All Chapters of Istri yang Kujual Ternyata Anak Konglomerat: Chapter 111 - Chapter 120
124 Chapters
Kenangan yang Terulang
“Dara?” Laila menatap tak percaya pada sang asisten pribadi, yang tengah bicara di telepon bersama seseorang. “Jadi, kamulah yang bernama Rastanty?” Laila berjalan mendekat ke hadapan gadis, dengan baju tidur motif salah satu tokoh kartun terkenal tadi.Dara berdiri mematung, dengan telepon genggam yang masih berada di dekat telinga. “Bu Laila?” ucapnya tak percaya. Dia menelan ludah dalam-dalam. “Kamu ….” Laila menatap tajam. Kembali tebayang dalam benak wanita dua puluh lima tahun tersebut, suara canda diiringi tawa manja di koridor dekat kamarnya. “Apa kamu juga yang suka bertemu diam-diam dengan Mas Pram?” Nada bicara Laila penuh penekanan, terdengar tak bersahabat sama sekali. “Bu Laila, saya ….” Plak!Satu tamparan keras mendarat di pipi Dara, sebelum gadis itu menyelesaikan kalimatnya. Laila terlihat begitu kecewa, atas kenyataan yang dirinya dapatkan saat ini. Dia terlalu percaya pada gadis itu. “Dasar pengkhianat!” bentak Laila penuh amarah. “Kamu memberikan informasi dar
Read more
Hubungan yang Membaik
“Kenapa?” bisik Pramoedya. Hangat napasnya menyapu paras cantik Laila, yang langsung memejamkan mata. Wanita itu seperti tengah meresapi, sentuhan lembut bibir berhiaskan janggut tipis Pramoedya di pipinya. Pramoedya sepertinya tak memerlukan jawaban. Karena, dia tak membiarkan Laila mengucapkan sepatah kata pun. Bibir ranum yang terlihat menggiurkan itu hanya terbuka, saat merasakan lidah Pramoedya menelusup masuk, lalu bermain di dalamnya. Laila tak kuasa menolak. Lagi pula, dia tak bisa memalingkan wajah. Kedua tangan Pramoedya menahan kepalanya agar tak bergerak. Mau tak mau, wanita cantik tadi harus mengimbangi permainan sang suami.Hangat dan dalam. Manis, tetapi sangat menggairahkan. Pertautan kedua insan tadi berlangsung selama beberapa saat. “Ah ….” Helaan napas pelan meluncur dari bibir Laila, saat Pramoedya membiarkannya mengambil napas secara leluasa. Namun, itu tak berlangsung lama. Pramoedya k
Read more
Tak Sepenuhnya Tahu
Laila tak puas jika hanya berkirim pesan. Dia memilih bicara langsung dengan Dokter Hasan. “Jika bukan Anda yang memberikan resep, lalu siapa?” tanya Laila, sesaat setelah dokter kepercayaan Keluarga Hadyan itu menerima panggilan telepon darinya. Istri Pramoedya tersebut memijat pelipis, sambil menunggu jawaban sang dokter. Dia tak habis pikir, karena masalah datang silih berganti dalam hidupnya.“Bisa saja, itu bukan obat milik Pak Reswara,” sahut Dokter Hasan, mencoba berpikir positif.“Jika memang bukan, kenapa bisa ada di kamar ayah saya?” tanya Laila lagi. Nada bicaranya terdengar gamang. Dia teringat akan laporan Dara, yang mengatakan bahwa Marinka sempat mencari obat-obatan tertentu beberapa hari lalu.“Mungkinkah ….” Laila mengamati beberapa jenis obat yang dibungkus dalam empat kantong plastik berbeda. Dia menggenggam erat obat-obatan itu. “Baiklah, Dok. Nanti saya hubungi lagi,”
Read more
Bayaran Sepadan
Laila berdiri mematung, mendapati kenyataan yang dirinya dengar dari Marinka. Dia meremas kencang bungkus plastik obat-obatan yang berada dalam genggaman. Laila tak tahu harus berkata apa, dalam menanggapi pengakuan mengejutkan putri semata wayang Adnan dan Mayang tadi.“Kamu dan Om Reswara sama-sama bodoh, Laila,” ejek Marinka, diiringi senyum penuh cibiran. Wanita muda berambut golden brown itu bangkit, lalu berdiri angkuh di hadapan Laila. Kali ini, Marinka merasa lebih unggul dari kakak sepupunya tersebut. “Aku hanya bisa tertawa dalam hati, saat melihatmu mencurahkan segala kepercayaan terhadap si tua Widura. Kenyataannya, pria itu tak jauh berbeda dengan papa dan mama-ku,” ucap Marinka lagi penuh percaya diri. “Apa saja yang kamu ketahui tentang Pak Widura?” tanya Laila penuh selidik. Dia tak ingin rasa terkejut, membuat dirinya makin terlihat bodoh. Laila tetap menyisakan taring, meski hanya sebelah. 
Read more
Menantu Kesayangan
“Apa?” desis Pramoedya seraya bangkit dari duduknya. Dia tak pernah menyangka, bahwa Widura adalah sosok yang licik. “Coba jelaskan lebih detail lagi,” pintanya pada Marinka, dengan nada bicara tak selembut seperti terhadap Laila.Marinka menatap Pramoedya dan Laila secara bergantian, sebelum terkunci sepenuhnya pada sang mantan kekasih. “Tua bangka itu mengancam aku dan papa. Widura mengatakan, bahwa dia bisa membunuh mama sewaktu-waktu bila kami tidak menuruti permintaannya. Itulah kenapa, papa sampai berbuat nekat,” papar Marinka.“Oh, ya?” Pramoedya memicingkan mata. Kali ini, ekspresinya tidak terlalu berlebihan. Pramoedya justru terlihat jauh lebih tenang. “Aku tidak bisa memercayai omong kosong ini." Laila menggeleng kencang.“Kalau tidak percaya, kamu bisa menyelidikinya sendiri,” tantang Marinka. “Dengar, Laila. Aku sudah memberikan informasi penting yang bisa menyelama
Read more
Kisah Empat Sahabat
Laila terpaku beberapa saat, sebelum memutuskan untuk menjawab panggilan tadi. Setelah mendengar cerita Marinka tentang Widura, pandangannya terhadap pria paruh baya itu jadi berubah. Jujur saja, dia terpengaruh dan mulai ragu. Walaupun, dirinya belum mendapatkan bukti yang benar-benar valid tentang semua pernyataan Marinka tadi. “Siapa, Sayang?” tanya Pramoedya lembut. Meskipun saat ini hubungannya dengan Laila belum membaik seperti biasa, tapi tak mengubah sikap manis pria itu terhadap sang istri. “Pak Widura,” jawab Laila ragu. “Angkat saja. Katakan bahwa kamu sedang bersamaku sekarang.” Raut wajah Pramoedya seketika jadi serius. Laila tak membantah. Dia langsung menggeser ikon hijau, untuk menjawab panggilan
Read more
Wanita Keras Kepala dan Pencemburu
Semua mata sontak tertuju pada Marinka. Celetukan wanita muda itu memang terdengar keterlaluan. “Kenapa? Apa ada yang salah?” Marinka yang telah menghabiskan setengah dari isi dalam piringnya, meneguk air putih tanpa menghiraukan tatapan aneh yang lain. “Aku hanya mengatakan sesuatu yang memang kerap terjadi di zaman sekarang. Persahabatan jadi cinta, atau cinta segitiga antar sahabat. Lebih parah lagi, jika ada dua pria yang bersahabat dekat mencintai satu wanita. Tak jadi masalah apabila si wanita tidak memilih salah satu.”Naheswari menautkan alis, setelah mendengar ucapan Marinka barusan. Ibunda Pramoedya tersebut memaksakan tersenyum, meski ada sesuatu yang tiba-tiba mengusik hatinya. “Tante rasa, teorimu tadi tidak berlaku untuk Reswara dan Widura. Buktinya, Widura mendukung hingga sekarang. Sampai Anita tiada, Widura tetap mendampingi Reswara sebagai sahabat sekaligus orang kepercayaan yang banyak membantu. Bahkan, saat Reswara terbaring sakit dalam waktu yang terbilang lama.”
Read more
Widura yang Sebenarnya
“Pertanyaan macam apa itu, Bu Laila?” Widura terkekeh pelan.“Jawab saja, Pak,” desak Laila. Sekilas, dia melirik Marinka yang terlihat tegang.“Apa saja yang Non Marinka ceritakan pada Anda?” Widura tak lagi seramah biasanya. Rait wajah pria itu berubah menakutkan. “Banyak,” jawab Laila singkat. Tatapannya lekat, tertuju pada Widura. “Salah satunya adalah tentang obat-obatan, yang tersimpan di laci kamar ayah saya.”Setelah mendengar ucapan Laila, Widura jadi makin tak bersahabat. Tak ada lagi sosok lembut, bijak, dan pelndung yang selama ini menjadi ciri khas dirinya. Widura bagaikan seekor singa yang menemukan mangsa, dan bersiap untuk menerkamnya.Melihat bahasa tubuh Widura, Marinka mundur perlahan. Dia berbalik, kemudian berlari menuruni undakan anak tangga menuju halaman. Namun, belum sempat Marinka melarikan diri, Widura sigap mencegahnya. Pria paruh baya itu mencengkeram erat tangan Marinka, hingga sepupu Laila tersebut meringis kesakitan. “Lepaskan aku, Tua bangka!” umpat
Read more
Keputusan Akhir Pramoedya
“Mas,” panggil Laila lirih. Tak terkira betapa bahagia hatinya, saat melihat Pramoedya ada di sana. Dia dan Marinka yang sudah putus asa, kembali mendapat kekuatan. Terlebih, Pramoedya datang bersama Aries dan tiga pria berjaket kulit. “Hentikan, Pak Widura.” Nada bicara Pramoedya terdengar sangat tenang, tapi penuh wibawa. “Anda adalah orang yang cerdas. Anda pasti tahu seperti apa konsekuensi, bila tidak bisa bersikap kooperatif terhadap petugas.” “Petugas apa?” Widura menyeringai pada Pramoedya, yang tak memberikan jawaban. Pramoedya menoleh pada tiga pria berjaket kulit tadi. Dia mengarahkan tangannya ke arah Widura. “Silakan, Pak. Semua barang bukti sudah saya kantongi, dan akan segera diserahkan pada pihak yang berwajib,” ucap pengus
Read more
Lusuh dan Berminyak
Laila berdiri terpaku, menyaksikan kepergian Pramoedya dengan sedan hitam yang dikendarai sendiri. Pria itu serius akan kata-katanya, tentang perceraian dan rencana kepergian dia ke Belanda. Karena, sang pengusaha tampan berdarah campuran tadi berlalu tanpa menunjukkan ekspresi apa pun. Putra sulung pasangan Naheswari dan Wilhelm tersebut, seakan sudah pasrah menerima kisah cintanya yang tak berjalan mulus. Sementara itu, Aries masih berdiri di teras sambil menyandarkan lengan kiri pada pilar penyangga. Tatapan mantan suami Laila tersebut kosong, menerawang menembus kegelapan malam. “Kupikir, kamu sudah pulang.” Laila melangkah ke teras, lalu berdiri di sebelah Aries. Namun, dia tetap memberi jarak dari sang mantan suami. “Pak Pram memintaku agar tetap di sini, sampai dia mengirimkan pengawal pribadi untuk menjagamu,” balas Aries, seraya menoleh sekilas pada Laila yang memandang ke depan. “Dia sangat mengkhawatirkanmu.” Laila tidak menyahut. Wanita cantik itu hanya menundukkan
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status