Huekkkk…. Huekkkkkk…Krystal memuntahkan semua makanan yang baru saja dia makan ke wastafel. Beruntung tadi Krystal bisa berlari dengan cepat menuju wastafel. Jika tidak mungkin Krystal sudah pasti memuntahkan makanannya ke lantai.“Astaga, Nyonya kenapa?” Sang pelayan yang berada di ambang pintu ruang makan, segera berlari menghampiri Krystal.Krystal memutar keran wasfatel, membasuh mulutnya dengan air bersih. “Aku tidak apa-apa. Mungkin hanya pusing sedikit saja,” ucapnya yang merasakan kepalanya memberat. Perutnya seakan diaduk.“Nyonya, ayo kita duduk. Saya buatkan teh hangat agar Nyonya lebih baik,” kata sang pelayan dengan sopan dan hangat seraya membantu Krystal duduk di kursi meja makan. Kemudian sang pelayan segera membuatkan teh untuk Krystal.Krystal memijat pelipisnya. Kepalanya benar-benar pusing. Tidak biasanya dia mual sekali. Padahal tadi baru saja dia makan sedikit. Ya, kejadian di mana Krystal memuntahkan makanannya saat dirinya tengah menikmati salmon panggang yang
Kabar perceraian Kaivan dan Livia telah berhasil menjadi pemberitaan hangat para media. Banyaknya desas desus di mana pemberitaan Kaivan dan Livia sama-sama berselingkuh. Hampir semua stasiun televisi menyiarkan skandal mereka berdua. Publik yang awalnya menyalahkan Krystal dan mengujat Krystal, kini publik pun ikut menghujat Livia karena sama saja dengan Kaivan yang kabarnya berselingkuh. Hingga detik ini Kaivan memang masih belum mau buka suara tentang hubungannya dengan Krystal. Kaivan membiarkan publik menggiring opininya masing-masing. Paling tidak sampai proses perceraiannya dengan Livia selesai.Setiap kali Kaivan diminta keterangan oleh media maka Kaivan hanya menjawab baik dirinya dan Livia telah menemukan hal yang terbaik untuk mereka berdua. Pun Kaivan meminta untuk tidak menyangkut pautkan orang ketiga dalam hubungan mereka. Kaivan mengatakan dia dan Livia memang tidak pernah saling mencintai. Pernikahan mereka terjadi karena perjodohan. Bukan tanpa alasan Kaivan tidak ing
Suara isak tangis Livia menggema memenuhi ruang kerjanya. Ya, kini Livia meringkuk dan tak henti menangis kala melihat pemberitaan di media. Bercerai dengan Kaivan bagaikan mimpi buruk yang menjadi sebuah kenyataan. Menyesal. Tentu itu yang ada dalam benak Livia. Namun sayangnya Livia tidak memiliki jalan untuk kembali pada Kaivan. Seolah Kaivan telah benar-benar menutup akses untuk Livia masuk ke kehidupan pria itu.Hingga detik ini Livia tak henti merutuki kebodohannya. Jika saja dirinya tak mengizinkan Kaivan menikah dengan Krystal maka hal ini tidak akan terjadi. Andai waktu bisa diputar. Livia tidak mungkin melakukan hal di mana dirinya akan kehilangan Kaivan.Dulu, Livia begitu putus asa ketika dokter memvonis tidak bisa hamil. Bayang-bayang di mana keluarga Kaivan akan menendangnya membuat Livia mengambil keputusan meminta Kaivan untuk menikah lagi. Dan kini kenyataannya dirinya bisa hamil. Tapi anak yang dikandungnya bukanlah anak Kaivan melainkan anak dari Liam Baskara—pria s
Suara dering ponsel berbunyi, membuat Krystal yang tengah tertidur pulas dalam pelukan Kaivan langsung terbangun. Perlahan Krystal mulai mengerjapkan mata beberapa kali. Tepat di saat Krystal sudah membuka mata; dia melihat ponsel milik Kaivan terus berdering.“Kai, bangun. Ponselmu berdering, Kai,” ucap Krystal seraya menggoyangkan bahu Kaivan. Membangunkan suaminya itu.“Biarkan saja, Krys. Ini masih malam.” Kaivan semakin mengeratkan pelukan Krystal. Ya, dia enggan menjawab panggilan telepon itu.Namun, lagi dan lagi dering ponsel Kaivan terus berbunyi. Membuat Kaivan langsung mengumpat kasar ada yang mengganggunya tengah malam seperti ini.“Kai, jawablah. Mungkin itu penting. Kalau tidak penting tidak mungkin berkali-kali ponsel berdering,” ucap Krystal mengingatkan Kaivan dengan nada pelan dan lembut.Kaivan tak henti mengumpat dalam hati. Didetik selanjutnya, Kaivan terpaksa mengambil ponselnya dengan raut wajah yang kesal, dia melihat ke layar—seketika decakan kesal terlontar d
Krystal terdiam sejenak menatap foto pernikahannya dengan Kaivan yang terletak di atas meja. Beberapa hari lalu, Krystal menyenggol foto pernikahannya dengan Kaivan. Beruntung hanya bingkainya yang pecah. Foto pernikahannya masih sangat bagus. Dan di foto pernikahan itu, Krystal masih tetap terlihat tersenyum seraya memeluk lengan Kaivan. Pernikahan yang sangat sederhana. Balutan kebaya berwarna putih sangatlah indah dipakai Krystal. Pun Kaivan sangat gagal dengan jas yang begitu pas di dada bidangnya. Tubuh pria itu tegap. Maskulin. Gagah. Membuat siapa saja wanita yang melihatnya selalu berdesir. Wajah dingin dan arogan pria itu tetap mampu menyihir setiap mata wanita yang melihatnya.Sejenak sesuatu muncul dalam benak Krystal. Dulu ketika dirinya menyetujui akan menikah dengan Kaivan, dia tidak pernah menyangka akan jatuh cinta pada pria itu. Rasanya itu adalah mimpi harusnya tidak mungkin terjadi. Namun kenyatannya takdir telah menjodohkannya dengan Kaivan. Hingga selangkah lagi K
Suara ketukan palu dari sang hakim menandakan Kaivan dan Livia telah resmi bercerai. Segala tuntutan yang diajukan oleh Livia dengan mudahnya disetujui oleh Kaivan. Ya, terlihat Kaivan tidak marah sedikit pun. Pria itu terlihat biasa saja ketika Livia menyebutkan angka nominal yang dinginkannya. Lebih tepatnya Kaivan tidak mau memperlama proses perceraian. Itu kenapa Kaivan menyetujui permintaan Livia. Tak hanya menyetujui saja, tapi Kaivan pun menepati janjinya. Dalam waktu kurang dari satu jam, Kaivan meminta Doni untuk mengurus pengiriman dana untuk Livia.Saat persidangan sudah berakhir, Kaivan dan Livia saling menatap satu sama lain. Tatapan Kaivan terlihat tajam dan penuh peringatan pada Livia.“Mulai detik ini, kita tidak ada urusan apa pun. Jangan mencari masalah denganku. Jalani hidup masing-masing.”Kaivan berucap dengan tegas dan penuh penekanan. Dia langsung menghampiri Krystal—lalu menggenggam tangan istrinya itu meninggalkan ruang persidangan. Tampak Livia menggeram penu
“Kai, apa hari ini kamu tidak ke kantor?” Suara Krystal bertanya kala dirinya dan Kaivan telah tiba di kamar mereka. Ya, sepulang dari pengadilan memang Kaivan langsung mengajak Krystal untuk pulang. Padahal tadinya Krystal pikir, Kaivan hanya mengantarnya saja. Sedangkan suaminya itu aka pergi ke kantor. Tetapi kenyataannya, tidak demikian.“Tidak. Doni yang nanti akan mengurus pekerjaanku.” Kaivan mengajak Krystal duduk di sofa terdekat dengan mereka. Pun Krystal hanya menurut.“Kai, aku ingin bertanya sesuatu,” ucap Krystal seraya menatap Kaivan yang duduk di sampingnya. Nada bicaranya tersirat begitu pelan dan hati-hati. Seolah dirinya takut akan salah bicara. Sesekali Krystal menggigit bibir bawahnya. Dan gerakan Krystal itu tak luput dari pandangan Kaivan.“Jangan meggigit bibirmu, Krys.” Kaivan membelai bibir ranum ranum Krstal dengan jemari kokohnya. Tatapan kaivan menatap manik mata cokelat terang Krystal. “Kamu ingin bertanya apa?” tanyanya dengan tatapan yang benar-benar me
Farel membanting kasar remote televisi yang ada di tangannya. Amarah dalam dirinya meledak ketika melihat pemberitaan tentang perceraian Kaivan dan Livia. Sesaat Farel mengatur emosinya. Hingga detik ini, Farel masih belum berbicara dengan Kaivan. Tepatnya sejak kejadian di mana Livia berselingkuh, dia seolah menghilang dan tidak mau berbicara dengan putranya sendiri. Tak dipungkiri Farel masih tidak menyangka kalau Livia akan berselingkuh. Selama ini dia mengenal menantu kesayangannya itu memiliki sifat yang sangat baik. Pun Farel sudah menganggap Livia seperti putri kandungnya sendiri. Namun kenyataan semuanya hancur begitu saja. Kepercayaan Farel sudah tidak ada lagi pada Livia. Wanita yang dia pilihkan untuk putra sulungnya telah mengkhianati putranya. Hal yang membuat Farel marah adalah dia hadapkan dengan kenyataan, Kaivan memiliki istri baru yang bukan sesuai keinginannya.“Pa, tenangkan dirimu.” Elisa berujar kala melihat sang suami yang tampak begitu marah.Farel mengembuskan