“Nyonya, ada apa, Nyonya? Kenapa Anda terlihat cemas?” Suara Dita bertanya kala melihat wajah gelisa Livia. Ditambah sejak tadi Livia mondar-mandir tidak jelas disertai dengan umpatan-umpatan kasar keluar dari mulutnya. Terlihat Dita bingung melihat Livia yang marah dan kesal.Livia menghempaskan tubuhnya ke sofa. Lalu dia memejamkan mata kesal. Jika ibu hamil duduk dengan berhati-hati. Lain halnya dengan Livia yang tak memedulikan lagi.“Nyonya, Anda sedang hamil. Ibu hamil dilarang memikirkan beban berat, Nyonya. Terakhir dokter mengatakan, Anda harus menjaga dengan baik kandungan Anda, Nyonya,” tutur Dita mengingatkan Livia.“Aku tidak peduli lagi dengan anak sialan ini. Lebih baik mati saja tidak apa-apa!” tukas Livia dengan penuh emosi. Sorot matanya menajam. Rahang mengetat. Tangannya terkepal begitu kuat. Amarah dalam dirinya benar-benar tak mampu tertahan. Livia bagaikan sebuah benda yang terkena bensin dan terbakar api.Tampak kerutan di kening Dita melihat kemarahan Livia y
“Siapa pria itu, Livia?”Suara Elisa bertanya dengan nada pelan dan tersirat tegas. Tatapannya tak lepas menatap sosok pria yang melangkah mendekat padanya. Elisa bisa melihat sosok pria itu terus menatap menantunya. Tatapan yang terlihat seperti begitu mengenal Livia.Livia pucat mendengar pertanyaan ibu mertuanya. “Ah, itu—”“Selamat siang, Nyonya Elisa Mahendra. Suatu kehormatan bagiku bertemu denganmu. Aku tidak menyangka kamub tengah bersama dengan Livia.” Pria itu menyapa Elisa. Memotong ucapan Livia.‘Sialan!’ umpat Livia yang memendung emosinya.Elisa mengamati lekat-lekat pria yang ada di hadapannya. “Maaf, kamu siapa? Apa kita pernah mengenal sebelumnya?” tanyanya yang bingung kala pria yang ada di hadapannya ini mengenal dirinya.“Mama, dia—”“Liam Baskara. Putra tunggal Juan Baskara.” Liam kembali memotong ucapan Livia. Tampak pria itu begitu santai kala mengenalkan dirinya sendiri.Livia tak henti mengumpat dalam hati kala Liam begitu berani memperekenalkan diri di depan
“Sialan!”Kaivan menggeram melihat rekaman CCTV yang ada di hadapannya. Sorot mata Kaivan terhunus begitu tajam. Rahangnya mengetat. Umpatan kasar terlontar di mulutnya. Ya, di rekaman CCTV itu Livia berada di sebuah klub malam bersama dengan seorang pria. Dan dengan berani pria itu mencium bibir Livia. Kaivan tidak cemburu. Tentu dia tidak cemburu. Selama ini Kaivan tidak pernah peduli dengan apa yang dilakukan oleh Livia. Namun, hal yang Kaivan benci adalah ketika Livia bersikap munafik di hadapannya seolah wanita itu adalah korban. Selain itu Livia pun masih menjadi istrinya—yang mana Livia masih menggunakan nama ‘Mahendra’ di belakang namanya. Ini sama saja Livia telah mempermalukannya!Kini Kaivan menggeser posisi rekaman CCTV agar terlihat jelas wajah sang pria yang tengah mencium Livia itu. Dia memperbesar hasil rekaman CCTV itu—Kaivan menautkan alisnya. Tiba-tiba, sepasang iris mata Kaivan menatap terkejut wajah sosok pria yang tengah mencium Livia.“Liam Baskara,” desis Kaiva
Saat pagi menyapa, Krystal duduk di sofa seraya menatap truffle pasta yang dibuatkan oleh pelayan. Dia duduk bersama dengan Kaivan—yang tengah menikmati sarapan. Entah kenapa Krystal tidak mau makan. Krystal rasanya enggan untuk memasukan makanan ke dalam mulutnya. Bukan hanya truffle pasta, tapi di hadapan Krystal juga ada nasi goreng cumi yang dibuatkan oleh pelayan. Namun, tidak ada satu pun makanan yang disentuh oleh Krystal. Ya, pagi ini Kaivan meminta pelayan untuk membuatkan truffle pasta. Pun Kaivan juga meminta pelayan untuk membuatkan nasi goreng cumi. Kaivan sengaja meminta pelayan menyajikan beberapa menu makanan. Mengingat Krystal sedang tidak ingin makan. Tetapi sayangnya Krystal tetap tidak mau makan. Krystal hanya mau meminum jus saja.“Krystal, kenapa kamu tidak mau sarapan? Apa kamu tidak suka dengan makanannya?” tanya Kaivan seraya menatap Krystal yang tampak enggan untuk makan.“Aku minum jus saja, Kai. Aku sedang tidak ingin makan,” jawab Krystal pelan.Kaivan men
“Akh, Kaivan, sakit… Tanganku sakit. Kamu menyakitiku, Kaivan.” Suara rintihan Livia kala Kaivan menarik kasar tangannya. Ya, mereka berada di rumah sakit. Tanpa belas kasihan Kaivan menarik kasar tangan Livia dan tak memedulikan rintihan Livia.“Kaivan, kemarin aku sudah memeriksakan anak kita. Lebih baik kita pulang saja, Kaivan. Kamu pasti sibuk,” ucap Livia yang berusaha membujuk Kaivan. Dia memperlambat langkahnya agar tidak langsung tiba di dokter kandungan. Dalam hati, jantung Livia berdegup kencang. Bahkan, Livia pun tak bisa menghubungi Dita. Kaivan menyeretnya seperti ini. Tidak mungkin Livia bisa menghubungi Dita. Tampak wajah Livia pucat pasi ketakutan.“Diam, Livia!” seru Kaivan menegaskan.Saat tiba di depan ruang dokter kandungan, Kaivan terus menarik kasar tangan Livia—masuk ke dalam ruang pemeriksaan. Sebelumnya Kaivan memang sudah meminta Doni untuk mengurus bahwa dia akan membawa Livia ke dokter kandungan.“Selamat pagi, Tuan Kaivan, Nyonya Livia,” sapa sang dokter
“Aku rasa semua suami akan menyakiti istrinya ketika tahu istrinya mengandung anak dari pria lain.”Bagai tersambar petir, semua orang yang ada di sana terkejut mendengar apa yang diucapkan oleh Kaivan. Baik kedua orang tua Kaivan dan kedua orang tua Livia kini menghunuskan tatapan yang begitu tajam dengan Kaivan. Sedangkan Livia hanya terus menangis dan berucap sepatah kata pun.“Apa maksud ucapanmu, Kaivan! Jaga bicaramu! Kamu sama saja memfitnah istrimu sendiri!” bentak Farel keras. Dia menggeram, menatap putranya dengan amarah yang seolah akan meledak.Napas Roy memburu. Dia tidak terima dengan tuduhan Kaivan. “Caramu ini sangat licik, Kaivan! Kamu memfitnah putriku! Aku bisa menuntutmu, Kaivan!” serunya tak terima dengan apa yang dituduhkan Kaivan pada putri tunggalnya.Kaivan tersenyum sinis kala mendengar ucapan ayahnya dan Roy—ayah Livia. Kaivan bahkan tak mengidahkan ucapan Farel dan Roy. Yang Kaivan lakukan saat ini hanya melihat ekspresi wajah Livia. Tidak ada yang dilakuka
Huekkkk…. Huekkkkkk…Krystal memuntahkan semua makanan yang baru saja dia makan ke wastafel. Beruntung tadi Krystal bisa berlari dengan cepat menuju wastafel. Jika tidak mungkin Krystal sudah pasti memuntahkan makanannya ke lantai.“Astaga, Nyonya kenapa?” Sang pelayan yang berada di ambang pintu ruang makan, segera berlari menghampiri Krystal.Krystal memutar keran wasfatel, membasuh mulutnya dengan air bersih. “Aku tidak apa-apa. Mungkin hanya pusing sedikit saja,” ucapnya yang merasakan kepalanya memberat. Perutnya seakan diaduk.“Nyonya, ayo kita duduk. Saya buatkan teh hangat agar Nyonya lebih baik,” kata sang pelayan dengan sopan dan hangat seraya membantu Krystal duduk di kursi meja makan. Kemudian sang pelayan segera membuatkan teh untuk Krystal.Krystal memijat pelipisnya. Kepalanya benar-benar pusing. Tidak biasanya dia mual sekali. Padahal tadi baru saja dia makan sedikit. Ya, kejadian di mana Krystal memuntahkan makanannya saat dirinya tengah menikmati salmon panggang yang
Kabar perceraian Kaivan dan Livia telah berhasil menjadi pemberitaan hangat para media. Banyaknya desas desus di mana pemberitaan Kaivan dan Livia sama-sama berselingkuh. Hampir semua stasiun televisi menyiarkan skandal mereka berdua. Publik yang awalnya menyalahkan Krystal dan mengujat Krystal, kini publik pun ikut menghujat Livia karena sama saja dengan Kaivan yang kabarnya berselingkuh. Hingga detik ini Kaivan memang masih belum mau buka suara tentang hubungannya dengan Krystal. Kaivan membiarkan publik menggiring opininya masing-masing. Paling tidak sampai proses perceraiannya dengan Livia selesai.Setiap kali Kaivan diminta keterangan oleh media maka Kaivan hanya menjawab baik dirinya dan Livia telah menemukan hal yang terbaik untuk mereka berdua. Pun Kaivan meminta untuk tidak menyangkut pautkan orang ketiga dalam hubungan mereka. Kaivan mengatakan dia dan Livia memang tidak pernah saling mencintai. Pernikahan mereka terjadi karena perjodohan. Bukan tanpa alasan Kaivan tidak ing