All Chapters of Istri yang Kujual Ternyata Anak Konglomerat: Chapter 51 - Chapter 60
124 Chapters
Pekerjaan untuk Aries
“Apa yang ingin Anda beritahukan kepada saya, Nona?” tanya Widura penasaran. “Sejak kapan Om Adnan mengambil alih kendali, di perusahaan tambang milik ayah saya?” tanya Laila serius. “Dari semenjak Pak Reswara mulai sakit-sakitan. Sekitar satu tahun yang lalu. Kondisi beliau makin lama semakin lemah, hingga akhirnya seperti yang Anda lihat saat pertama kali datang ke rumah ini,” jelas Widura. “Apa yang dokter katakan tentang penyakit ayah saya?” tanya Laila lagi. “Dari yang saya ketahui, Pak Reswara memang sudah menderita komplikasi sejak lama. Belakangan, ada beberapa penyakit yang dinyatakan parah oleh dokter dan … saya tahu Anda pasti sangat penasaran, Nona. Akan tetapi, saya tak ingi
Read more
Mencari Sedikit Jawaban
“Apa? Pengawal pribadi?” Aries cukup terkejut mendengar jawaban Laila. “Ya. Memangnya kenapa? Kamu tidak suka? Terserah.” Laila membalikkan badan, karena perbincangan mereka sudah selesai. Melihat Laila hendak berlalu dari hadapannya, Aries langsung mencegah. “Tunggu, La!” Dia meraih pergelangan tangan Laila. Sesaat kemudian, barulah dia sadar dengan apa yang dilakukannya. Pria itu segera melepaskan genggaman, lalu mundur. “Maaf, La."Akan tetapi, Laila tak menanggapi. Dia hanya menatap tajam pada mantan suaminya.“Aku menempuh perjalanan lebih dari lima belas menit hingga sampai di sini. Apakah cuma itu yang mau kamu katakan?” tanya Aries, yang menyesalkan sikap angkuh Laila. 
Read more
Tertampar Kesalahan Masa Lalu
Laila terpaksa menoleh. Namun, dia tak memedulikan pria yang tak lain adalah Pramoedya. Entah sedang apa pria itu di sana, bersama anak-anak panti. Laila bergegas menuju halaman parkir. Dia tak ingin Pramoedya sampai mengetahui bahwa dirinya menjadi salah tingkah, karena debaran aneh dalam dada. “Ucapan selamat tinggal bukan berarti kita tidak bisa berjumpa lagi," ucap Pramoedya, yang seketika membuat Laila tertegun. "Sedang apa kamu di sini?" tanya Laila, tanpa menoleh pada Pramoedya yang menghampirinya."Aku sudah biasa datang kemari. Lihatlah. Anak-anak itu menyukaiku." Pramoedya tersenyum kalem. "Menyebalkan!" umpat Laila pelan. Tanpa menoleh, dia melanjutkan langkah ke halaman parkir.Namun, sepertinya Pramoedya tak ingin menyerah. Dia mengejar sosok semampai tadi, hingga berhasil mencekal pergelangannya. Sementara, anak-anak kecil di belakang sana terus memperhatikan sambil bersorak. “Aku tak akan membiarkanmu pe
Read more
Kena Mental
"Om Adnan?" ulang Laila tak percaya. Pukulan telak bagi wanita muda itu, karena ternyata sang paman sendiri yang menjadi otak dari kejahatan terhadap dirinya. Namun, Laila jadi berpikir. Jika memang Adnan yang sengaja menyingkirkan dia dari kediaman Keluarga Hadyan, lalu mengapa pria itu membawanya kembali ke sana?"Apa lagi yang Bapak ketahui?" tanya Laila setengah mendesak ayahanda Aries, yang kembali tertunduk di hadapannya. Suratman menggeleng. "Tidak ada," jawabnya. "Bohong!" sentak Laila tiba-tiba. Dia berdiri sambil menggebrak meja. Tindakannya telah membuat beberapa petugas, serta orang-orang yang ada di ruangan itu seketika menoleh dengan sorot penuh keheranan. "Tenanglah, La," bujuk Aries. Dia berusaha membuat Laila agar duduk kembali. "Jangan permalukan dirimu seperti itu," bisik Aries. Laila tidak menanggapi. Dia yang sudah kembali duduk, hanya mendelik sekilas kepada sang mantan suami. Wanita cantik berambut pan
Read more
Misteri Kunci Brankas
“Apa?” Mayang sontak berdiri. Dia bahkan belum selesai memasang rol di rambutnya. Ibunda Marinka tersebut membelalakan mata, lalu beralih tempat duduk ke sebelah Adnan. “Mau apa dia ke sana?” Pertanyaan yang tak harus dilontarkan, karena dia pasti sudah mengetahui jawabannya. “Apa pun yang menjadi alasan Laila menemui Suratman, itu pasti akan berakhir dengan kerugian bagi kita. Kenapa dulu aku tidak terpikir untuk melenyapkan satpam itu, setelah dia membawa Laila pergi dari sini?” Adnan mendengkus kesal sambil meraup kasar rambutnya. “Papa ini bagaimana? Dulu Mama sudah pernah menyarankan seperti itu,” ujar Mayang seraya menghadapkan tubuh ke depan. “Akan tetapi, jika sampai kita kehilangan jejak Suratman, maka kita juga tidak akan bisa membawa Laila kembali ke rumah ini. Sedangkan, Papa tahu sendiri bahwa kunci brankas milik Reswara ada pada putrinya. Hhh! Mama jadi pusing memikirkan itu! Kenapa tidak a
Read more
Ramuan Ajaib
Laila beranjak ke dekat pintu, lalu membukanya. Dia mendapati Mayang berdiri dengan kimono tidur hitam dan rambut tergerai. Di tangan wanita paruh baya itu ada gelas kecil berisi cairan berwarna kuning pekat. “Ada apa, Tante?” tanya Laila, yang sudah menaruh curiga. “Tante lupa. Ini ada ramuan herbal dari dokter kecantikan langganan Tante. Ramuan ini sangat bagus untuk kesehatan area sensitif wanita. Kebetulan, tadi Tante dan Marinka sudah meminumnya. Kamu coba juga, ya.” Mayang menyodorkan gelas berisi cairan kuning pekat tadi. Karena tak ingin membuat sang tante curiga, Laila langsung menerimanya. “Terima kasih, Tante. Aku senang karena mendapat perhatian seperti ini,” ujar Laila memperlihatkan senyum palsu, di hadapan istri Adnan tersebut. “Seharusnya, i
Read more
Penemuan tak Disengaja
Laila menatap lekat huruf L pada nama ‘Laila’ yang ada di kalung itu. Tepat di bagian atas huruf tadi, ada sebuah bulatan seperti kepala jarum pentul, tapi ukurannya sangat kecil. Laila bahkan tak menyadari bulatan itu ada di sana, jika tak memperhatikan dengan saksama. Iseng, Laila menarik bulatan kecil tadi menggunakan ujung kukunya yang runcing. Sungguh mengejutkan, karena dari sana muncul sebuah benda mirip SIM Ejector (jarum kecil untuk membuka sim card di handphone).“Benda apa ini?” gumam Laila, sambil terus memperhatikan jarum kecil tadi. Wanita muda itu mengamati, sambil sesekali menautkan alis. Dia heran, karena ada benda aneh di kalungnya tadi. Terbesit pikiran untuk menanyakan hal itu kepada Widura. Akan tetapi, Laila mengurungkan niatnya, berhubung saat itu sudah lewat tengah malam. Lagi pula, Widura sudah menyuruhnya agar segera beristirahat. Laila memasukkan kembali jarum kecil tadi, lalu beranjak ke tempat tidu
Read more
Peti Harta Karun
“Ibu beres-beres saja dulu. Nanti sore kusuruh sopir untuk mengantar pulang.” Laila membalikkan badan, seakan menjadi isyarat bahwa perbincangan itu selesai. “Baiklah.” Kartika beranjak dari sana.Sepeninggal Kartika, Laila bergegas keluar kamar. Wanita muda itu melangkah tergesa-gesa menuju ruang kerja, untuk menemui Widura. “Ada apa, Nona?” Widura yang tengah memeriksa beberapa berkas, langsung berdiri melihat kehadiran Laila di sana.Tanpa banyak basa-basi, Laila langsung memberikan suntikan tadi kepada Widura. “Bu Kartika memberikan itu kepada saya. Tante Mayang menyuruhnya agar menyuntik saya secara diam-diam. Saya tidak tahu cairan apa di dalamnya. Namun, saya yakin itu pasti bukan vitamin untuk kecantikan.” Widura terpaku memperhatikan suntikan yang Laila berikan. “Saya akan menyimpan ini. Kebetulan saya mempunyai seorang kenalan yang bekerja di bagian lab rumah sakit. Kita bisa meminta bantuannya.” Laila mengangguk setuju. “Saya juga ingin mengatakan sesuatu.”“Tentang apa
Read more
Kekompakan Suami-Istri
Tanpa menanggapi lagi ucapan Mayang, Adnan segera beranjak keluar kamar. Pria itu melangkah tergesa-gesa menuju ruang kerja yang terkunci. Setelah masuk, ayahanda Marinka tersebut langsung memeriksa ke bawah meja. Dia mengangkat penutup dengan cantelan besi, tempat dirinya menyembunyikan brankas hasil curian dari kamar Reswara. Benar saja, ‘peti harta karun’ itu tidak ada di sana.  “Aarrgghh! Kurang ajar!” gerutu Adnan kesal. Dia lalu memeriksa CCTV beberapa jam yang lalu. Namun, dirinya tak melihat pergerakan Laila dan Widura dalam rekaman. “Percuma kalian mematikan sistem keamanan. Ulah kalian berdua tetap ketahuan. Dasar orang-orang bodoh!” geram pria itu.  Karena tak ada lagi yang bisa dilakukan di sana, Adnan kembali ke kamar untuk menemui Mayang. “Brankasnya memang sudah hilang dari bawah meja. Sialan!” gerutu adik kandung Reswara tersebut. Dia berkali-kali mendengkus kesal.  “Jadi, apa yang harus kita lakukan sekarang?” tanya Mayang.
Read more
Menjadi Bumerang
Sekitar tiga jam telah berlalu. Mayang dan Adnan telah mencari ke setiap sudut kamar Laila. Namun, keduanya tak dapat menemukan brankas yang mereka cari sejak tadi. Mayang bahkan sudah terlihat putus asa. “Bagaimana ini, Pa? Mama takut Marinka dan Laila keburu pulang,” ucap wanita paruh baya itu gelisah. “Kita sudahi saja. Benda itu pasti tidak ada di sini. Jika ada, pasti sudah kita temukan sejak tadi,” balas Adnan sambil berkacak pinggang. Dia juga mulai lelah. “Jadi, bagaimana?” tanya Mayang dengan raut kecewa. “Kita atur rencana lagi. Jangan ambil risiko dengan tetap berada di sini,” jawab Adnan. Pria paruh baya tersebut memastikan, bahwa tak ada satu pun benda yang bergeser dari tempatnya. Setelah dirasa aman, barulah dia mengajak Mayang keluar d
Read more
PREV
1
...
45678
...
13
DMCA.com Protection Status