“Akh—” Krystal meringis kala Kaivan melepaskan cengkramannya dengan kasar. Terlihat pergelangan tangan Krystal begitu merah akibat cengkraman tangan Kaivan itu.“Kenapa kamu berani berpelukan dengan teman dari suamimu sendiri, Krystal! Di mana letak harga dirimu!” teriak Kaivan begitu menggelegar. Ya, dia tak memedulikan meski ucapannya begitu sarkas dan tajam.Mata Krystal memanas mendengar ucapan sarkas Kaivan yang seolah dirinya tak lagi memiliki harga diri. Sorot mata Krystal langsung terhunus tajam pada Kaivan yang terlihat begitu marah.“Harga diri? Kamu mempertanyakan di mana harga diriku?” seru Krystal dengan nada meninggi. “Sejak di mana kamu menjadikanku istri simpanan, harga diriku sudah hancur, Kaivan! Sekarang pemberitaan di media selalu membahas tentang kita! Semua orang akan menghinaku dan merendahkanku yang telah merusak rumah tanggamu dengan istri tercintamu itu! Jadi kamu tidak perlu lagi mempertanyakan di mana letak harga diriku!”Kaivan menggeram. Rahangnya mengeta
Kaivan menatap Krystal yang tengah tertidur begitu pulas dengan tubuh polos yang hanya terbalut oleh selimut tebal. Sesaat Kaivan terdiam ketika mengingat perkataan Krystal. Memiliki dua istri adalah hal yang tidak mungkin.Kaivan tidak menyangka dirinya akan begitu menginginkan Krystal. Bahkan rasanya Kaivan tidak rela melepas Krystal. Sedangkan pernikahanya dengan Krystal bisa terjadi karena Livia yang terus memaksanya menikah lagi demi mendapatkan keturunan.Namun, kenyataan membawa Kaivan di hadapkan oleh pilihan rumit. Livia adalah wanita yang tidak pernah Kaivan cintai, tetapi sudah empat tahun Livia menemani dirinya. Dan Krystal adalah wanita yang dia inginkan. Satu-satunya wanita yang mampu membuat hidup Kaivan berbeda dari sebelumnya. Tak dipungkiri, Kaivan benar-benar merasa berbeda sejak hadirnya Krystal di dalam hidupnya. Kaivan bangkit berdiri—dia memakaikan kembali pakaiannya. Tatapannya masih tetap menatap Krystal yang tengah tertidur pulas. Didetik selanjutnya, Kaiva
*Krystal maaf pagi ini aku berangkat lebih awal karena ada meeting penting. Kamu tidur terlalu pulas, aku tidak mungkin membangunkanmu. Hari ini aku sudah meminta Doni datang menjemputmu ke rumah sakit. Kamu bisa menjenguk adikmu tapi tidak bisa lama. Di luar masih banyak wartawan yang selalu mencarimu.*Krystal tersenyum kala membaca pesan masuk dari Kaivan. Ya, saat baru bangun—Krystal memang sudah diberitahu oleh pelayan kalau Kaivan berangkat lebih awal karena ada meeting penting. Dan yang membuat Krystal sumiringah bahagia adalah dirinya diperbolehkan Kaivan menjenguk adiknya. Sudah sejak kemarin Krystal resah kerena masih belum bisa menjenguk sang adik.Didetik selanjutnya, Krystal mulai membalas pesan dari Kaivan…*Iya, Kai. Terima kasih sudah memperbolehkanku menjenguk adikku. Aku janji tidak akan lama. Nanti aku akan langsung pulang. Kamu jangan lupa makan, ya, Kai—Krystal.*Setelah membalas pesan Kaivan; Krystal langsung melangkah menuju walk-in closet untuk mengganti pakaia
Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, Krystal tak banyak bicara. Hanya sesekali menjawab pertanyaan Kaivan. Sebelum menuju rumah sakit, Kaivan meminta Doni untuk pulang. Ya, seharusnya memang yang mengantar Krystal adalah Doni. Tetapi karena Kaivan membatalkan meeting, akhirnya pria itu meminta Doni untuk kembali ke kantor menggantikan pekerjaannya yang tertunda. Pun Krystal hanya menurut. Krystal tidak berkomentar apa pun. Meski sebenarnya dalam benak Krystal banyak memikirkan sesuatu, tapi Krystal enggan untuk menyuarakan apa yang ada dipikirannya saat ini. Diam adalah hal yang terbaik.Kaivan yang sejak tadi tengah melajukan mobil—dia sesekali melirik Krystal. Krystal hanya melihat keluar jendela dan tak mau bicara. Kaivan tahu Krystal tengah mendiaminya. Namun Kaivan memilih untuk tidak membahas tentang Livia saat ini.Tak berselang lama, mobil yang dilajukan Kaivan mulai memasuki halaman parkir rumah sakit. Kaivang lebih dulu turun dari mobil—lalu dia membuka pintu untuk Kryst
“Nona, Anda sudah minum terlalu banyak. Jangan minum lagi, Nona. Nanti Anda akan kesulitan pulang dalam keadaan seperti ini.”Sang bartender menegur Livia yang sejak tadi tidak henti menegak vodka. Meski sudah terlihat mabuk tetapi Livia belum juga tumbang. Well… Livia memang mabuk tapi dia masih sanggup menegak alkohol berbotol-botol sekali pun. Untuk masalah alkohol, Livia sangat bersahabat. Hanya beberapa kali saja dia pernah tumbang. Itu pun disebabkan dirinya yang semalaman menegak alkohol.“Jangan mencemaskanku. Aku bisa mengatasi diriku sendiri,” ucap Livia yang terus menegak vodka di tangannya.Ya, kini Livia berada di salah satu klub malam ternama di Jakarta. Wanita itu tak memilih kursi VIP seperti biasanya. Dia hanya duduk di kursi tepat di depan bartender. Menikmati suara detuman musik. Sesekali Livia menari dengan tubuhnya yang indah itu kala sang DJ memutar musik jazz. Tampak para pengunjung terlihat begitu bahagia menikmati hidup mereka. Menari dengan bebas di lantai da
“Minta keluarga Livia dan juga Livia untuk datang ke rumah keluargaku. Satu jam lagi aku akan ke sana. Katakan pada mereka tunggu sampai aku datang.”Kaivan berucap tegas memerintah pada Doni kala panggilannya terhubung. Kemudian, dia menutup panggilan itu tanpa menunggu respon dari Doni. Ya, Kaivan tahu Doni tidak akan lamban dalam menjalankan perintahnya.Kaivan menyandarkan punggungnya di kursi kerjanya yang ada di ruang kerjanya. Dia memejamkan mata lelah. Sesaat Kaivan memilih untuk menutup matanya. Pikirannya saat ini ingin segera menyelesaikan kekacauan yang terjadi. Kekacauan yang dirinya sendiri buat. Kaivan tak menyangka akan seperti ini. Dia tidak bisa melepas Krystal. Ada rasa bersalah dalam diri Kaivan pada Livia. Namun, dia akan jauh lebih menyakiti jika mempertahankan Livia. Bagaimanapun, Kaivan ingin Livia mendapatkan pria yang memang benar mencintainya dan menginginkannya.Empat tahun Kaivan pernah mencoba menjalani kehidupan normal sepasang suami istri dengan Livia,
“Rasanya sudah cukup aku mengikuti keinginan kalian semua. Empat tahun sudah cukup lama. Biarkan saat ini aku menentukan kebahagiaanku. Aku memutuskan bercerai dengan Livia. Livia berhak mendapatkan pria yang mencintainya dan menginginkannya. Dan itu bukanlah aku.”Suara Kaivan berucap penuh ketegasan dan tersirat keputusan final. Ya, semua orang yang ada di sana terkejut mendengar ucapan Kaivan.“Apa maksudmu, Kaivan!” seru Farel dengan keras.“Kaivan! Jelaskan apa maksudmu!” cerca Elisa dengan tatapan terhunus tajam.“Kaivan, kamu hanya bercanda, kan?” Poppy menatap cemas Kaivan.“Kaivan pasti hanya bercanda,” sambung Roy yang masih berusaha untuk tetap tenang.“Kaivan! Kamu tidak mungkin meninggalkanku, kan! Katakan padaku, Kaivan!” Livia memukul dada Kaivan dengan sekuat tenaga. Dan Kaivan membiarkan itu. Kaivan membiarkan Livia meluapkan amarahnya. “Jawab, Kaivan! Jangan hanya diam! Kamu pasti tidak mungkin meninggalkanku, kan?” isaknya keras.Kaivan bergeming. Didetik selanjutny
“Kaivan? Kamu sudah pulang?”Krystal tersenyum hangat kala melihat Kaivan melangkah masuk ke dalam kamar. Tatapannya menatap lembut Kaivan. Kemudian, Krystal mendekat dan membantu sang suami melepaskan jas dan dasi Kaivan—lalu meletakan jas dan dasi itu ke tempat pakaian kotor.“Kenapa kamu belum tidur, Krys? Ini sudah malam,” ujar Kaivan sembari membelai pipi Krystal.“Aku tidak bisa tidur, Kai. Aku menunggumu pulang.” Krystal menjawab dengan nada pelan dan tersirat mecemaskan.Ya, hari ini ketika Kaivan pergi ke rumah keluarganya; Krystal tidak bisa tenang. Takut, cemas, khawatir, melebur menjadi satu. Semua bayang-bayang negative tak lepas dari benak Krystal. Yang paling Krystal takutkan adalah kemarahan keluarganya. Jujur saja, Krystal tahu dirinya begitu egois kerana dirinya bukan hanya melukai Livia. Melainkan melukai hati keluarga besar Kaivan juga melukai hati keluarga besar Livia. Namun, Krystal pun tak memiliki pilihan lain. Perasaannya pada Kaivan begitu dalam dan kuat. Mun