Suara dering ponsel berbunyi, membuat Krystal yang tengah tertidur pulas dalam pelukan Kaivan langsung terbangun. Perlahan Krystal mulai mengerjapkan mata beberapa kali. Tepat di saat Krystal sudah membuka mata; dia melihat ponsel milik Kaivan terus berdering.“Kai, bangun. Ponselmu berdering, Kai,” ucap Krystal seraya menggoyangkan bahu Kaivan. Membangunkan suaminya itu.“Biarkan saja, Krys. Ini masih malam.” Kaivan semakin mengeratkan pelukan Krystal. Ya, dia enggan menjawab panggilan telepon itu.Namun, lagi dan lagi dering ponsel Kaivan terus berbunyi. Membuat Kaivan langsung mengumpat kasar ada yang mengganggunya tengah malam seperti ini.“Kai, jawablah. Mungkin itu penting. Kalau tidak penting tidak mungkin berkali-kali ponsel berdering,” ucap Krystal mengingatkan Kaivan dengan nada pelan dan lembut.Kaivan tak henti mengumpat dalam hati. Didetik selanjutnya, Kaivan terpaksa mengambil ponselnya dengan raut wajah yang kesal, dia melihat ke layar—seketika decakan kesal terlontar d
Krystal terdiam sejenak menatap foto pernikahannya dengan Kaivan yang terletak di atas meja. Beberapa hari lalu, Krystal menyenggol foto pernikahannya dengan Kaivan. Beruntung hanya bingkainya yang pecah. Foto pernikahannya masih sangat bagus. Dan di foto pernikahan itu, Krystal masih tetap terlihat tersenyum seraya memeluk lengan Kaivan. Pernikahan yang sangat sederhana. Balutan kebaya berwarna putih sangatlah indah dipakai Krystal. Pun Kaivan sangat gagal dengan jas yang begitu pas di dada bidangnya. Tubuh pria itu tegap. Maskulin. Gagah. Membuat siapa saja wanita yang melihatnya selalu berdesir. Wajah dingin dan arogan pria itu tetap mampu menyihir setiap mata wanita yang melihatnya.Sejenak sesuatu muncul dalam benak Krystal. Dulu ketika dirinya menyetujui akan menikah dengan Kaivan, dia tidak pernah menyangka akan jatuh cinta pada pria itu. Rasanya itu adalah mimpi harusnya tidak mungkin terjadi. Namun kenyatannya takdir telah menjodohkannya dengan Kaivan. Hingga selangkah lagi K
Suara ketukan palu dari sang hakim menandakan Kaivan dan Livia telah resmi bercerai. Segala tuntutan yang diajukan oleh Livia dengan mudahnya disetujui oleh Kaivan. Ya, terlihat Kaivan tidak marah sedikit pun. Pria itu terlihat biasa saja ketika Livia menyebutkan angka nominal yang dinginkannya. Lebih tepatnya Kaivan tidak mau memperlama proses perceraian. Itu kenapa Kaivan menyetujui permintaan Livia. Tak hanya menyetujui saja, tapi Kaivan pun menepati janjinya. Dalam waktu kurang dari satu jam, Kaivan meminta Doni untuk mengurus pengiriman dana untuk Livia.Saat persidangan sudah berakhir, Kaivan dan Livia saling menatap satu sama lain. Tatapan Kaivan terlihat tajam dan penuh peringatan pada Livia.“Mulai detik ini, kita tidak ada urusan apa pun. Jangan mencari masalah denganku. Jalani hidup masing-masing.”Kaivan berucap dengan tegas dan penuh penekanan. Dia langsung menghampiri Krystal—lalu menggenggam tangan istrinya itu meninggalkan ruang persidangan. Tampak Livia menggeram penu
“Kai, apa hari ini kamu tidak ke kantor?” Suara Krystal bertanya kala dirinya dan Kaivan telah tiba di kamar mereka. Ya, sepulang dari pengadilan memang Kaivan langsung mengajak Krystal untuk pulang. Padahal tadinya Krystal pikir, Kaivan hanya mengantarnya saja. Sedangkan suaminya itu aka pergi ke kantor. Tetapi kenyataannya, tidak demikian.“Tidak. Doni yang nanti akan mengurus pekerjaanku.” Kaivan mengajak Krystal duduk di sofa terdekat dengan mereka. Pun Krystal hanya menurut.“Kai, aku ingin bertanya sesuatu,” ucap Krystal seraya menatap Kaivan yang duduk di sampingnya. Nada bicaranya tersirat begitu pelan dan hati-hati. Seolah dirinya takut akan salah bicara. Sesekali Krystal menggigit bibir bawahnya. Dan gerakan Krystal itu tak luput dari pandangan Kaivan.“Jangan meggigit bibirmu, Krys.” Kaivan membelai bibir ranum ranum Krstal dengan jemari kokohnya. Tatapan kaivan menatap manik mata cokelat terang Krystal. “Kamu ingin bertanya apa?” tanyanya dengan tatapan yang benar-benar me
Farel membanting kasar remote televisi yang ada di tangannya. Amarah dalam dirinya meledak ketika melihat pemberitaan tentang perceraian Kaivan dan Livia. Sesaat Farel mengatur emosinya. Hingga detik ini, Farel masih belum berbicara dengan Kaivan. Tepatnya sejak kejadian di mana Livia berselingkuh, dia seolah menghilang dan tidak mau berbicara dengan putranya sendiri. Tak dipungkiri Farel masih tidak menyangka kalau Livia akan berselingkuh. Selama ini dia mengenal menantu kesayangannya itu memiliki sifat yang sangat baik. Pun Farel sudah menganggap Livia seperti putri kandungnya sendiri. Namun kenyataan semuanya hancur begitu saja. Kepercayaan Farel sudah tidak ada lagi pada Livia. Wanita yang dia pilihkan untuk putra sulungnya telah mengkhianati putranya. Hal yang membuat Farel marah adalah dia hadapkan dengan kenyataan, Kaivan memiliki istri baru yang bukan sesuai keinginannya.“Pa, tenangkan dirimu.” Elisa berujar kala melihat sang suami yang tampak begitu marah.Farel mengembuskan
Krystal menatap deretan dress-dress miliknya yang tertata rapi di wardrobe-nya. Tampak raut wajah Krystal terlihat bingung. Memilih salah satu di antara banyaknya dress yang indah di hadapannya itu. Pasalnya, Krystal benar-benar tidak tahu harus memilih yang mana. Semua dress yang ada di depannya sangat mengagumkan. Ya, tepatnya kemarin sang pelayan menata dress kiriman dari salah satu perancang ternama Indonesia. Tentu ini adalah ulah Kaivan. Krystal saja tidak menyangka, kemarin dirinya mendapatkan begitu banyak kiriman paket yang berisikan dress-dress indah dari seorang designer ternama. Dan ketika Krystal tahu Kaivanlah yang memesan, sungguh Krystal tidak habis pikir. Kaivan membelikan pakaian untuknya seperti dirinya tidak memiliki baju. Bahkan Krystal bisa membuka butik dari pakaian yang dibelikan Kaivan ini. “Aku harus pakai yang mana? Semuanya indah,” gumam Krystal dengan raut wajah yang bingung. Hari ini adalah hari yang bisa dikatakan hari yang membuat Krystal gugup, cemas,
Krystal melangkah masuk ke dalam halaman belakang rumah mengikuti Elisa—ibu mertuanya yang berada di depan. Sebuah taman yang luas, dan tertata begitu rapi. Ya, Krystal mengagumi rumah dari mertuanya itu. Rumah yang entah memiliki ukuran berapa meter persegi. Rumah ini sangat besar dan mewah. Bahkan jauh lebih besar dari rumah yang ditempatinya dengan Kaivan.“Mengagumi rumah ini?” Elisa menatap Krystal yang sejak tadi tak henti menatap keindahan taman belakang rumahnya. Nada bicaranya pelan namun terdengar angkuh.Krystal tersenyum. “Rumah Bibi sangat indah.”Elisa menatap dingin Krystal. Melihat seluruh penampilan wanita yang ad di hadapannya ini. Ya, Elisa mengakui Krystal memiliki wajah yang sangat cantik. Kulit putih bersih. Penampilannya pun modern dan tidak memalukan. Andai saja Krystal lahir dari keluarga yang terpandang, mungkin dirinya akan memberikan restu.“Aku dengar kedua orang tuamu sudah tiada?” Elisa memulai percakapannya. Meski dia telah mengetahui tentang Krystal da
“Kai…”Suara lembut Krystal memanggil Kaivan ketika dirinya dan Kaivan telah memasuki kamar mereka. Ya, sepulang dari rumah orang tua Kaivan; Kaivan langsung membawa Krystal pulang. Tampak wajah Kaivan yang masih kesal dan marah. Bahkan sepanjang perjalanan Kaivan tidak berbicara sepatah kata pun pada Krystal. Pun Krystal memilih diam. Namun, lain halnya ketika tiba di rumah. Krystal tidak bisa jika Kaivan hanya diam.“Gantilah baju, Krys. Setelah itu istirahat. Aku ingin ke ruang kerjaku.” Kaivan berucap dengan nada dingin dan raut wajah tanpa ekspresi. Didetik selanjutnya, Kaivan hendak meninggalkan Krystal. Namun dengan cepat Krystal menahan lengan Kaivan. Mencegah suaminya itu untuk pergi.“Kai, kamu marah, ya?” ucap Krystal pelan. Dia menggigit bibir bawahnya, sedikit takut melihat raut wajah Kaivan yang tampak menyeramkan jika marah.Kaivan mengembuskan napas kesal. Meredakan amarah dalam dirinya. “Kenapa kamu hanya diam ketika ibuku mengatakan itu padamu, Krys? Harusnya kamu me
Beberapa bulan kemudian … Madrid, Spain. Krystal melangkah menelusuri kota Madrid bersama dengan sang suami yang selalu ada di sisinya. Tampak tatapan Krystal dan Kaivan menatap Kenard dan Kaindra yang tengah berlari-lari menikmati keindahan kita Madrid. Ya, usia kandungan Krystal saat ini memasuki minggu ke dua puluh sembilan. Perutnya kian membuncit. Dia bersama dengan suami sekaligus anak-anaknya tengah menikmati liburan sekaligus babymoon di Madrid. Kandungan Krystal sehat bahkan sangat sehat. Dokter pun mengizinkan Krystal untuk berpergian ke luar negeri. Itu yang membuat Kaivan membawa istri dan anak-anaknya pergi berlibur.“Kai … Kenard dan Kaindra senang sekali setiap kali kita ajak mereka berlibur,” ujar Krystal seraya memeluk lengan sang suami. Sesaat Krystal memejamkan matanya kala embusan angin menyentuh kulitnya.Kaivan tersenyum kala mendengar ucapan sang istri. “Aku juga senang jika melihat anak-anak kita menikmati liburan mereka.”Krystal mengalihkan pandangannya, me
“Papa … Mama … hari ini kita mau ke mana?” Suara Kenard dan Kaindra bertanya seraya menatap Kaivan dan Krystal. Tampak kedua bocah laki-laki itu sudah tampan dan rapi. Celana pendek dan kaus berwarna hitam dengan logo LV membuat Kenard dan Kaindra begitu menggemaskan.“Hari ini kalian akan melihat adik kalian, Sayang. Apa kalian mau?” Krystal mengelus lembut kedua pipi Kenard dan Kaindra. Ya, hari ini adalah hari di mana Krystal sudah dijadwalkan memeriksa kandungannya. Tentu Krystal sudah tak sabar ingin tahu bayi yang ada di kandungannya itu laki-laki atau perempuan. Sebenarnya Krystal hanya penasaran saja. Mengingat selama ini Kaivan begitu yakin kalau bayi yang ada di kandungannya ini adalah perempuan. Fokus utama Krystal memeriksakan kandungannya karena memang dirinya ingin tahu tumbuh kembang bayinya. Dan apa pun jenis kelamin anaknya nanti tetap membuat Krystal bersyukur.“Hari ini kami melihat adik?” Kenard dan Kaindra bertanya dengan kompak. Kedua bocah laki-laki itu begitu b
Barcelona, Spain. Suara tangis bocah perempuan sontak membuat Maya yang baru saja menuruni tangga—dan langsung mempercepat langkahnya menghampiri putrinya yang ada di taman. Tampak wajah Maya panik mendengar tangis putrinya yang keras.“Rania? Sayang kamu kenapa?” Maya menghampiri putrinya yang duduk di taman sambil menangis.“Nyonya.” Sang pengasuh menyapa Maya dengan sopan.“Ada apa dengan putriku? Kenapa Rania menangis seperti ini?” Maya bertanya seraya duduk di samping putrinya yang masih terus menangis. Maya pun segera memeluk erat putri kecilnya itu.“Maaf, Nyonya. Nona Rania menangis karena tangannya digigit semut. Tapi saya sudah memberikan minyak kayu putih di tangan Nona Rania, Nyonya,” ujar sang pengasuh sopan.Maya mengembuskan napas panjang kala mendengar ucapan sang pengasuh. “Kamu boleh pergi sekarang. Biar aku yang menenangkan putriku.”“Baik, Nyonya. Kalau begitu saya permisi.” Sang pelayan menundukan kepalanya, lalu pamit undur diri dari hadapan Maya.“Mama … sakit,
Pantai Matira, Pulau Bora-bora “Darwin … Daisy … berenangnya jangan jauh-jauh, Sayang. Pelan-pelan, Nak.”Suara Felicia menegur kedua anak-anaknya itu yang berenang semakin jauh darinya. Tampak Felicia mulai mendengkus sebal. Kedua anak-anaknya itu sangat keras kepala. Seperti saat ini ketika Felicia mengatakan jangan berenang jauh malah kedua anak-anaknya itu berenang semakin jauh. Sungguh, setiap hari Felicia harus memiliki stock kesabaran yang banyak.“Sayang … biarkan Darwin dan Daisy berenang. Mereka hebat dalam berenang. Kamu tidak perlu khawatir, Sayang.” Arya merengkuh bahu Felicia sembari memberikan kecupan di puncak kepela istrinya itu.Ya, kini Aryan dan Felicia tengah berlibur ke Pantai Matira, Pulau Bora-bora. Mereka berdua berenang bersama dengan kedua anak-anak mereka. Felicia yang memakai bikini seksi dan Aryan bertelanjang dada. Mereka berdua berjemur di bawah sinar matahari sekaligus berendam di air.Darwin Mahendra Dwitama adalah anak laki-laki pertama Aryan dan Fe
Lima tahun berlalu … “Mama … itu Papa … yeay! Papa ada di televisi. Papa … Papa … Papa …”Suara Kenard dan Kaindra memekik kegirangan melihat Kaivan tengah di wawancarai. Tampak kedua bocah laki-laki itu begitu bangga sekaligus senang setiap kali melihat ayah mereka berada di televisi.Ya, Kenard Bastian Mehendra anak pertama laki-laki Kaivan dan Krystal ini kini berusia enam tahun. Sedangkan Kaindra Bastian Mehendra anak kedua laki-laki Kaivan dan Krystal berusia tiga tahun. Well, tak hanya itu saja tapi saat ini Krystal pun tengah hamil lima belas minggu. Bagi Krystal kehamilan yang ketiga merupakan kecolongan. Pasalnya Krystal hanya menginginkan dua anak saja tapi kenyataannya Krystal kecolongan hamil anak ketiga. Alasan bisa kecolongan karena Krystal lupa minum pil KB. Pun Kaivan selama ini setiap kali melakukan hubungan suami istri dengannya tidak pernah memakai pengaman. Kaivan selalu bilang kalau pria itu tidak melarat jadi tidak masalah memiliki anak banyak. Sedangkan Krystal
Beberapa bulan kemudian …“Makanan apa ini? Kenapa membuatku mual sekali?” Suara Felicia berseru kala baru saja memakan udang bakar—yang dia minta pelayan untuk membuatnya.“Nyonya, ini menu udang bakar yang biasa Anda makan. Bumbunya masih tetap sama, Nyonya. Tidak ada yang saya ganti,” jawab sang pelayan dengan sopan.Felicia menyingkirkan piring yang berisikan udang bakar itu. “Aromanya membuatku mual. Kamu pasti menambahkan bumbu yang berbeda.”Sang pelayan menggarukan kepalanya tak gatal. Tampak wajah sang pelayan menjadi bingung. Pasalnya dia tidak menambahkan bumbu yang berbeda. Udang bakar yang dia sajikan adalah udang bakar yang sama seperti biasa disajikan.“Ada apa ini?” Aryan melangkah masuk ke dalam kamar. Pria itu mendengar seperti suara sang istri tengah kesal.“Tuan.” Sang pelayan segera menundukan kepalanya kala melihat Aryan datang.Felicia mengalihkan pandangannya, menatap Aryan yang baru saja datang. “Sayang, pelayan ini memberikanku udang bakar dengan bumbu berbed
Suara tepuk tangan riuh terdengar di ballroom hotel. Tampak para tamu undangan semuanya menatap Hans dan Maya yang tengah berciuman di altar. Ya, kini Hans dan Maya telah resmi menjadi sepasang suami istri. Semua keluarga serta para tamu undangan pun turut berbahagia atas pernikahan Hans dan Maya.Kilat kamera memenuh ballroom hotel. Menyorot pada dua insan yang tengah berbahagia. Tak hanya menyorot pada Hans dan Maya saja tetapi juga menyorot pada Aryan dan Felicia serta, Kaivan dan Krystal. Lebih tepatnya para wartawan itu begitu banyak menyorot Kaivan dan Krystal. Pasalnya, sejak tadi memang Kaivan dan Krystal banyak mengundang perhatian para wartawan. Terutama Kenard yang berada digendongan Kaivan. Tentu, tak heran jika Kenard menjadi sorotan. Pasalnya pernikahan Kaivan dan Krystal banyak sekali memiliki masalah sampai menjadikan mereka berdua menjadi sebuah berita yang hangat diperbincangkan.Pernikahan Hans dan Maya terbilang sangat mewah dan meriah. Beberapa rekan bisnis Hans d
Sebuah gaun berwarna pastel membalut tubuh Krystal tampak sangat indah dan memukau. Make up flawless di wajah Krystal membuatnya sangat cantik dan terlihat fresh. Ya, kini Krystal baru saja selesai dirias. Gaun yang membalut tubuhnya sangat anggun dan menawan. Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh semua orang. Di mana hari ini Hans dan Maya akan melangsungkan pernikahan.Terkadang jodoh memang datang secara tiba-tiba dan tak disangka-sangka. Seperti kali ini Krystal tak menyangka kalau kejadian waktu di mana Kenard diculik—membuat Hans dan Maya semakin dekat. Hubungan Hans dan Maya masih terbilang baru. Tapi nyatanya Hans dan Maya ingin segera meresmikan hubungan mereka ke sebuah jenjang menuju kebersamaan masa depan. Tentu Krystal bahagia. Karena memang Krystal berharap Maya mendapatkan jodoh yang terbaik. Setelah luka yang didapatkan Maya pada akhirnya, takdir membawa Maya pada seorang pria yang baik dan bertanggung jawab. Dan Krystal bisa melihat dari mata Hans; pria itu
Menjelang pernikahan Hans dan Maya, Krystal pun sibuk membantu persiapan pernikahan teman baiknya itu. Bukan hanya Krystal yang membantu persiapan pernikahan Hans dan Maya tetapi Felicia juga turut membantu. Well, tentunya jika berurusan dengan Felicia hal mudah akan menjadi sulit. Seperti contoh model gaun yang dipakai oleh Felicia harusnya bermodel kemben. Tapi tiba-tiba Felicia merubah model gaunnya ingin menjadi one of shoulder. Ya, dalam hal ini Krystal dan Maya sudah tidak lagi terkejut. Karena memang baik Krystal atau Maya sudah mengenal sifat Felicia. Terutama Krystal, dia sangat mengenal baik adik iparnya itu. Kejadian ini sama seperti Felicia menikah dengan Aryan. Dulu, Felicia sampai memesan banyak gaun pengantin akibat Felicia yang tiba-tiba merubah model gaun pengantinnya.“Nyonya Krystal.” Seorang pelayan menghampiri Krystal yang tengah sibuk pada iPad di tangannya. Pagi ini Krystal disibukan membaca email dari manager restoran. Selama ini memang yang memeriksa laporan k