Beberapa hari berlalu. Laila sudah diperbolehkan pulang. Namun, dia tak sempat menemui Suratman, karena mantan mertuanya tersebut lebih dulu bertolak dari rumah sakit.Laila duduk di kursi roda. Wajah cantiknya tak lagi terlihat pucat seperti kemarin-kemarin. Kali ini, dia tampak jauh lebih ceria. “Kita akan pulang, Sayang,” bisik Pramoedya sambil terus mendorong kursi roda, hingga tiba di halaman depan rumah sakit. Dari sana, dia membopong Laila ke dalam mobil. “Aku tidak akan membiarkanmu lelah, hingga kamu benar-benar pulih,” ucap pria itu lembut, seraya memasang sabuk pengaman. “Terima kasih. Kamu sangat baik, Mas,” balas Laila, disertai senyum manis. “Selain itu, kamu adalah pria paling tampan.” Laila mengerling nakal. “Jangan bersikap seperti itu, Sayang.” Pramoedya menggeleng pelan. Dia harus berupaya keras mengendalikan diri agar tidak tergoda. Apalagi, di belakang kemudi ada Damar, yang sudah siap sejak tadi untuk mengantar mereka pulang. Pramoedya segera menutup pintu, la
Baca selengkapnya