All Chapters of Tunangan Direbut Paksa, Diincar Pria Buruk Rupa: Chapter 51 - Chapter 60

117 Chapters

51. Membuat Perhitungan

Sudah hampir dua bulan menikah, sikap Yongki terhadap Aruni masih sama. Dingin dan abai. Pria itu sudah berusaha membuka hari untuk sang istri, tetapi selalu tertutup kembali karena sikap Aruni yang ingin menang sendiri, kekanakan, dan manja.Terbiasa menghadapi Alula yang mandiri, tegas, dan ceria, Yongki kesulitan atau bahkan geli dengan kemanjaan Aruni yang seperti dibuat-buat.Berbagai cara dilakukan Aruni untuk mendekati Yongki, tetapi selalu kecewa yang didapat dan berakhir pertengkaran.Yongki mengajak istrinya untuk tinggal di salah satu kios laundry miliknya. Tempatnya kecil, dua lantai. Ada dua kamar, satu kamat mandi, dan dapur kecil di lantai atas. Sementara lantai bawah difungsikan untuk mencuci dan menyetrika karyawannya.Awalnya, Aruni protes karena tempat tinggal itu terbilang kecil menurutnya yang biasa tinggal di rumah besar dan mewah. Namun, lama-lama ia diam karena Yongki tidak mau tahu dan tidak mau mendengarkannya.Yongki memperlakukan Aruni seperti hantu yang ti
Read more

52. Sekarang Pliiis!

“Apa, sih! Lepas! Ini di tempat kerja, Pak. Jadi tolong sopan, dijaga formalitasnya.” Alula mengempas tangan Yongki hingga berhasil terlepas.Alula lalu tergesa-gesa menuju sepeda motor.“Kita perlu bicara, Alula. Kali ini tolong kita bicara sebagai orang yang pernah saling sayang, bukan sesama guru."“Tapi nggak ada lagi yang perlu dibicarakan. Mas, aku nggak mau, ya, kena masalah gara-gara kamu. Cukup, kita selesai karena kamu sudah beristri. Sesimpel itu.”“Tapi aku nggak bisa. Kenapa kamu malah mempermainkanku waktu itu?"Alula tersenyum miring. “Karena aku tahu saat itu kamu dalam keadaan edan. Bukan aku yang seharusnya kamu telepon, tapi istrimu.”“Aku stres sampai mabuk. Seharian aku mati-matian menahan gejolak gila itu.”“Lalu kamu meneleponku biar aku datang dan menjadi sasaran kegilaanmu itu? Nggak waras kamu, ya?"“La, tolong ngertilah. Aku nggak bisa sama Aruni meskipun sudah kucoba dan kupaksa. Yang ada aku makin tersiksa. Aku ingin menceraikan Aruni.”“Jangan nekat kamu!
Read more

53. Maaf

Lutfan berjalan di koridor dan akan masuk kelas ketika Alula meminta jemput di sekolah. Pria itu bingung harus berbuat apa. Pasalnya, ia tidak tahu sekolah mana yang dimaksud Alula. Belum lagi ada kelas yang tidak bisa ditinggalkan.Pria berkemeja navy itu serba salah. Jika membiarkan Alula, ia takut terjadi hal yang tidak diinginkan. Mengingat suara Alula terdengar begitu kacau. Namun, jika menolong, kelas tidak bisa diabaikan. Itu bukan kebiasaannya.Lutfan tadi menghubungi Alula karena ingin bertanya sejauh mana revisi gadis itu. Namun, Alula sepertinya justru salah bicara, atau salah orang, atau apalah itu yang Lutfan tidak tahu. Alula memanggilnya Us, berarti permintaan tolong itu sebenarnya bukan kepadanya. Lutfan tidak bisa membiarkan Alula begitu saja. Sisi hatinya tidak tega jika Alula terkena masalah.Sambil terus berpikir, Lutfan menuju kelas. Tiba di kelas, seperti biasa ia mengucapkan salam dan sedikit memberikan mata kuliah. Pria itu benar-benar tidak fokus.“Saya akan m
Read more

54. Oleng

“Alula!” Teriakan seseorang terdengar. Ada Lutfan berdiri di gerbang yang memanggilnya, membuat Alula dan Yongki menoleh ke sumber suara.Wanita itu memicing lalu bergumam sangat lirih, “Pak Lutfan? Kenapa bisa sampai sini?”Yongki menelisik siapa yang memanggil Alula. Ia menilai dari ujung kaki sampai ujung kepala pria yang berdiri di gerbang sana.“Permisi, calon suamiku sudah datang. Dan kamu, Mas. Aku tidak akan melupakan apa telah kamu lakukan ke aku tadi dan aku nggak ridho dunia akhirat,” ujar Alula ketus.Yongki melepaskan cekalan di sepeda motor Alula, membiarkan mantannya itu pergi.Alula pun berlalu dengan sepeda motornya dan berhenti di luar gerbang. Yongki mengikutinya dengan berjalan kaki.“Bapak kenapa ada di sini?” tanya Alula, menghampiri Lutfan.“Bukannya tadi kamu minta tolong suruh jemput?” Lutfan bertanya balik.“Tapi, tadi saya nyuruh si Paus–“ Ucapan Alula terjeda karena Yongki kian mendekat.“Ini calon suamimu, La?” tanya Yongki seraya menelisik Lutfan.“Iya. S
Read more

55. Gadaikan

Sepeda motor Alula melaju cepat keluar jalur, keluar aspal. Gadis itu lantas memperlambat kecepatan. Sementara Lutfan yang masih agak jauh di belakang, berusaha mempercepat Vespa-nya.Alula berhenti sambil mengusap wajah. Lutfan tidak lama ikut berhenti dan memarkirkan sepeda motornya.“Jangan ceroboh, Alula! Kamu terlalu ngebut, jadi gini, kan, akibatnya!”“Pak, saya–“ Wanita itu justru menangis.Lutfan mengembuskan napas panjang. “Maaf karena suara saya meninggi. Saya refleks.”Alula tidak menjawab.“Tunggu dulu di sini. Biar saya belikan air minum.”Alula tetap tidak menyahut. Ia turun dari sepeda motor dan duduk di trotoar. Pikiran kalut, membuatnya tidak berkonsentrasi dalam berkendara. Hampir saja ia menabrak mobil yang berjalan lambat di depannya kalau saja tidak banting setir ke kiri. Beruntung tidak banting setir ke kanan, dan tidak ada kendaraan lain baik dari sisi belakang ataupun sebaliknya. Jika tidak, bisa dipastikan wanita itu akan tertabrak.Lutfan yang merasa bersalah
Read more

56. Didekati

Tanpa menunggu persetujuan Alula, Lutfan melenggang menuju masjid.“Ck, dasar tukang maksa.”Alula pun berjalan memasuki area taman. Sementara dari masjid, suara qiraat terdengar mengalun syahdu dan menggetarkan kalbu.Sebenarnya bisa saja mereka melanjutkan perjalanan karena panti sudah dekat. Namun, entah apa yang membuat Lutfan sangat suka menahan Alula.Di taman, gadis itu mengedarkan pandang. Banyak makanan dijajakan di taman tersebut. Pilihannya jatuh pada penjual es degan.Dengan langkah pelan, Alula menghampiri penjualnya.“Bu, saya pesan satu nggak usah pakai es.”“Siap, Mbak.”“Ada orang salat Jum’at kedainya nggak tutup, Bu?” tanya Alula.“Enggak, Mbak. Hanya saja saya nggak melayani kalau yang beli laki-laki. Kebanyakan yang beli juga para perempuan dan anak kecil yang sedang nunggu suami atau ayahnya salat. Mbak mungkin juga sedang nunggu suami?”Alula tergelak. “Enggak. Hanya nunggu pengemudi Ojol yang pamit salat.”“Pengertian banget mbaknya ini. Izin salat dibolehin.”
Read more

57. Viral Lagi

Alula terdiam. Sejurus kemudian, ia terbahak-bahak.“Ibu jangan konyol, deh. Nggak mungkin pria galak gitu deketin aku. Siapalah aku ini, Bu.”“Yakin dia galak? Tapi sepertinya baik dan sabar.”Alula terdiam, lalu mengangguk. “Iya, sih. Tapi kayaknya nggak mungkin. Ibu ini ada-ada aja.”“Siapa tahu, kan? Bagaimana kalau dia suka sama kamu?”“Ibuu, udah, ah. Aku mau ke kamar dulu. Eh tapi, ini tadi interogasinya udah?”Jannah mengangguk. “Udah. Sana istirahat.”Alula mengedipkan satu mata, kemudian berlalu dari sana. Ia sama sekali tidak terpengaruh dengan ucapan Jannah. Pun tidak terlalu memusingkan itu. Baginya, Jannah hanya mengada-ada.Setelah tiba di gedung panti, Alula menuju kamar mandi, lantas membasuh bibirnya dengan tujuh kali air dan salah satunya dengan debu yang menempel di dinding kamarnya. Bibir Yongki bahkan dinilai melebihi beratnya najis mugholadoh.**Tanggungan Alula masalah pekerjaan sebelumnya telah final dan kini resmi menganggur. Sekarang, ia sedang serius menge
Read more

58. Mati Kutu

“Itu kemarin hanya setting-an. You know the meaning setting-an, kan? Eh, gitu bukan english-nya? Setting-an itu asrtinya sandiwara, pura-pura, yang kubuat untuk membungkam mulut keluarga Mas Yongki dan keluarga tiriku. Ah, kenapa jadi rumit gini?”“Bener? Kamu nggak ada hubungan apa-apa sama pria tonggos itu, kan?”“Hubungan kami saat ini ya hanya sebatas mahasiswi dan dosen pembimbing, udah. Nggak ada hubungan apa-apa lagi. Apalagi hubungan spesial yang tidak pedas yang berkaret dua.” Alula tertawa.“Aku serius, Alula. Jangan malah bercanda.”“Iya, aku juga serius.”“Tapi kedengerannya kamu nggak ada takut atau sedihnya gitu? Malah terdengar kamu bahagia gosip ini menyebar?”“Ya, buat apa sedih atau takut. Wong kami emang nggak ada apa-apa. Biarin nyebar. Nanti juga reda sendiri.”“Untung kamu nggak pernah ke kampus lagi. Coba kalau berseliweran di sini, sudah pasti jadi artis panggungan. Eh salah, jadi artis koridor kampus. Dan kamu tahu tanggapan Pak Lun apa?”“Apa?”“Pak Lun tida
Read more

59. Dampak Kebohongan

“Saya memang serius sama dia. Hanya saja, masih belum saya publikasikan. Berhubung video itu sudah beredar terlebih dulu, kesannya jadi seperti mainan padahal kami memang serius. Saya juga terkejut kenapa harus video itu dulu yang tersebar. Pak Ridwan, Mohon maaf sebelumnya, saya ingin memastikan dulu apakah ada larangan dosen dan mahasiswa di kampus ini tidak boleh menikah? Mungkin saya melewatkannya.”“Tidak ada larangan seperti itu, Pak. Silakan saja mau ada hubungan pernikahan di antara dosen dengan dosen, atau dosen dengan mahasiswa. Hanya saja, harus tetap menjaga formalitas, harus tetap profesional bekerja atau kuliah. Pak Lutfan kalau memang serius, harap disegerakan. Karena suara di luar sana, terutama di kalangan mahasiswa sangat ramai membahas ini. Takutnya nanti rasa hormat mereka ke Pak Lutfan juga menurun. Saya juga takut akibat masalah ini, berimbas ke masalah lain. Misalnya, mahasiswa jadi krisis kepercayaan atau krisis hormat dengan dosennya, atau nama kampus jadi bur
Read more

60. Misi Pengintaian

“Mau pesan ap–" Kalimat Alula terhenti."Pak Lutfan, Bu Nur?” Alula benar-benar terkejut.“Loh, Alula?” pekik Nur tidak kalah keras.Alula menyalami tangan Nur dengan takzim dalam keadaan gugup. Sementara Nur belum hilang rasa terkejutnya.“Ka-kamu kerja di sini, La?” tanya Nur.“Iya, Bu. Oh, ya, pesan apa? Biar segera dibuatkan.”“Mi ayam saja dua dan minumnya teh hangat dua.”“Mi ayamnya satu saja, Bu. Buat Ibu. Aku nggak usah. Aku teh hangat aja,” potong Lutfan. Melihat Alula bekerja malam-malam seperti ini, mendadak nafsu makan pria itu menguar. Seperti halnya sang ibu, Lutfan juga sangat syok mengetahui Alula bekerja malam-malam seperti ini.Pria itu mengamati Alula dari bawah ke atas. Meskipun tersenyum, gadis itu menyimpan rasa lelah di matanya yang terlihat sayu.“Baiklah, tunggu sebentar, ya, Bu.”Alula hendak melangkah, tetapi ditahan Nur. “Sudah lama kerja di sini?”“Sebulan tepat hari ini.”Pembeli lain berdatangan. Alula merasa harus bekerja secara profesional. “Bu Nur, m
Read more
PREV
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status