“Kaivan? Kamu sudah pulang?”Krystal tersenyum hangat kala melihat Kaivan melangkah masuk ke dalam kamar. Tatapannya menatap lembut Kaivan. Kemudian, Krystal mendekat dan membantu sang suami melepaskan jas dan dasi Kaivan—lalu meletakan jas dan dasi itu ke tempat pakaian kotor.“Kenapa kamu belum tidur, Krys? Ini sudah malam,” ujar Kaivan sembari membelai pipi Krystal.“Aku tidak bisa tidur, Kai. Aku menunggumu pulang.” Krystal menjawab dengan nada pelan dan tersirat mecemaskan.Ya, hari ini ketika Kaivan pergi ke rumah keluarganya; Krystal tidak bisa tenang. Takut, cemas, khawatir, melebur menjadi satu. Semua bayang-bayang negative tak lepas dari benak Krystal. Yang paling Krystal takutkan adalah kemarahan keluarganya. Jujur saja, Krystal tahu dirinya begitu egois kerana dirinya bukan hanya melukai Livia. Melainkan melukai hati keluarga besar Kaivan juga melukai hati keluarga besar Livia. Namun, Krystal pun tak memiliki pilihan lain. Perasaannya pada Kaivan begitu dalam dan kuat. Mun
Read more