Semua Bab Janji Cinta Polisi Tampan: Bab 41 - Bab 50

120 Bab

XLI : MALAM PERTAMA BAGI AVA DAN BIRU

"Segala hal tentang orang yang kita cintai memang terasa menyenangkan. Entah bagian buruk, dan baiknya. Semua terasa indah bila dilalui bersama."***"Kali ini mau ada yang ketuk pintu, atau badai sekali pun, abaikan saja. Jangan ditanggapi!"Ava terkekeh, lalu mengangguk. Kulitnya yang cantik sudah merah, karena gairah. Biru sangat menyukainya. Avanya terlihat sangat cantik, membuatnya begitu sumringah melihatnya.Dengan lembut, ia cium kening Ava. Ciumannya merambah ke bagian wajahnya yang lain, seperti hidung, pipi, pelipis, dagu, hingga yang paling akhir bibir. Ia lumat dengan penuh perasaan, menorehkan segala cinta yang pria itu punya.Ava pun membalasnya. Dengan segenap rasa yang mulai tumbuh di hatinya, ia dekap Biru dengan erat. Ia biarkan pria itu menerima haknya. Ia terima segala kecupan di setiap lekuk wajahnya."Biru," lirih Ava saat Biru mulai menciumi lehernya. Pria itu bahkan sudah mulai berdiri. Menggendong Ava dengan mudah menuju tempat tidur."Ava, maaf." Ucapan itu t
Baca selengkapnya

XLII : NERAKA UNTUK PRABA

"Tak ada kejahatan yang bertahan. Segalanya akan berubah manis untuk orang-orang yang mencintai kebaikan."***"Semuanya sudah beres. Semua bukti sudah kita musnahkan. Tak akan ada jejak, Pak. Purwanto akan divonis bunuh diri."Praba mengangguk. Ia bersyukur karena dirinya selangkah lebih cepat dibanding Biru. Saat Marco mengirim info bahwa Purwanto setuju bekerja sama dengan Biru, Praba sempat kalang kabut. Ia langsung meminta Radja untuk membereskan Purwanto tanpa meninggalkan jejak satu pun.Selain Purwanto, Praba juga dipusingkan dengan masalah pendanaan klub malam barunya. Hampir dari setengah koleganya sedang dalam penyelidikan KPK. Imbas dari enam terdakwa yang terbukti bersalah, segala hal jadi merembet kemana-mana. Kini ia hanya dapat mengandalkan Djati sekarang."Bagaimana dengan Djati? Bisnisnya aman, kan?"Radja mengangguk. "Aman. Tapi, jauh lebih sepi. Sekarang polisi sangat ketat dalam mengamankan perdagangan narkoba. Bila kemarin mereka tidak melakukan penyisiran, dan ju
Baca selengkapnya

XLIII : RUMAH BARU BAGI POLISI TAMPAN

"Saat menjalani pernikahan, rumah baru sesungguhnya adalah pasangan kita. Orang yang akan jadi tempat kita pulang, dan merebahkan lelah."***"Bagaimana menurut Mbak Ava? Sudah cukup atau belum? Apa ada yang perlu diganti?"Ava menggeleng. Tangannya meraba sofa putih gading yang terletak cantik di ruang keluarganya. Bukan rumah sebenarnya, tapi Padma akan menyebutnya sebagai penthouse. Penthouse seharga enam miliar.Theara, desainer interior penthouse baru Ava, dan Biru tersenyum. Ava mengamati tiap sudut. Memperhatikan segala aspek yang kira-kira terlewat. Gadis itu lalu menoleh pada Padma yang tak jauh darinya, dan sahabatnya itu membalas dengan memberi jempol dua."Saya rasa sudah cukup, Mbak Theara."Theara mengangguk, dan kemudian membereskan barangnya. Ia mengulurkan tangan seraya berterima kasih karena telah menggunakan jasanya. Pekerjaannya memang telah usai, dan semua yang ia lakukan cocok dengan permintaan Ava, dan Biru sebagai klien. Pasangan pengantin baru itu tinggal mene
Baca selengkapnya

XLIV : DIAMNYA DJATI

"Jangan remehkan diamnya seseorang. Sebab bisa saja dalam kesunyiannya, dia telah bekerja lebih banyak dari orang lain."***"Seperti yang anda duga, Pak. Purwanto dibunuh oleh Pak Praba lewat anak buah Marco. Saya sudah menyuap orang tersebut, dan kita sudah mendapatkan pengakuannya."Djati mengernyit, tampak tak puas dengan laporan Bernardio. Ia lalu berpikir, namun belum menemukan satu pun rencana yang bisa benar-benar valid untuk memenjarakan Praba. Jika keluarga Purwanto setuju melakukan otopsi mungkin permasalahan ini akan selesai dengan mudah.Entah berapa banyak uang yang Praba keluarkan untuk menyenangkan mertua Purwanto. Perempuan tua itu benar-benar mata duitan. Kasihan sekali anak dan istri Purwanto yang menanggung duka, dan ketidakadilan atas keserakahan yang dilakukan perempuan gila itu."Mungkin Biru bisa membantu," gumam Djati dengan suara yang begitu pelan. Ia lalu mendongak, menatap Dio yang tengah sigap menerima perintah apa pun dari bosnya. "Kamu kirim pesan kaleng
Baca selengkapnya

XLV : DIMULAINYA SEBUAH PERTARUNGAN

"Dalam sebuah kemenangan, dan kekalahan terdapat sebuah pertarungan. Tidak ada pertarungan yang menyenangkan. Baik yang menang, atau yang kalah akan merasakan pengorbanan, kehilangan, dan air mata."***"Mengawasi Marco, Pak? Untuk apa?"Tak ada perintah yang tak memiliki alasan. Sama halnya dengan perintah Biru. Pria itu pasti memiliki alasan. Entah baik, atau tidak, Althaf tetap harus bertanya. Ia harus tahu secara jelas alasan Biru memerintahnya, agar ia menjalankan dengan sebaik mungkin.Biru lalu memberikan ponselnya. Althaf meraihnya, dan membaca sebuah pesan di layar. Matanya menyipit, memperhatikan detil nomor yang sepertinya sudah tidak aktif. Altaf dapat menyimpulkan bahwa itu adalah sebuah pesan kaleng."Anda percaya dengan pesan kaleng ini? Bisa saja kan, ini adalah pesan asal yang iseng. Mungkin tujuannya untuk memecah konsenterasi Bapak terhadap semua kasus yang sedang Bapak kerjakan."Biru menggeleng. "Dia tahu kalau Purwanto mati. Hanya segelintir orang yang tahu, dan
Baca selengkapnya

XLVI : ASUMSI SEDERHANA

"Cinta bukan sebuah pertanyaan. Cinta adalah rasa. Bukan dipikirkan, lalu ditemukan jawabannya. Cinta adalah sebuah kebiasaan. Kebiasaan bersama, kebiasaan berbagi, dan kebiasaan saling memahami."***"Jenderal Hendro Anggoro itu benar atasan kamu, ya? Kok kamu enggak pernah cerita kalau dia ini teman baiknya Praba?"Biru mendongak, beralih dari nasi di piringnya, ke wajah cantik Ava. Ia tengah asyik mengunyah. Nasi hangat dengan ayam suwir daun kemangi adalah paduan yang sangat sederhana, tapi istimewa. Biru begitu senang, Avanya tidak hanya menyuguhkan rupa yang cantik, tapi juga makanan yang tentu saja sangat enak.Ava menggoyangkan alisnya, menunggu jawaban Biru. Pria itu lalu mengangkat tangannya, dan kemudian mengambil gelas berisi air putih. Setelah air minumnya tandas seperempat, Biru memicing. Memandang Ava dengan kesal."Ini makanannya lagi enak banget, lho. Sayang kalau enggak nambah," gerutu Biru kesal. "Saya habiskan dulu yang ini, nanti saya jawab ya, pertanyaan kamu."A
Baca selengkapnya

XLVII : INFORMASI PENTING YANG TERKUAK

"Dalam dunia, ada lapisan rahasia yang tertutupi, dan sulit untuk diungkap. Segala rahasia itu akan menjadi informasi penting di kemudian hari. Entah untuk alasan apa, namun sebuah rahasia tak selamanya mati. Ia akan terkuak pada waktunya."***"Saya minta maaf sebelumnya sama kamu. Tanpa sepengetahuan siapa pun, beberapa waktu lalu saya sudah menyelidiki latar belakang kamu. Dengan detil, dari kamu lahir hingga kamu duduk di samping Biru untuk menjadi istrinya."Ava tak heran. Ia, dan Biru sudah menduganya. Rasanya memang mustahil kalau sekelas Sasmito Jagad Adinegara hanya diam saja saat tahu cucunya menikahi seseorang yang tidak berasal dari kalangannya. Pria itu pasti mencari tahu.Sasmito mengambil satu file, lalu memberikannya pada Ava. File berwarna kuning muda itu bertuliskan namanya. Menggambarkan dengan jelas bahwa isinya pastilah segala hal mengenai dirinya."Lalu?" tanya Ava dengan nada rendah yang sebisa mungkin masih terdengar sopan. "Apa yang Kakek sampaikan sebenarnya?
Baca selengkapnya

XLVIII : AJAKAN MENEMUI MASA LALU

"Bersama seseorang yang mencintaimu adalah anugerah. Bersama seseorang yang tidak mencintaimu, bukan berarti petaka. Segala hal bisa berubah. Seperti layaknya hari yang kita jalani tiap detiknya, berubah tak tentu arah."***"Hari ini ada yang menemui Marco, Pak. Namanya Radjarta. Menurut petugas Lapas, dia sudah lama bolak-balik menjenguk Marco. Katanya Radjarta ini adalah kakak tirinya."Biru menelisik lebih dalam orang dalam video cctv yang diperlihatkan Althaf. Seperti familiar, Biru mencoba mengingat siapa pria itu. Namun ingatannya buntu. Ia tak ada gambaran di mana pernah bertemu dengan pria bernama Radjarta ini.Biru hanya mengangguk, dan mengirimkan video yang Althaf berikan padanya ke ponselnya. Biru lalu mendongak, memberikan satu file yang sepertinya sangat penting. Sebab sejak empat puluh menit yang lalu, Biru telah terpekur bersama file itu."Terus awasi Marco. Kita bisa melihat hasilnya dalam sebulan." Biru lalu menunjuk file yang ia letakkan di meja. Lalu berkata, "ini
Baca selengkapnya

XLIX : DUA SISI KEHIDUPAN

"Saat kita melihat orang lain dengan sebelah mata, maka mulai dari hari itu Tuhan akan memandang kita dengan cara yang sama."***"Selamat datang di kota Yogyakarta, Bapak Dewandaru, dan Ibu Ava. Saya Pak Hartanto dari Amanjiwo. Silahkan, lewat sini. Saya akan mengantarkan anda berdua ke resort."Biru mengangguk. Ia memberikan koper yang dibawanya kepada Pak Hartanto. Dengan lembut ia gandeng tangan istrinya ke mobil yang dipakai Pak Hartanto. Ava sendiri hanya mengikuti, sambil merangkul lengan suaminya dengan erat.Ini kali pertama Ava berpergian cukup jauh setelah segala kecelakaan yang ia alami. Ava masih trauma. Maka dari itu, ia meminta Biru menemaninya. Bukan orang lainnya, hanya pada Biru ia percayakan hidupnya."Kamu pesan resort ini?" tanya Ava berbisik di telinga Biru saat Pak Hartanto sudah fokus menyetir. Biru mengangguk santai. "Kan harganya bisa dua puluh juta sendiri semalam. Kamu tuh, semenjak menikah jadi boros tahu enggak!""Soalnya semenjak menikah, omset Inklusi na
Baca selengkapnya

L : SEKILAS TENTANG ANGGREK

"Tiap manusia yang Tuhan ciptakan memiliki sebuah masa lalu. Entah masa lalu itu bersifat baik, atau pun buruk. Tetap saja, masa lalu adalah bagian dari hidup manusia. Tidak dapat dihapuskan, dan menjadi pembelajaran di masa depan." *** Rumah itu terdiri dari satu lantai. Bergaya Jawa kuno yang sangat begitu menawan hati. Terdapat sebuah gebyok besar di bagian depan rumah yang begitu unik dengan ukirannya. Pintu besar terpampang lebar, mengajak siapa pun yang datang untuk masuk bertamu. Seorang wanita paruh baya dengan kebaya kutu baru bercorak bunga, berdiri di luar pintu, tampak menyambut kedatangan Ava, dan juga Biru. Ia tersenyum dengan begitu manis, memancarkan sebuah keanggunan yang dimiliki wanita Jawa. Ava takjub. Ini semua seperti mimpi, jika benar yang didatanginya itu adalah kediaman ibundanya dahulu sewaktu kanak-kanak. "Selamat datang, Mas Biru, dan Mbak Ava di kediaman Martadina. Perkenalkan nama saya, Ratna Sari Anggoro Tuwo. Saya adalah asisten rumah tangga senior d
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status