Share

2. Tidak tau diri

"Astaghfirullah Balqis, kamu jahat banget."

"Kamu membuat pertunangan Ning Ayra dan Ustadz Ashraf gagal. Parah sih."

"Harusnya kamu sudah dikeluarkan dari pesantren ini. Aib banget disini."

"Nyusahin saja!"

Saat Balqis keluar dari ruangan tadi, beberapa santri perempuan lain mengerumuninya. Bahkan tanpa ada rasa belas kasih, melontarkan perkataan yang menyakitkan serta tuduhan berbagai tuduhan.

Balqis tak dapat membalas, dia langsung menerobos kerumunan itu dan langsung pergi. Belum sembuh rasa sakit dari tamparan Ayra, sekarang dia harus disudutkan kembali.

"Sudah diam semua, ini kan masih tuduhan sementara. Takutnya jadi fitnah kalau tuduhannya salah," ucap ustadzah Ifa melerai kegaduhan beberapa santri itu. 

Sementara di dalam ruangan khusus keluarga, Ayra sedang di hadapan keluarganya. Ada Abah Zulkifli juga yang langsung kembali saat mengetahui sikap dari Ayra.

"Siapa yang mengajarkan kamu untuk bermain fisik, Ayra?" tanya Kyai Zulkifli tatapannya mengintimidasi.

Semuanya terdiam, suasana serius sedang mereka rasakan. Tatkala Kyai Zulkifli menyidak sang putri bungsunya.

"Dia sangat pantas untuk menerimanya, Abah," cetus Ayra tatapannya begitu kosong.

Sementara Nyai Asma hanya mengelus lengah Kyai Zulkifli. Nyai Asma tak mau terlalu kasar dengan sang putri, namun dia juga tidak menyetujui tindakan putrinya barusan.

"Kamu bukan Tuhan yang pantas untuk menghukum, Ayra. Itu sama sekali tidak mencerminkan sebagai seorang santri," sentak Kyai Zulkifli dengan menekan ucapan terakhirnya.

"Tapi Abah, dia sudah melakukan dua kesalahan. Yang pertama dia menggoda Ashraf, dan itu sangat merugikan untuk Ashraf. Lalu dia juga membuat pertunangan Ayra dan Ashraf gagal, itu merugikan kami berdua."

Papar Ayra, tetap mempertahankan pendapatnya dan juga semakin membenarkan tindakannya.

"Ayra! Jadi ini yang sudah kamu dapat selama menuntut ilmu di pesantren? Melawan abahmu ini dan bertindak seenaknya. Abah semakin yakin, kalau pembatalan pertunangan kalian itu sangatlah benar. Karena sejak bertunangan dengan Ashraf, kamu semakin berulah. Semakin egois, semakin semena-mena, dan bahkan melawan abahmu sendiri."

"Sudah, keputusan Abah sudah bulat. Pertunangan kamu dan Ashraf resmi batal. Dan satu lagi, minta maaf sama Balqis atas tindakan kamu barusan. Jika kamu mau mendapat maaf dari Abah," sambung Kyai Zulkifli lalu meninggalkan ruangan itu dengan perasaan kecewa. Tak disangka putri kesayangannya berbuat seperti itu.

"Abah tidak adil, ini tidak adil buat Ayra dan juga Ashraf. Ummah, Abah tidak adil," Ayra menangis keras dan mengeluh kepada ibunya.

"Sudah Ayra, ini bukan Ayra yang Ummah kenal. Segera bertaubat, Nak. Ini semua sudah takdir Allah. Minta maaflah kepada Balqis, dan Abahmu juga akan memaafkanmu," ujar Nyai Asma.

Tak ada yang bisa dilakukan Nyai Asma, hanya mencoba menenangkan sang putri dan mencoba memberi saran terbaiknya. Semua terdiam, bahkan Gus Rohman juga bungkam.

"Tidak mau Ummah, ini bukan salah Ayra. Ini salah Balqis," elak Ayra. Tangisannya pecah dipelukan sang Ibu.

***

Ashraf mencoba mengejar Balqis yang sedang menghindar. Lalu Balqis berhenti di lapangan belakang pesantren.

Terduduk lemas di bawah terik matahari. Tak peduli dengan panas yang menyengat, rasa sakit di hatinya terlebih dari itu.

Ashraf mendekati Balqis, mengikis jarak dengannya. Lalu mencoba membicarakan hal tadi dengan Balqis.

"Balqis, coba ceritakan pada saya. Kenapa kamu tiba-tiba ada di kamar saya," ucap Ashraf mencoba mencari kebenaran.

Balqis mendongak, lalu menunduk kembali. Tak ingin menatap Ashraf yang sedang berada tepat di hadapannya.

"Maaf Ustadz, saya juga tidak tahu kenapa bisa ada di kamar Ustadz. Seingat saya terakhir, saya bertengkar dengan santriwati lain," terang Balqis.

Dahi Ashraf mengernyit lalu duduk di sebelah Balqis. "Bertengkar? Bisa dijelaskan lebih lengkap lagi. Soalnya saya gak mau kalau sampai pertunangan saya dengan Ning Ayra batal," kata Ashraf dengan mantab.

"Tapi, setelah itu saya lupa. Beneran saya lupa kejadiannya, tiba-tiba saja sudah ada di kamar Ustadz Ashraf," papar Balqis akhirnya menyerah untuk mengingat lebih jelas lagi.

"Astaghfirullah, kamu berniat mau menjebak saya hah?" ucap Ashraf dengan lantang.

"Sedari tadi saya menjaga ucapan saya agar tidak keras, tapi kamu semakin mempermainkan saya sepertinya. Maumu sebenarnya apa?" sambung Ashraf kesabarannya mulai habis.

"Tidak ada, saya tidak mau apa-apa. Kalau memang Ustadz menyalahkan seutuhnya kepada saya, baik kalau begitu. Saya akan keluar dari pesantren ini, dan ustadz bisa melanjutkan pertunangan ustadz dengan Ning Ayra," Balqis bangkit menatap ke depan lapangan yang cukup luas.

"Tidak semudah itu. Kamu nyadar gak sih? Kalau sekarang kita ini difitnah. Tolong bantu saya keluar dari fitnah ini," Ashraf ikut berdiri, mencoba tetap membujuk Balqis.

"Saya gak bisa, walaupun berusaha menjelaskan, tetap saya yang dapat jeleknya. Tetap saya yang dituduh menggoda ustadz. Permisi," Balqis lalu meninggalkan Ashraf.

Wajah Ashraf memerah, rahangnya mengeras. Tangannya mencengkram kuat, tatapannya tajam.

"Dasar santri gak tau diri!" umpat Ashraf. Balqis yang masih belum jauh masih bisa mendengar umpatan itu. Namun Balqis tak menghiraukannya, dia tetap berjalan lurus meninggalkan Ashraf seorang diri.

***

"Ayra," panggil Ashraf menjaga jarak.

Semua pengurus santriwati menjauh dari ruangan cukup besar itu. Meninggalkan Ayra dan Ashraf berbicara serius. Tapi dari jarak jauh mereka tetap memantau, karena bagaimanapun kawasan pengurus putri sangatlah terjaga.

"Hm, apa?" jawab Ayra pandangannya kosong. Seolah tak ada kehidupan. Rautnya terlihat kesedihan yang mendalam.

"Bisa bicara?" tanya Ashraf meminta izin.

"Buat apa? Bukankah sudah jelas dan kita sudah tidak bisa bersama. Gara-gara perempuan itu!" bantah Ayra.

Amarah yang masih bergemuruh, Ayra tetap tidak bisa menerima semua keputusan yang ada.

"Dia tidak salah, Ayra. Ini hanya sebuah kesalahpahaman. Kami difitnah," ujar Ashraf. Mencoba menenangkan mantan tunangannya.

"Kamu … Bela perempuan itu? Apa benar kalian sudah sedekat itu? Jawab Ashraf!" Ayra semakin meninggikan suaranya. Rasa bencinya terhadap Balqis semakin besar.

"Tidak Ayra, kamu salah paham. Aku hanya membicarakan yang sebenarnya. Kami hanya dituduh. Kami tidak seperti itu. Aku hanya mencintaimu, Ayra. Tolong percaya padaku."

Ashraf mengiba, tak ingin melepaskan sang pujaan hati. Ingin selalu dan selalu memperjuangkannya, meskipun sudah jelas bahwa pertunangan mereka sudah dibatalkan oleh Kyai Zulkifli.

"Sudah jelas kamu membelanya, wahai Ashraf. Aku membenci kalian berdua. Jangan pernah berharap bahagia setelah ini. Ingat itu!" Ayra meninggalkan Ashraf. Memberi jarak dan menghilang dibalik pintu utama.

Rasanya sudah tidak ada harapan lagi, pertunangan mereka berdua benar-benar batal setelah kejadian tidak mengenakan itu. Kisah cinta antara Ashraf dan Ayra sudah selesai.

"Secepat ini kita selesai Ayra. Maafkan aku, maafkan atas kesalahanku."

***

"Kalian berdua harus menikah, agar kesalahpahaman ini tidak berlanjut." ucap Kyai Zulkifli kepada Ashraf dan Balqis saat mereka berdua dipanggil.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Andi Jo
bagus sekali
goodnovel comment avatar
Andi Jo
sanggat bagus
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status