All Chapters of Istri yang Kujual Ternyata Anak Konglomerat: Chapter 1 - Chapter 10

124 Chapters

Ciuman Mematikan si Pria Asing

Seorang pria masuk ke rumah dengan wajah merah padam. Tanpa banyak bicara, dia ke kamar mencari sang istri. Kala ia menemukan Laila tengah mengganti sarung bantal, pria berkulit sawo matang tersebut langsung memenyeretnya keluar kamar. “Ada apa, Mas? Kenapa kamu ….” “Jangan banyak bicara, Laila!” bentak Aries dengan mata melotot tajam. “Kamu harus ikut aku sekarang juga!” Pria itu mengeratkan cengkramannya di lengan Laila, lalu menyeret wanita malang berdaster merah tadi keluar rumah. “Lepas, Mas! Sakit!” Laila meronta, mencoba melawan. Namun, tenaganya tak cukup kuat untuk menandingi cengkraman berbalut amarah sang suami. Meski begitu, Laila tak hendak pasrah dengan mudah. Ketika Aries memaksanya masuk ke mobil yang sudah terparkir di sisi jalan depan gang menuju rumah mereka, Laila berusaha menolak. Akan tetapi, semua yang dilakukan wanita itu sia-sia. Aries berhasil memaksanya masuk, lalu menutup pintu cukup kencang. “Bawa saja dia, tapi aku ingin harga yang sepadan,” ucap
Read more

Sarana Pemuas Nafsu

Wira menurunkan Laila di dalam kamar. Di sana, dia kembali melumat bibir wanita itu. “Aku akan memberikanmu lebih, jika kamu bisa memuaskanku,” ucapnya setelah melepaskan pertautan mereka.“Berapa?” tanya Laila pelan. Meski tak rela, tapi dirinya sudah tak mungkin melarikan diri . Namun, Laila juga tak ingin semakin merugi.“Berapa yang kamu mau? Buatku tidak masalah asal sepadan,” jawab Wira yang masih berdiri berhadapan dengan Laila. “Hargaku sangat mahal! Apa Anda berani membayar?” balas Laila asal, tapi terdengar tegas. “Katakan berapa?” Laila terdiam. Dia berpikir beberapa saat. Wanita itu tersenyum licik, seraya menatap si pria. “Dua puluh juta,” jawab Laila puas, karena pria itu tak mungkin bersedia membayar uang sejumlah yang disebutkan tadi. “Oh, tidak bisa. Itu terlalu mahal. Terlebih, aku belum tahu seperti apa pelayananmu.” “Terserah,” balas Laila, seraya memalingkan wajah.Wira terdiam sambil berpikir. “Saat pertama melihat fotomu, membuatku langsung penasaran. Kamu
Read more

Menantu Tak Dianggap

Tanpa menoleh lagi, Laila langsung menuju lift. Bersamaan dengan pintunya yang terbuka. Pria berkemeja yang merupakan ajudan Wira, tadinya hendak masuk ke apartemen sang majikan. Namun, Laila lebih dulu menyerobot. “Majikan Anda sudah mengizinkan saya pulang,” ucap wanita itu.Si pria yang Wira sebut bernama Damar, tampak bingung. Dia mengangguk hormat kepada majikannya yang tengah memandang ke arah lift, lalu menekan tombol turun. Damar akan mengantar Laila pulang. Selang beberapa saat di perjalanan, sedan hitam yang Damar kendarai telah tiba di jalan kecil depan gang menuju rumah mertua Laila. Pria itu keluar, lalu membukakan pintu belakang.Laila mengangguk sopan. “Terima kasih,” ucapnya pelan. Tanpa banyak basa-basi, wanita itu melangkah ke dalam gang sambil menjinjing tas. Dia tak peduli dengan tatapan para tetangga, yang memandang aneh padanya. Terlebih, karena saat itu Laila masih mengenakan mini dress seksi semalam. Setibanya di dalam rumah, Laila langsung melemparkan tas be
Read more

Wanita Penghibur Istimewa

Keesokan harinya, Aries kembali membawa Laila ke tempat Lucy. Dia disambut oleh seorang wanita, yang kemarin mengantar Laila ke dalam mobil milik Wira.“Hai, Sel,” sapa Aries. Lagi-lagi, sikapnya terlihat sangat hangat dan akrab. “Carikan tamu lagi untuk istriku,” bisiknya. “Jam segini? Astaga, Ries.” Si wanita berdecak pelan. Sebelum dirinya kembali bicara kepada pria itu, dering panggilan lebih dulu masuk. “Ya, madam?” sapanya, kemudian manggut-manggut. Sesaat kemudian, panggilan berakhir. “Kebetulan sekali, Ries. Bule kaya itu sepertinya tertarik sama istri kamu,” ujar wanita tadi.“Bukannya itu bagus, Sel? Aku lagi butuh uang banyak sekarang,” ujar Aries. “Ya, sudah. Sebentar lagi, ajudannya datang buat jemput istri kamu.” Sesuai dengan yang wanita itu katakan, Damar tiba sekitar sepuluh menit kemudian.Laila yang tak ingin banyak membantah, ketika wanita tadi mengantarnya ke dekat mobil. Setelah itu, anak buah germo bernama Lucy tersebut kembali masuk. Dia meninggalkan Laila
Read more

Athalia yang Hilang

Laila tertegun sejenak. “Kupikir, Bapak belum pulang,” ucapnya, seraya berusaha menyembunyikan rasa gugup dengan tersenyum.“Bapak baru datang. Pak Wisnu pulang lebih cepat dari Kuala Lumpur.” Suratman menatap penuh selidik kepada Laila. “Itu apa, La?” tanyanya lagi.Laila berusaha menetralkan rasa gugupnya terlebih dulu. Barulah dia menghampiri Suratman. “Ini … ini pakaian bekas. Bu Narti menyuruhku ke rumahnya. Dia memberikan beberapa baju yang masih layak pakai,” jelas Laila berbohong. Seketika, raut wajah Suratman berubah sendu. Terenyuh hatinya mendengar ucapan Laila. “Apa Aries tidak pernah memberimu uang untuk beli baju baru?” Laila menggeleng pelan. Boro-boro membelikan baju baru, Aries justru tega menjualnya demi mendapatkan uang. “Apa Bapak mau kopi?” tanya Laila, mengalihkan topik pembicaraan. Belum sempat Suratman menjawab, Aries lebih dulu muncul. Dia khawatir, jika Laila berkata jujur kepada sang ayah. “Sudah pulang, La. Ayo, aku butuh bantuanmu.” Tanpa menunggu jawa
Read more

Kembali ke Rumah

“Tenanglah, Bu,” cegah Aries. Dia yang sangat mengenal watak Kartika, langsung menarik mundur wanita paruh baya itu. Aries bahkan sampai harus memegangi kedua lengan sang ibu, yang kembali hilang kendali. “Kami datang kemari untuk meminta keterangan secara langsung dari Pak Suratman sendiri. Akan tetapi, tentu saja tidak di sini. Jadi, kami sarankan agar Pak Suratman bisa ikut ke kantor secara baik-baik. Mari bekerja sama, agar kasus ini bisa terkuak dengan jelas,” ucap sang petugas lagi baik-baik.“Suami saya orang baik, Pak polisi! Dia tidak mungkin menculik anak orang! Lagi pula, selama ini dia sangat menyayangi Laila!” sanggah Kartika berapi-api, sambil terus menunjuk-nunjuk kepada petugas polisi tadi. Sesaat kemudian, Kartika mengalihkan perhatian kepada Adnan dan Mayang. “Anda berdua ini sebenarnya siapa? Kenapa main tuduh saja terhadap suami saya! Lagi pula, Laila itu yatim piatu! Dia anak panti asuhan. Mana ada ….”“Laila keponakan kami yang dinyatakan hilang, saat berusia d
Read more

Hari Pertama Sang Nona Muda

“Pak Reswara tidak bisa berkomunikasi dengan normal, karena kondisinya. Kami selalu mengusahakan perawatan terbaik untuk beliau,” jelas Widura penuh wibawa. Pria itu memiliki pembawaan yang sangat tenang dan terlihat cermat. “Memangnya, ayahku sakit apa?” tanya Laila penasaran. “Pak Reswara mengalami komplikasi. Sejak Nona menghilang, situasi di rumah ini menjadi tidak menyenangkan lagi. Ditambah dengan kondisi mendiang ibu Anda yang juga begitu terpukul. Semuanya menjadi semakin buruk,” terang Widura. Pria paruh baya dengan kemeja lengan pendek itu terdiam sejenak, sambil memperhatikan Reswara yang tak berdaya. Sesaat kemudian, Widura mengalihkan perhatian kepada Laila. “Sebaiknya, kita biarkan Pak Reswara beristirahat.” Pria paruh baya itu mengajak Laila keluar dari kamar. Sebelum beranjak dari sana, Laila menyempatkan diri mengecup punggung tangan sang ayah. “Mari, Nona.” Widura mengisyaratkan agar Laila mengikutinya. Dia mengajak Laila melihat seluk-beluk rumah megah itu, hi
Read more

Hadiah untuk Pramoedya

Laila memalingkan wajah, karena tak nyaman melihat adegan seperti itu. Terlebih, yang menjadi ‘lawan main’ Marinka adalah Pramoedya.Segala kekaguman yang pernah Laila rasakan terhadap pria berdarah Belanda itu, seketika sirna dari hatinya. Laila sadar, bahwa Pramoedya pasti akan lebih memilih wanita seperti Marinka yang cantik dan berpenampilan modis serta modern. Selain itu, Marinka juga tentunya berpendidikan tinggi. Pramoedya yang sudah menghentikan pertautannya dengan Marinka, menoleh ke arah Laila yang segera berlalu ke beranda samping. “Siapa dia?” tanya pria tampan bermata hazel tersebut. “Dia Athalia. Sepupuku yang baru kembali ke rumah ini,” jawab Marinka tak acuh. Dari cara dan sikapnya saat membicarakan Laila, tampak jelas bahwa putri pasangan Mayang dan Adnan tersebut tidak menyukai kehadirannya di sana. “Athalia?” ulang Pramoedya seraya menaikkan sebelah alisnya. Marinka hanya mengangguk. “Jangan macam-macam. Aku tidak akan memaafkanmu, bila sampai kamu ketahuan m
Read more

Pria yang Meresahkan

Laila mendelik sembari tersenyum puas. “Hantaman itu tidak seberapa, dan tak akan membuat Anda jadi hilang kejantanan,” cibir wanita cantik tadi sinis. Dia mendorong tubuh Pramoedya. Pria tampan tersebut masih meringis menahan rasa ngilu, di bagian ‘pusat tata surya’ yang Laila hantam dengan lutut. “Kamu ….” Pramoedya tampak begitu gemas. Tangannya bergerak cepat meraih pergelangan Laila, lalu menarik dan kembali menyandarkan wanita itu ke dinding. Kali ini, pria berdarah Belanda tersebut lebih berhati-hati, dalam mengantisipasi hal buruk yang mungkin akan Laila lakukan lagi terhadap dirinya. “Lepaskan aku!” Laila mencoba berontak. Namun, tenaga Pramoedya terlalu kuat untuk dilawan. “Bisa diam tidak? Kalau kamu terus berontak, jangan sala
Read more

Kelicikan Pramoedya

“Apa? Jangan mengada-ada kamu!” Marinka melotot tajam. Nada bicaranya pun terdengar jauh lebih tidak bersahabat dibanding sebelumnya. “Mana mungkin saya berani bicara bohong sama Non Marinka. Bisa-bisa, nanti saya malah dipecat dari sini,” bantah Lena meyakinkan. Tampaknya, dia sudah terbiasa dengan sikap ketus wanita muda itu. “Apa yang mereka berdua lakukan di sana?” tanya Marinka bernada mendesak. Raut wajahnya sudah terlihat tak karuan, karena tidak sabar atas berita yang akan Lena sampaikan. Lena terdiam sejenak, sebelum mulai bercerita. “Saya memang tidak bisa mendengar jelas apa yang mereka bicarakan. Namun, saya melihat Pak Pram memperlakukan Non Laila, seolah-olah mereka sudah saling mengenal sejak lama,” tutur Lena dengan gaya bicara, yang mencerminkan seberapa licik dirinya. “Perlakuan seperti apa maksudmu?” Rasa penasaran dalam diri Marinka kian bertambah. Berp
Read more
PREV
123456
...
13
DMCA.com Protection Status