Saat pagi menyapa, Krystal duduk di sofa seraya menatap truffle pasta yang dibuatkan oleh pelayan. Dia duduk bersama dengan Kaivan—yang tengah menikmati sarapan. Entah kenapa Krystal tidak mau makan. Krystal rasanya enggan untuk memasukan makanan ke dalam mulutnya. Bukan hanya truffle pasta, tapi di hadapan Krystal juga ada nasi goreng cumi yang dibuatkan oleh pelayan. Namun, tidak ada satu pun makanan yang disentuh oleh Krystal. Ya, pagi ini Kaivan meminta pelayan untuk membuatkan truffle pasta. Pun Kaivan juga meminta pelayan untuk membuatkan nasi goreng cumi. Kaivan sengaja meminta pelayan menyajikan beberapa menu makanan. Mengingat Krystal sedang tidak ingin makan. Tetapi sayangnya Krystal tetap tidak mau makan. Krystal hanya mau meminum jus saja.“Krystal, kenapa kamu tidak mau sarapan? Apa kamu tidak suka dengan makanannya?” tanya Kaivan seraya menatap Krystal yang tampak enggan untuk makan.“Aku minum jus saja, Kai. Aku sedang tidak ingin makan,” jawab Krystal pelan.Kaivan men
“Akh, Kaivan, sakit… Tanganku sakit. Kamu menyakitiku, Kaivan.” Suara rintihan Livia kala Kaivan menarik kasar tangannya. Ya, mereka berada di rumah sakit. Tanpa belas kasihan Kaivan menarik kasar tangan Livia dan tak memedulikan rintihan Livia.“Kaivan, kemarin aku sudah memeriksakan anak kita. Lebih baik kita pulang saja, Kaivan. Kamu pasti sibuk,” ucap Livia yang berusaha membujuk Kaivan. Dia memperlambat langkahnya agar tidak langsung tiba di dokter kandungan. Dalam hati, jantung Livia berdegup kencang. Bahkan, Livia pun tak bisa menghubungi Dita. Kaivan menyeretnya seperti ini. Tidak mungkin Livia bisa menghubungi Dita. Tampak wajah Livia pucat pasi ketakutan.“Diam, Livia!” seru Kaivan menegaskan.Saat tiba di depan ruang dokter kandungan, Kaivan terus menarik kasar tangan Livia—masuk ke dalam ruang pemeriksaan. Sebelumnya Kaivan memang sudah meminta Doni untuk mengurus bahwa dia akan membawa Livia ke dokter kandungan.“Selamat pagi, Tuan Kaivan, Nyonya Livia,” sapa sang dokter
“Aku rasa semua suami akan menyakiti istrinya ketika tahu istrinya mengandung anak dari pria lain.”Bagai tersambar petir, semua orang yang ada di sana terkejut mendengar apa yang diucapkan oleh Kaivan. Baik kedua orang tua Kaivan dan kedua orang tua Livia kini menghunuskan tatapan yang begitu tajam dengan Kaivan. Sedangkan Livia hanya terus menangis dan berucap sepatah kata pun.“Apa maksud ucapanmu, Kaivan! Jaga bicaramu! Kamu sama saja memfitnah istrimu sendiri!” bentak Farel keras. Dia menggeram, menatap putranya dengan amarah yang seolah akan meledak.Napas Roy memburu. Dia tidak terima dengan tuduhan Kaivan. “Caramu ini sangat licik, Kaivan! Kamu memfitnah putriku! Aku bisa menuntutmu, Kaivan!” serunya tak terima dengan apa yang dituduhkan Kaivan pada putri tunggalnya.Kaivan tersenyum sinis kala mendengar ucapan ayahnya dan Roy—ayah Livia. Kaivan bahkan tak mengidahkan ucapan Farel dan Roy. Yang Kaivan lakukan saat ini hanya melihat ekspresi wajah Livia. Tidak ada yang dilakuka
Huekkkk…. Huekkkkkk…Krystal memuntahkan semua makanan yang baru saja dia makan ke wastafel. Beruntung tadi Krystal bisa berlari dengan cepat menuju wastafel. Jika tidak mungkin Krystal sudah pasti memuntahkan makanannya ke lantai.“Astaga, Nyonya kenapa?” Sang pelayan yang berada di ambang pintu ruang makan, segera berlari menghampiri Krystal.Krystal memutar keran wasfatel, membasuh mulutnya dengan air bersih. “Aku tidak apa-apa. Mungkin hanya pusing sedikit saja,” ucapnya yang merasakan kepalanya memberat. Perutnya seakan diaduk.“Nyonya, ayo kita duduk. Saya buatkan teh hangat agar Nyonya lebih baik,” kata sang pelayan dengan sopan dan hangat seraya membantu Krystal duduk di kursi meja makan. Kemudian sang pelayan segera membuatkan teh untuk Krystal.Krystal memijat pelipisnya. Kepalanya benar-benar pusing. Tidak biasanya dia mual sekali. Padahal tadi baru saja dia makan sedikit. Ya, kejadian di mana Krystal memuntahkan makanannya saat dirinya tengah menikmati salmon panggang yang
Kabar perceraian Kaivan dan Livia telah berhasil menjadi pemberitaan hangat para media. Banyaknya desas desus di mana pemberitaan Kaivan dan Livia sama-sama berselingkuh. Hampir semua stasiun televisi menyiarkan skandal mereka berdua. Publik yang awalnya menyalahkan Krystal dan mengujat Krystal, kini publik pun ikut menghujat Livia karena sama saja dengan Kaivan yang kabarnya berselingkuh. Hingga detik ini Kaivan memang masih belum mau buka suara tentang hubungannya dengan Krystal. Kaivan membiarkan publik menggiring opininya masing-masing. Paling tidak sampai proses perceraiannya dengan Livia selesai.Setiap kali Kaivan diminta keterangan oleh media maka Kaivan hanya menjawab baik dirinya dan Livia telah menemukan hal yang terbaik untuk mereka berdua. Pun Kaivan meminta untuk tidak menyangkut pautkan orang ketiga dalam hubungan mereka. Kaivan mengatakan dia dan Livia memang tidak pernah saling mencintai. Pernikahan mereka terjadi karena perjodohan. Bukan tanpa alasan Kaivan tidak ing
Suara isak tangis Livia menggema memenuhi ruang kerjanya. Ya, kini Livia meringkuk dan tak henti menangis kala melihat pemberitaan di media. Bercerai dengan Kaivan bagaikan mimpi buruk yang menjadi sebuah kenyataan. Menyesal. Tentu itu yang ada dalam benak Livia. Namun sayangnya Livia tidak memiliki jalan untuk kembali pada Kaivan. Seolah Kaivan telah benar-benar menutup akses untuk Livia masuk ke kehidupan pria itu.Hingga detik ini Livia tak henti merutuki kebodohannya. Jika saja dirinya tak mengizinkan Kaivan menikah dengan Krystal maka hal ini tidak akan terjadi. Andai waktu bisa diputar. Livia tidak mungkin melakukan hal di mana dirinya akan kehilangan Kaivan.Dulu, Livia begitu putus asa ketika dokter memvonis tidak bisa hamil. Bayang-bayang di mana keluarga Kaivan akan menendangnya membuat Livia mengambil keputusan meminta Kaivan untuk menikah lagi. Dan kini kenyataannya dirinya bisa hamil. Tapi anak yang dikandungnya bukanlah anak Kaivan melainkan anak dari Liam Baskara—pria s
Suara dering ponsel berbunyi, membuat Krystal yang tengah tertidur pulas dalam pelukan Kaivan langsung terbangun. Perlahan Krystal mulai mengerjapkan mata beberapa kali. Tepat di saat Krystal sudah membuka mata; dia melihat ponsel milik Kaivan terus berdering.“Kai, bangun. Ponselmu berdering, Kai,” ucap Krystal seraya menggoyangkan bahu Kaivan. Membangunkan suaminya itu.“Biarkan saja, Krys. Ini masih malam.” Kaivan semakin mengeratkan pelukan Krystal. Ya, dia enggan menjawab panggilan telepon itu.Namun, lagi dan lagi dering ponsel Kaivan terus berbunyi. Membuat Kaivan langsung mengumpat kasar ada yang mengganggunya tengah malam seperti ini.“Kai, jawablah. Mungkin itu penting. Kalau tidak penting tidak mungkin berkali-kali ponsel berdering,” ucap Krystal mengingatkan Kaivan dengan nada pelan dan lembut.Kaivan tak henti mengumpat dalam hati. Didetik selanjutnya, Kaivan terpaksa mengambil ponselnya dengan raut wajah yang kesal, dia melihat ke layar—seketika decakan kesal terlontar d
Krystal terdiam sejenak menatap foto pernikahannya dengan Kaivan yang terletak di atas meja. Beberapa hari lalu, Krystal menyenggol foto pernikahannya dengan Kaivan. Beruntung hanya bingkainya yang pecah. Foto pernikahannya masih sangat bagus. Dan di foto pernikahan itu, Krystal masih tetap terlihat tersenyum seraya memeluk lengan Kaivan. Pernikahan yang sangat sederhana. Balutan kebaya berwarna putih sangatlah indah dipakai Krystal. Pun Kaivan sangat gagal dengan jas yang begitu pas di dada bidangnya. Tubuh pria itu tegap. Maskulin. Gagah. Membuat siapa saja wanita yang melihatnya selalu berdesir. Wajah dingin dan arogan pria itu tetap mampu menyihir setiap mata wanita yang melihatnya.Sejenak sesuatu muncul dalam benak Krystal. Dulu ketika dirinya menyetujui akan menikah dengan Kaivan, dia tidak pernah menyangka akan jatuh cinta pada pria itu. Rasanya itu adalah mimpi harusnya tidak mungkin terjadi. Namun kenyatannya takdir telah menjodohkannya dengan Kaivan. Hingga selangkah lagi K