“Akh, Kaivan, sakit… Tanganku sakit. Kamu menyakitiku, Kaivan.” Suara rintihan Livia kala Kaivan menarik kasar tangannya. Ya, mereka berada di rumah sakit. Tanpa belas kasihan Kaivan menarik kasar tangan Livia dan tak memedulikan rintihan Livia.“Kaivan, kemarin aku sudah memeriksakan anak kita. Lebih baik kita pulang saja, Kaivan. Kamu pasti sibuk,” ucap Livia yang berusaha membujuk Kaivan. Dia memperlambat langkahnya agar tidak langsung tiba di dokter kandungan. Dalam hati, jantung Livia berdegup kencang. Bahkan, Livia pun tak bisa menghubungi Dita. Kaivan menyeretnya seperti ini. Tidak mungkin Livia bisa menghubungi Dita. Tampak wajah Livia pucat pasi ketakutan.“Diam, Livia!” seru Kaivan menegaskan.Saat tiba di depan ruang dokter kandungan, Kaivan terus menarik kasar tangan Livia—masuk ke dalam ruang pemeriksaan. Sebelumnya Kaivan memang sudah meminta Doni untuk mengurus bahwa dia akan membawa Livia ke dokter kandungan.“Selamat pagi, Tuan Kaivan, Nyonya Livia,” sapa sang dokter
Baca selengkapnya