Share

Menantu Tak Dianggap

Penulis: Komalasari
last update Terakhir Diperbarui: 2023-10-17 23:06:09

Tanpa menoleh lagi, Laila langsung menuju lift. Bersamaan dengan pintunya yang terbuka. Pria berkemeja yang merupakan ajudan Wira, tadinya hendak masuk ke apartemen sang majikan. Namun, Laila lebih dulu menyerobot. “Majikan Anda sudah mengizinkan saya pulang,” ucap wanita itu.

Si pria yang Wira sebut bernama Damar, tampak bingung. Dia mengangguk hormat kepada majikannya yang tengah memandang ke arah lift, lalu menekan tombol turun. Damar akan mengantar Laila pulang. 

Selang beberapa saat di perjalanan, sedan hitam yang Damar kendarai telah tiba di jalan kecil depan gang menuju rumah mertua Laila. Pria itu keluar, lalu membukakan pintu belakang.

Laila mengangguk sopan. “Terima kasih,” ucapnya pelan. Tanpa banyak basa-basi, wanita itu melangkah ke dalam gang sambil menjinjing tas. Dia tak peduli dengan tatapan para tetangga, yang memandang aneh padanya. Terlebih, karena saat itu Laila masih mengenakan mini dress seksi semalam. 

Setibanya di dalam rumah, Laila langsung melemparkan tas berisi uang tujuh juta ke hadapan Aries yang tengah memakai sepatu. Pria itu akan berangkat kerja. “Ambil, Mas! Itu yang kamu inginkan?” Nada bicara Laila langsung tinggi, membuat Kartika yang tengah berada di ruangan lain segera datang menghampiri. 

“Ada apa ini?” tanya Kartika penasaran. Terlebih, saat dia melihat Laila yang berpakaian minim. “Kenapa kamu berpakaian seperti ini?” 

Laila menoleh sambil berurai air mata. Dia tak kuasa menceritakan hal buruk yang sudah terjadi pada dirinya. Wanita itu hanya tertunduk.

“Apa isi tas itu?” Kartika sang ibu mertua, lebih tertarik pada apa yang Laila bawa. Tanpa menunggu jawaban dari menantunya, dia menyuruh Aries untuk membuka tas tadi. Seketika, mata wanita paruh baya itu melotot sempurna. Baru kali ini, dirinya melihat tumpukan uang yang sangat banyak. 

“Ya, Tuhan. Ini banyak sekali, Ries.” Kartika mengambil beberapa gepok, lalu mengipas-ngipaskan uang tadi ke dekat wajah. “Aduh, Ries. Wangi banget. Uang ini pasti baru keluar dari mesin ATM. Lihat, nih. Masih rapi begini.” Wanita itu mengibas-ngibaskan uang yang dia pegang ke hadapan wajah putranya.

Akan tetapi, Aries justru tak menanggapi sama sekali. 

“Apakah aku sudah jadi menantu yang baik sesuai keinginan ibu?” tanya Laila menahan perih  dalam hati. “Selama ini, aku sudah berbakti kepada ibu dan bapak. Melakukan semua pekerjaan rumah tanpa banyak mengeluh ….”

“Heh! Jangan ungkit masalah pekerjaan rumah! Itu sudah menjadi tanggung jawab kamu sebagai menantu! Seharusnya, kamu itu perbanyak mikir mulai dari sekarang! Mikir! Mikir! Di sini kamu tinggal gratisan!” 

“Memang seperti itulah yang selalu ada dalam pikiran Ibu. Picik!” 

“Berani kamu melawan saya!” Kartika menampar Laila dengan uang yang masih dipegangnya.

“Kalian berdua memang keterlaluan!” Laila semakin tak terima, dengan perlakuan dari ibu dan anak tersebut. “Aku adalah menantu di rumah ini! Itu artinya, aku sudah menjadi putri ibu dan ayah!”

“Alah! Percuma punya menantu seperti kamu. Tidak berguna!” cibir Kartika. Tanpa meminta izin terlebih dulu, dia berlalu meninggalkan ruang tamu sambil membawa uang yang sejak tadi dipegangnya. 

Sedangkan, Aries tak banyak bicara. Dia juga memilih berlalu ke kamar, setelah melepas kembali sepatu yang sudah dikenakannya. 

Melihat Aries pergi, Laila segera mengikuti. “Mas!” panggil Laila nyaring. “Apa lagi yang kamu inginkan sekarang? Aku sudah kehilangan harga diri! Entah apa maksudmu berbuat demikian terhadapku!” Laila seakan ingin mengeluarkan unek-unek yang dia pendam sejak semalam. 

“Aku butuh uang, La!” Aries tampak gusar. Dia meraup kasar wajah dan rambutnya. “Dari mana aku bisa mendapatkan uang tiga puluh juta dalam waktu satu minggu?” 

Laila terkejut bukan main. Sepasang matanya terbelalak sempurna. “Tiga puluh juta? Untuk apa uang sebanyak itu?” 

“Itu jumlah utang plus bunga yang harus dibayar,” jawab Aries gelisah. Pria itu berjalan mondar-mandir tak karuan. 

“Utang? Kamu gunakan untuk apa uang itu, Mas?” desak Laila. Dia menarik lengan Aries, agar pria itu menghadap padanya. 

Aries tidak segera menjawab. Sepertinya, dia memang tak berniat memberikan penjelasan kepada sang istri. “Kamu tidak perlu tahu untuk apa kugunakan uang itu!” 

“Kalau begitu, aku tidak punya kewajiban membantu melunasinya!” protes Laila tegas.

Tanpa diduga, Aries meraih rambut panjang Laila. Dia mencengkram erat, dan sedikit menariknya ke belakang sehingga wajah Laila agak mendongak. “Kamu harus membantuku mencari tambahan, karena aku baru punya uang sebesar sepuluh juta,” paksa pria itu penuh penekanan. 

“Aku sudah membawakanmu tujuh juta! Itu jauh lebih dari cukup! Aku tidak mau melakukan dosa lagi, demi membantu melunasi utang yang bahkan entah kamu pakai untuk apa uangnya!” tolak Laila tegas. 

Merasa kesal atas penolakan Laila, Aries mengempaskan tubuh istrinya ke matras. “Istri macam apa kamu? Lihat suami lagi kesusahan, malah bersikap tidak peduli!” hardiknya. 

“Kamu juga suami macam apa yang tega menjual istri sendiri!” balas Laila. Dia berusaha bangkit. 

Namun, dengan segera Aries menahannya. Pria itu menahan tubuh sang istri, dengan cara mencengkram leher wanita malang tersebut. “Jaga bicaramu! Jangan sampai bapak tahu, kalau akulah yang sudah memaksamu menjual diri!” sergah Aries pelan, tapi penuh penekanan.  

“Aku ingin kita cerai saja!” balas Laila. Wanita itu berusaha melepaskan cengkraman Aries dari lehernya. 

Aries terdiam. Perlahan, dia mengendurkan cengkramannya. Aries bahkan melepas dan membiarkan Laila bernapas leluasa. Pria itu membalikkan badan. Dia duduk terpekur, sambil sesekali meraup kasar rambutnya yang acak-acakan. 

“Kamu ingin kita bercerai?” tanyanya seraya menoleh kepada Laila yang tengah mengatur laju napas agar lebih teratur. Laila mengusap-usap pelan lehernya. 

“Aku rasa, kita tidak perlu bercerai. Kamu tahu kenapa?” Aries memandang sang istri dengan sorot aneh. Namun, wanita itu seperti tak sudi lagi membalas tatapannya. “Kita tidak harus bercerai, karena kamu pasti akan menjadi janda,” ucap putra sulung pasangan Suratman dan Kartika tadi. 

Laila yang awalnya tak ingin menanggapi ucapan sang suami, terpaksa menoleh. “Kenapa?” tanyanya. 

“Karena jika aku tidak bisa melunasi utang dalam jangka waktu yang sudah ditentukan, mungkin saja kalian akan menemukan mayatku mengambang di sungai,” jawab Aries masih dengan sorot yang terlihat aneh. 

“Omong kosong!” ujar Laila seraya berdiri. 

“Mereka mengancam akan menghabisi nyawaku. Bukan tidak mungkin jika mereka membuktikan ancaman tersebut,” ujar Aries lagi. “Aku mohon, La. Sekali ini saja, bantu aku agar segera mendapatkan uang. Setelah itu, aku tidak akan menuntut apa-apa lagi.” 

“Apa lagi yang harus kulakukan, Mas? Sudah cukup!” tolak Laila. 

Mendengar penolakan Laila, Aries kembali naik pitam. Dia mencekal  kasar lengan sang istri. “Besok, kamu harus ikut denganku ke suatu tempat!” seringai pria itu menakutkan. 

Bab terkait

  • Istri yang Kujual Ternyata Anak Konglomerat   Wanita Penghibur Istimewa

    Keesokan harinya, Aries kembali membawa Laila ke tempat Lucy. Dia disambut oleh seorang wanita, yang kemarin mengantar Laila ke dalam mobil milik Wira.“Hai, Sel,” sapa Aries. Lagi-lagi, sikapnya terlihat sangat hangat dan akrab. “Carikan tamu lagi untuk istriku,” bisiknya. “Jam segini? Astaga, Ries.” Si wanita berdecak pelan. Sebelum dirinya kembali bicara kepada pria itu, dering panggilan lebih dulu masuk. “Ya, madam?” sapanya, kemudian manggut-manggut. Sesaat kemudian, panggilan berakhir. “Kebetulan sekali, Ries. Bule kaya itu sepertinya tertarik sama istri kamu,” ujar wanita tadi.“Bukannya itu bagus, Sel? Aku lagi butuh uang banyak sekarang,” ujar Aries. “Ya, sudah. Sebentar lagi, ajudannya datang buat jemput istri kamu.” Sesuai dengan yang wanita itu katakan, Damar tiba sekitar sepuluh menit kemudian.Laila yang tak ingin banyak membantah, ketika wanita tadi mengantarnya ke dekat mobil. Setelah itu, anak buah germo bernama Lucy tersebut kembali masuk. Dia meninggalkan Laila

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-17
  • Istri yang Kujual Ternyata Anak Konglomerat   Athalia yang Hilang

    Laila tertegun sejenak. “Kupikir, Bapak belum pulang,” ucapnya, seraya berusaha menyembunyikan rasa gugup dengan tersenyum.“Bapak baru datang. Pak Wisnu pulang lebih cepat dari Kuala Lumpur.” Suratman menatap penuh selidik kepada Laila. “Itu apa, La?” tanyanya lagi.Laila berusaha menetralkan rasa gugupnya terlebih dulu. Barulah dia menghampiri Suratman. “Ini … ini pakaian bekas. Bu Narti menyuruhku ke rumahnya. Dia memberikan beberapa baju yang masih layak pakai,” jelas Laila berbohong. Seketika, raut wajah Suratman berubah sendu. Terenyuh hatinya mendengar ucapan Laila. “Apa Aries tidak pernah memberimu uang untuk beli baju baru?” Laila menggeleng pelan. Boro-boro membelikan baju baru, Aries justru tega menjualnya demi mendapatkan uang. “Apa Bapak mau kopi?” tanya Laila, mengalihkan topik pembicaraan. Belum sempat Suratman menjawab, Aries lebih dulu muncul. Dia khawatir, jika Laila berkata jujur kepada sang ayah. “Sudah pulang, La. Ayo, aku butuh bantuanmu.” Tanpa menunggu jawa

    Terakhir Diperbarui : 2023-10-17
  • Istri yang Kujual Ternyata Anak Konglomerat   Kembali ke Rumah

    “Tenanglah, Bu,” cegah Aries. Dia yang sangat mengenal watak Kartika, langsung menarik mundur wanita paruh baya itu. Aries bahkan sampai harus memegangi kedua lengan sang ibu, yang kembali hilang kendali. “Kami datang kemari untuk meminta keterangan secara langsung dari Pak Suratman sendiri. Akan tetapi, tentu saja tidak di sini. Jadi, kami sarankan agar Pak Suratman bisa ikut ke kantor secara baik-baik. Mari bekerja sama, agar kasus ini bisa terkuak dengan jelas,” ucap sang petugas lagi baik-baik.“Suami saya orang baik, Pak polisi! Dia tidak mungkin menculik anak orang! Lagi pula, selama ini dia sangat menyayangi Laila!” sanggah Kartika berapi-api, sambil terus menunjuk-nunjuk kepada petugas polisi tadi. Sesaat kemudian, Kartika mengalihkan perhatian kepada Adnan dan Mayang. “Anda berdua ini sebenarnya siapa? Kenapa main tuduh saja terhadap suami saya! Lagi pula, Laila itu yatim piatu! Dia anak panti asuhan. Mana ada ….”“Laila keponakan kami yang dinyatakan hilang, saat berusia d

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-04
  • Istri yang Kujual Ternyata Anak Konglomerat   Hari Pertama Sang Nona Muda

    “Pak Reswara tidak bisa berkomunikasi dengan normal, karena kondisinya. Kami selalu mengusahakan perawatan terbaik untuk beliau,” jelas Widura penuh wibawa. Pria itu memiliki pembawaan yang sangat tenang dan terlihat cermat. “Memangnya, ayahku sakit apa?” tanya Laila penasaran. “Pak Reswara mengalami komplikasi. Sejak Nona menghilang, situasi di rumah ini menjadi tidak menyenangkan lagi. Ditambah dengan kondisi mendiang ibu Anda yang juga begitu terpukul. Semuanya menjadi semakin buruk,” terang Widura. Pria paruh baya dengan kemeja lengan pendek itu terdiam sejenak, sambil memperhatikan Reswara yang tak berdaya. Sesaat kemudian, Widura mengalihkan perhatian kepada Laila. “Sebaiknya, kita biarkan Pak Reswara beristirahat.” Pria paruh baya itu mengajak Laila keluar dari kamar. Sebelum beranjak dari sana, Laila menyempatkan diri mengecup punggung tangan sang ayah. “Mari, Nona.” Widura mengisyaratkan agar Laila mengikutinya. Dia mengajak Laila melihat seluk-beluk rumah megah itu, hi

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-04
  • Istri yang Kujual Ternyata Anak Konglomerat   Hadiah untuk Pramoedya

    Laila memalingkan wajah, karena tak nyaman melihat adegan seperti itu. Terlebih, yang menjadi ‘lawan main’ Marinka adalah Pramoedya.Segala kekaguman yang pernah Laila rasakan terhadap pria berdarah Belanda itu, seketika sirna dari hatinya. Laila sadar, bahwa Pramoedya pasti akan lebih memilih wanita seperti Marinka yang cantik dan berpenampilan modis serta modern. Selain itu, Marinka juga tentunya berpendidikan tinggi. Pramoedya yang sudah menghentikan pertautannya dengan Marinka, menoleh ke arah Laila yang segera berlalu ke beranda samping. “Siapa dia?” tanya pria tampan bermata hazel tersebut. “Dia Athalia. Sepupuku yang baru kembali ke rumah ini,” jawab Marinka tak acuh. Dari cara dan sikapnya saat membicarakan Laila, tampak jelas bahwa putri pasangan Mayang dan Adnan tersebut tidak menyukai kehadirannya di sana. “Athalia?” ulang Pramoedya seraya menaikkan sebelah alisnya. Marinka hanya mengangguk. “Jangan macam-macam. Aku tidak akan memaafkanmu, bila sampai kamu ketahuan m

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-04
  • Istri yang Kujual Ternyata Anak Konglomerat   Pria yang Meresahkan

    Laila mendelik sembari tersenyum puas. “Hantaman itu tidak seberapa, dan tak akan membuat Anda jadi hilang kejantanan,” cibir wanita cantik tadi sinis. Dia mendorong tubuh Pramoedya. Pria tampan tersebut masih meringis menahan rasa ngilu, di bagian ‘pusat tata surya’ yang Laila hantam dengan lutut.“Kamu ….” Pramoedya tampak begitu gemas. Tangannya bergerak cepat meraih pergelangan Laila, lalu menarik dan kembali menyandarkan wanita itu ke dinding. Kali ini, pria berdarah Belanda tersebut lebih berhati-hati, dalam mengantisipasi hal buruk yang mungkin akan Laila lakukan lagi terhadap dirinya.“Lepaskan aku!” Laila mencoba berontak. Namun, tenaga Pramoedya terlalu kuat untuk dilawan.“Bisa diam tidak? Kalau kamu terus berontak, jangan sala

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-06
  • Istri yang Kujual Ternyata Anak Konglomerat   Kelicikan Pramoedya

    “Apa? Jangan mengada-ada kamu!” Marinka melotot tajam. Nada bicaranya pun terdengar jauh lebih tidak bersahabat dibanding sebelumnya.“Mana mungkin saya berani bicara bohong sama Non Marinka. Bisa-bisa, nanti saya malah dipecat dari sini,” bantah Lena meyakinkan. Tampaknya, dia sudah terbiasa dengan sikap ketus wanita muda itu.“Apa yang mereka berdua lakukan di sana?” tanya Marinka bernada mendesak. Raut wajahnya sudah terlihat tak karuan, karena tidak sabar atas berita yang akan Lena sampaikan.Lena terdiam sejenak, sebelum mulai bercerita. “Saya memang tidak bisa mendengar jelas apa yang mereka bicarakan. Namun, saya melihat Pak Pram memperlakukan Non Laila, seolah-olah mereka sudah saling mengenal sejak lama,” tutur Lena dengan gaya bicara, yang mencerminkan seberapa licik dirinya.“Perlakuan seperti apa maksudmu?” Rasa penasaran dalam diri Marinka kian bertambah. Berp

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-06
  • Istri yang Kujual Ternyata Anak Konglomerat   Ladies First

    Di kediaman Keluarga Hadyan, semua orang tengah sibuk mempersiapkan pesta yang diselenggarakan untuk penyambutan Laila. Sementara, Laila sendiri tengah memanjakan diri di salon kecantikan dengan ditemani Mayang dan Dara. Namun, tentunya Dara hanya menjadi penonton dua wanita dari keluarga kaya tadi. “Kapan-kapan, Tante akan mengajak kamu ke klinik kecantikan langganan Tante. Siapa tahu, kamu ingin konsultasi dengan dokter ahli,” ucap Mayang, seraya menoleh sekilas kepada Laila yang tengah menjalani perawatan kuku. “Tentu, Tante. Aku mau,” balas Laila senang. Dia mengarahkan pandangan ke cermin. Menatap perubahan yang telah membuat wanita muda itu menjadi semakin cantik. Laila merasa puas. Meski dia pernah merasa hancur dan merasa begitu rendah, tapi kali ini harga dirinya kembali terangkat berkali lipat. “Terima kasih, Tuhan,” ucap Laila pelan, saat dirinya sudah kembali ke rumah. Wanita cantik berambut panjang itu duduk di dekat tempat tidur, di mana sang ayah terbaring lemah. La

    Terakhir Diperbarui : 2023-11-06

Bab terbaru

  • Istri yang Kujual Ternyata Anak Konglomerat   Akhir Perjalanan Panjang

    Selagi Aries dan Dara saling mengungkapkan perasaan, Laila dan Pramoedya pun melakukan hal yang sama. Mereka memisahkan diri dari para kerabat, yang tengah bersuka ria dalam pesta itu. “Bagaimana perjalananmu tadi?” tanya Pramoedya lembut. Sesekali, dia menyingirkan anak rambut yang menutupi kening Laila. Sikap pria itu benar-benar manis sehingga membuat Laila tersanjung. “Tadinya, aku mau mandi dan beristirahat sebentar sebelum makan malam. Akan tetapi, tiba-tiba mama mengatakan bahwa Mas Pram mengalami kecelakaan.” Laila menatap sang suami penuh cinta. “Kamu sangat mengkhawatirkanku.” Pramoedya tersenyum kalem. Ada rasa bangga dalam hatinya, yang tak harus dia ungkapkan. Pria itu cukup memberikan bukti nyata, melalui perlakuan tak biasa kepada Laila. “Aku ingin menculikmu sebentar dari sini,” bisiknya.Laila tersipu malu. Dia tak memberikan jawaban. Namun, bahasa tubuh wanita cantik tersebut, menunjukkan bahwa dia setuju dengan keinginan Pramoedya.Tanpa banyak bicara, Pramoedya

  • Istri yang Kujual Ternyata Anak Konglomerat   Kejutan Istimewa

    Beberapa hari setelah itu, Laila dan Aries berangkat ke Belanda. Setelah melewati perjalanan panjang melalui jalur udara, akhirnya mereka tiba di Kota Amsterdam. Kebetulan, Pramoedya sudah menyiapkan sopir yang menjemput keduanya. Dari bandara, Aries dan Laila langsung menuju kediaman Wilhelm van Holst. “Selamat datang kembali, Laila,” sambut Wilhelm hangat. “Senang sekali kamu bisa datang lagi kemari, Sayang.” Naheswari memeluk erat Laila. Dia begitu bahagia atas kehadiran sang menantu di rumahnya. “Di mana Lara dan Zehra?” tanya Laila, seraya mengedarkan pandangan. “Um … mereka … mereka sedang pergi dengan Pram. Ada sedikit urusan yang harus diselesaikan,” jelas Naheswari sedikit tak nyaman. Sesekali, dia melirik sang suami yang menatap penuh arti padanya. “Ya, sudah. Sebaiknya, kalian beristirahat dulu.” Wilhelm berdehem pelan, seakan memberi kode rahasia kepada sang istri. Naheswari tersenyum lembut. Dia memanggil pelayan, lalu menyuruhnya mengantar Aries ke kamar yang sudah

  • Istri yang Kujual Ternyata Anak Konglomerat   Kepergian Pramoedya

    “Mas akan tetap berangkat ke Belanda?” tanya Laila, dengan sorot harap-harap cemas.“Ya. Semua sudah siap,” jawab Pramoedya pelan, seraya menarik selimut. Dia menutupi tubuh polosnya dan sang istri, yang baru selesai bercinta. Pramoedya memejamkan mata.Laila mengembuskan napas pelan bernada keluhan. Wanita itu seperti menahan rasa kecewa. Ekspresi tadi terpancar jelas dari raut wajahnya. Namun, Laila tak berani mengungkapkan apa yang dia pikirkan.“Kenapa? Bukankah ini yang kamu inginkan?” Pramoedya membuka mata. Dia menatap lekat Laila yang tampak memendam kesedihan.“Aku tidak ….” Laila seakan sengaja menggantungkan kalimatnya. Dia menatap Pramoedya dengan mata berkaca-kaca.“Apa?” Pramoedya menautkan alis, menunggu Laila menyelesaikan kata-katanya. Namun, sang istru justru membalikkan badan. Laila seperti menghindar dari perbincangan yang dirinya mulai.

  • Istri yang Kujual Ternyata Anak Konglomerat   Diiringi Rintik Gerimis

    “Mas,” sapa Laila, yang tiba-tiba menjadi salah tingkah. Wanita cantik tersebut sadar betul seperti apa penampilannya, meski Pramoedya pernah melihat dia dalam kondisi lebih acak-acakan dari itu.“Lihatlah, Pram. Laila menyiapkan semua menu untuk makan malam kita kali ini,” ujar Naheswari, seraya tersenyum lebar. Ibu tiga anak itu tahu, bahwa menantunya merasa canggung berhadapan langsung dengan sang putra. “Jangan katakan, jika Mama memaksa Laila mengerjakan ini semua,” tukas Pramoedya kalem. Dia menghadapkan tubuh pada Naheswari. Namun, ekor mata pria tampan itu justru tertuju pada Laila, yang sibuk sendiri menanggulangi rasa kikuk. Seulas senyuman muncul di sudut bibir Pramoedya. “Adakalanya kita harus memaksa, Sayang,” ujar Nahwswari, sambil berjalan mendekat pada putra sulungnya. “Mandi dan segeralah berganti pakaian. Setelah itu, kita makan malam sama-sama.” Wanita paruh baya tersebut menepuk pelan pipi Pramoedya, lalu berbalik pada Laila. 

  • Istri yang Kujual Ternyata Anak Konglomerat   Lusuh dan Berminyak

    Laila berdiri terpaku, menyaksikan kepergian Pramoedya dengan sedan hitam yang dikendarai sendiri. Pria itu serius akan kata-katanya, tentang perceraian dan rencana kepergian dia ke Belanda. Karena, sang pengusaha tampan berdarah campuran tadi berlalu tanpa menunjukkan ekspresi apa pun. Putra sulung pasangan Naheswari dan Wilhelm tersebut, seakan sudah pasrah menerima kisah cintanya yang tak berjalan mulus. Sementara itu, Aries masih berdiri di teras sambil menyandarkan lengan kiri pada pilar penyangga. Tatapan mantan suami Laila tersebut kosong, menerawang menembus kegelapan malam. “Kupikir, kamu sudah pulang.” Laila melangkah ke teras, lalu berdiri di sebelah Aries. Namun, dia tetap memberi jarak dari sang mantan suami. “Pak Pram memintaku agar tetap di sini, sampai dia mengirimkan pengawal pribadi untuk menjagamu,” balas Aries, seraya menoleh sekilas pada Laila yang memandang ke depan. “Dia sangat mengkhawatirkanmu.” Laila tidak menyahut. Wanita cantik itu hanya menundukkan

  • Istri yang Kujual Ternyata Anak Konglomerat   Keputusan Akhir Pramoedya

    “Mas,” panggil Laila lirih. Tak terkira betapa bahagia hatinya, saat melihat Pramoedya ada di sana. Dia dan Marinka yang sudah putus asa, kembali mendapat kekuatan. Terlebih, Pramoedya datang bersama Aries dan tiga pria berjaket kulit.“Hentikan, Pak Widura.” Nada bicara Pramoedya terdengar sangat tenang, tapi penuh wibawa. “Anda adalah orang yang cerdas. Anda pasti tahu seperti apa konsekuensi, bila tidak bisa bersikap kooperatif terhadap petugas.”“Petugas apa?” Widura menyeringai pada Pramoedya, yang tak memberikan jawaban.Pramoedya menoleh pada tiga pria berjaket kulit tadi. Dia mengarahkan tangannya ke arah Widura. “Silakan, Pak. Semua barang bukti sudah saya kantongi, dan akan segera diserahkan pada pihak yang berwajib,” ucap pengus

  • Istri yang Kujual Ternyata Anak Konglomerat   Widura yang Sebenarnya

    “Pertanyaan macam apa itu, Bu Laila?” Widura terkekeh pelan.“Jawab saja, Pak,” desak Laila. Sekilas, dia melirik Marinka yang terlihat tegang.“Apa saja yang Non Marinka ceritakan pada Anda?” Widura tak lagi seramah biasanya. Rait wajah pria itu berubah menakutkan. “Banyak,” jawab Laila singkat. Tatapannya lekat, tertuju pada Widura. “Salah satunya adalah tentang obat-obatan, yang tersimpan di laci kamar ayah saya.”Setelah mendengar ucapan Laila, Widura jadi makin tak bersahabat. Tak ada lagi sosok lembut, bijak, dan pelndung yang selama ini menjadi ciri khas dirinya. Widura bagaikan seekor singa yang menemukan mangsa, dan bersiap untuk menerkamnya.Melihat bahasa tubuh Widura, Marinka mundur perlahan. Dia berbalik, kemudian berlari menuruni undakan anak tangga menuju halaman. Namun, belum sempat Marinka melarikan diri, Widura sigap mencegahnya. Pria paruh baya itu mencengkeram erat tangan Marinka, hingga sepupu Laila tersebut meringis kesakitan. “Lepaskan aku, Tua bangka!” umpat

  • Istri yang Kujual Ternyata Anak Konglomerat   Wanita Keras Kepala dan Pencemburu

    Semua mata sontak tertuju pada Marinka. Celetukan wanita muda itu memang terdengar keterlaluan. “Kenapa? Apa ada yang salah?” Marinka yang telah menghabiskan setengah dari isi dalam piringnya, meneguk air putih tanpa menghiraukan tatapan aneh yang lain. “Aku hanya mengatakan sesuatu yang memang kerap terjadi di zaman sekarang. Persahabatan jadi cinta, atau cinta segitiga antar sahabat. Lebih parah lagi, jika ada dua pria yang bersahabat dekat mencintai satu wanita. Tak jadi masalah apabila si wanita tidak memilih salah satu.”Naheswari menautkan alis, setelah mendengar ucapan Marinka barusan. Ibunda Pramoedya tersebut memaksakan tersenyum, meski ada sesuatu yang tiba-tiba mengusik hatinya. “Tante rasa, teorimu tadi tidak berlaku untuk Reswara dan Widura. Buktinya, Widura mendukung hingga sekarang. Sampai Anita tiada, Widura tetap mendampingi Reswara sebagai sahabat sekaligus orang kepercayaan yang banyak membantu. Bahkan, saat Reswara terbaring sakit dalam waktu yang terbilang lama.”

  • Istri yang Kujual Ternyata Anak Konglomerat   Kisah Empat Sahabat

    Laila terpaku beberapa saat, sebelum memutuskan untuk menjawab panggilan tadi. Setelah mendengar cerita Marinka tentang Widura, pandangannya terhadap pria paruh baya itu jadi berubah. Jujur saja, dia terpengaruh dan mulai ragu. Walaupun, dirinya belum mendapatkan bukti yang benar-benar valid tentang semua pernyataan Marinka tadi.“Siapa, Sayang?” tanya Pramoedya lembut. Meskipun saat ini hubungannya dengan Laila belum membaik seperti biasa, tapi tak mengubah sikap manis pria itu terhadap sang istri.“Pak Widura,” jawab Laila ragu.“Angkat saja. Katakan bahwa kamu sedang bersamaku sekarang.” Raut wajah Pramoedya seketika jadi serius.Laila tak membantah. Dia langsung menggeser ikon hijau, untuk menjawab panggilan

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status