau ustadz minta pendapat saya masalah poligami, jelas saya tidak setuju. Wanita mana sih yang mau diduakan. Wanita gila saja sejatinya gak mau diduakan. Apalagi saya yang masih waras. Pilih saja, saya atau Ayra!" cecar Balqis menunjuk Ashraf.Entah Ashraf yang salah waktu berbicara, atau karena memang sudah sepertinya lelah menguasai diri Balqis. Tapi yang

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-04

Bab terbaru

  • Suamiku Ustadz Dingin   122. Tamat : Kisah mereka telah usai.

    Setelah empat tahun semenjak kelahiran ketiga anak kembar Balqis dan Ashraf. Akhirnya Ashraf mampu membuat pesantren sendiri. Bermodalkan dari usahanya yang sukses semakin berkembang besar dan jerih payahnya atas dakwahnya yang berhasil membuat banyak orang mengenalnya. Dari sanalah, Ashraf membangun relasi yang banyak dan kuat. Pesantren Al Muhajirin yang bertepatan di kota Semarang. Pesantren yang masih memiliki beberapa ratus santri. Karena memang baru berdiri sekitar dua tahunan. Merupakan pencapaian terbesar untuk Ashraf dan Balqis.“Kyai Ashraf, tamunya sudah datang. Beliau sedang menunggu di Masjid,” ucap seorang pengurus putra menemui Ashraf di ruang khusus tempat Ashraf beribadah.“Setelah ini saya kesana,” kata Ashraf menyudahi dzikirnya. Lalu segera menuju ke rumah yang berada di ujung pertengahan antara asrama putra dan asrama putri.“Humairah,” panggil Ashraf memasuki kamarnya. Pandangan pertama yang dilihat ialah ketiga putranya yang sedang belajar menulis bahasa arab d

  • Suamiku Ustadz Dingin   121. Sebuah Kebahagiaan dan bertemu kembali

    Satu tahun kemudian, Gibran lulus madrasah Aliyah dan dia berhasil mendaftar kuliah di universitas luar negeri. Yaitu Universitas Cairo, Mesir. Dengan mengambil jurusan Tafsir Hadits. Perasaan terharu oleh kelas sebelas PK A. Saat ini mereka sedang merayakan kelulusannya di asrama putra. Setelah acara resmi kelulusan mereka oleh pesantren Al Fatah.“Bye bro, setelah ini kamu akan merindukan aku,” kata Andre dengan menyalami satu per satu temannya. Semuanya pun tertawa ngakak karena ekspresi Andre yang hampir mau menangis.“Sampai bertemu di waktu lain, bro,” ucap Gibran pada Andre sambil menepuk bahu Andre berkali-kali.“Siap bro, kamu semoga sukses ya,” kata Andre pada Gibran. Mereka semua melakukan pelukan persahabatan. Acara sederhana di kantin asrama putra itu. Mereka makan bersama sambil merencanakan rencana yang akan mereka lakukan setelah lulus. Lalu Ashraf datang bersama dengan Fakih. Sudah agak lama Ashraf tak berkunjung ke Al Fatah. Paling hanya kalau mau ketemu Gibran atau

  • Suamiku Ustadz Dingin   120. Maaf menganggumu

    Ashraf membawa Balqis di suatu tempat tak jauh dari gang komplek rumahnya. Mereka berdua pergi dengan menggunakan motor. Terlihat begitu mesra saat Balqis memeluk Ashraf dari belakang. Ashraf pun terlihat memperlakukan Balqis dengan sebaik mungkin. Memasangkan helm dan juga membantu Balqis naik dan turun dari motor.Setelah sampai di gedung yang tak seberapa besar itu. Mereka pun sama-sama turun. Memasuki gedung itu sambil bergandengan tangan. Tak ada yang berniat untuk melepas gandengan tangan keduanya. Disana mereka sudah disambut dengan beberapa orang. Ada Fakih dan Bagas dan beberapa ibu-ibu yang memakai baju yang seragam warnanya. Mereka semua tersenyum menyambut kedatangan Ashraf dan Balqis.Lalu mereka berkumpul di satu ruangan yang sama. Ada beberapa bapak-bapak yang juga cukup berumur.“Hari ini adalah pembukaan untuk bisnis kuliner kering, ini Ashraf selamu owner. Semoga bisnis kita lancar,” ucap Fakih membuka pembicaraan. Semuanya tampak memperhatikan dengan baik setiap pes

  • Suamiku Ustadz Dingin   119. Mereka benar-benar ikhlas dan mencoba memberi rasa pada orang baru

    Ayra memutuskan untuk mempunyai hobi baru dan memilih untuk hidup lebih mandiri lagi. Semenjak hari itu Ayra benar-benar memikirkan nasibnya lagi. Mencoba untuk melupakan semua kenangannya dengan Ashraf. Bahkan semua hal tentang Ashraf, Ayra sudah buang jauh-jauh. Seperti hari ini Atra memilih untuk ke pentas seni lukisan di sekitar Jakarta Timur. Sebab Ayra memang punya hobby yang pernah dia tekuni yaitu suka melukis.Tampilan beberapa seni lukis yang di pajang di lorong-lorong menuju ruangan bazar seni lukis itu. Ada banyak tampilan lukisan dari berbagai penulis besar. Banyak orang yang hadir termasuk para penikmat lukis dan juga beberapa orang yang ingin belajar khusus di seni lukis.“Ning Ayra,” sapa seorang laki-laki dengan pakaian khas santri. Para santri Al Fatah memang se konsisten itu tentang pakaian ke santriannya. Baik itu masih menjadi santri maupun sudah menjadi alumni santri.Ayra menoleh dan melihat laki-laki itu dengan cermat. Namun Ayra sedikit lupa laki-laki itu siap

  • Suamiku Ustadz Dingin   118. Anak itu pembawa rezeki, Mas.

    Balqis menepuk-nepuk punggung putranya dengan bergantian. Sebab salah satu menangis maka keduanya juga ikut menangis. Karena mereka sedang tertidur jadi bangun karena salah satunya ramai karena menangis.“Cup cup cup, ayo anak ibu, diemnya jagoan. Ibu lagi sendirian soalnya, ayah lagi ada urusan. Ayo mana anak Sholeh kok cengeng sih, ayo diam, kalian kenapa sih nak? Mas Ashraf, angkat dong,” ucap Balqis seorang diri sambil menenangkan ketiga buah hatinya. Dan juga sambil berusaha menghubungi Ashraf. Karena panggilannya tak diangkat sudah beberapa kali.Lalu Ashraf tiba-tiba masuk ke kamar dengan terburu-buru dan langsung menggendong satu per satu putranya. “ Maaf Humairah, tadi hpnya ke silent, jadi ga kedengaran waktu kamu nelfon. Maaf ya anak-anak ayah, ayah telat datengnya. Sekarang tenang ya, kasian ibu kamu pasti capek,” kata Ashraf sambil menggendong anaknya. Satu per satu dan sampai mereka semuanya tenang. Baru Ashraf taruh kembali ke ranjang tempat tidurnya.“Gak apa-apa kok M

  • Suamiku Ustadz Dingin   117. Bisnis yang sekiranya menguntungkan

    Balqis memberikan asi pada ketiga putranya. Dengan sangat pelan dan bergantian, putranya pun terlihat sangat menikmati. “Mas, liat anak-anak kita, dia semakin gembul ya,” ujar Balqis menunjukan salah satu putranya pada Ashraf yang sedang berkutat dengan laptopnya.“Iya Humairah, mirip kamu ya kalau gembul gini,” kata Ashraf sambil menoel-noel pipi putra-putranya. Anak pertama dipanggil Adam anak kedua dipanggil Idris dan anak ketiga dipanggil Ibrohim. Semua itu nama-nama yang diberikan oleh Ashraf. Karena memang dari jauh-jauh hari mereka mempersiapkannya. Ashraf sangat senang dengan pemberian nama itu kepada ketiga putranya. Sebab dia tak menyangka kalau akan dikarunia langsung tiga putra yang sangat menggemaskan. Sementara Balqis memang menyerahkan nama-nama untuk anaknya kepada sang suami.“Humairah, saya izin mau bertemu dengan teman saya. Mau bahas seputar bisnis, boleh?” tanya Ashraf meminta izin untuk pergi keluar.Balqis meletakkan bayinya di ranjangnya. “Iya Mas, hati-hati y

  • Suamiku Ustadz Dingin   116. Masih belum siap bertemu

    Abi Lukman tertawa melihat Ashraf yang sangat antusias saat pembahasan tentang pembuatan pesantren. “Raf, sebegitunya pengen buat pesantren? Tapi kan anak-anakmu masih sangat kecil, kamu juga masih terlalu muda. Apa kamu sanggup untuk menanggung semua itu?” tanya Abi Lukman.Ashraf menggaruk kepalanya, sedikit tak yakin dengan keinginannya sendiri untuk langsung membangun pesantren. “Ashraf pengen, Abi, tapi Ashraf belum tau apa sanggup untuk melakukan semuanya itu. Menurut abi, Ashraf harus gimana?” ucap Ashraf tak mampu menentukan pilihannya sendiri.“Begini nak, kamu cari pekerjaan dulu, cari pekerjaan yang sesuai yang sekiranya tak menganggu waktu, sebab anak kamu masih kecil. Sebenarnya yang kata Abi itu bisa buat pesantrennya, itu mau Abi bantu modal. Tapi kan kamu pasti gak mau buat dibantu secara permodalan, ya sudah kamu usaha dulu, anak-anakmu masih kecil dan butuh biaya yang cukup besar. Butuh nutrisi dan perawatan yang bagus,” kata Abi Lukman.Ashraf mengangguk setuju. “Ba

  • Suamiku Ustadz Dingin   115. lebih baik menyerah

    Abi Lukman meminta keamanan untuk memisahkan Fakih dengan Dzaki yang belum juga menyelesaikan perdebatannya. Keduanya dipisah dan dijauhkan. Lalu keadaan kembali normal. Meskipun beberapa orang masih menyinggung ucapan tadi. Namun Ashraf dan Balqis tetap bersikap tenang. Tak ingin keadaan semakin kacau.“Urusan kita belum selesai, tunggu pembalasanku,” ucap Dzaki di luar halaman sedang bersama Fakih. Mereka berdua tetap berdebat di luar halaman rumah Ashraf.“Ouhh, ngancem ceritanya nih, ya jangan nyesel aja kalau nanti kalah sendiri. Tapi ingat ya, Dzaki, kamu gak berhak ikut campur urusan Ashraf, awas saja kalau sampai seperti tadi. Akan ku buat kamu menyesal seumur hidup!” ancam Fakih karena kesabarannya sudah habis.Dzaki tak menjawab, amarahnya juga sama memuncak. Lalu Ashraf datang seorang diri menghampiri Dzaki dan Fakih yang belum selesai juga. “Ustadz Dzaki, jangan berbuat seperti itu lagi. Saya tau maksud anda, anda iri dengki kan sama saya, tapi itu kan sudah hal masa lalu

  • Suamiku Ustadz Dingin   114. Kesalahpahaman terhadap mimpi

    Ashraf tersadar dari tidurnya karena benturan tadi cukup keras. Ashraf berdiri dan merasakan nyeri di lengan dan dengkulnya sendiri. “Astaghfirullah, kenapa bisa jatuh, aduh, luka nih,” keluh Ashraf sambil mengusap lengannya.“Kasian, xixixi,” sindir dari seorang perempuan yang duduk di atas tempat dirinya dirawat.Ashraf menoleh pada suara itu. Ashraf langsung berdiri dan matanya sampai melotot tajam. Ashraf seperti tak percaya melihat perempuan di depannya itu. Pemandangan yang sangat ingin Ashraf lihat.“Ini pasti mimpi,” ucap Ashraf mengucek kedua matanya. Sambil lalu tak memperhatikan kehadiran perempuan itu.“Mas Ashraf, sakit ya?” tanya perempuan itu sambil memberikan ASI-nya pada salah satu bayi mungil.“Ya Allah. Hamba memang belum ikhlas, tapi kenapa ini sangat nyata,” ucap Ashraf memijit pelipisnya sambil mondar mandir tak mau melihat perempuan itu.“Mas, ada apa sih? Gak kangen gitu sama aku, ini loh, anaknya lagi minum asi. Lucu kan?” ucap perempuan itu masih sambil terse

DMCA.com Protection Status