“Mau pesan ap–" Kalimat Alula terhenti."Pak Lutfan, Bu Nur?” Alula benar-benar terkejut.“Loh, Alula?” pekik Nur tidak kalah keras.Alula menyalami tangan Nur dengan takzim dalam keadaan gugup. Sementara Nur belum hilang rasa terkejutnya.“Ka-kamu kerja di sini, La?” tanya Nur.“Iya, Bu. Oh, ya, pesan apa? Biar segera dibuatkan.”“Mi ayam saja dua dan minumnya teh hangat dua.”“Mi ayamnya satu saja, Bu. Buat Ibu. Aku nggak usah. Aku teh hangat aja,” potong Lutfan. Melihat Alula bekerja malam-malam seperti ini, mendadak nafsu makan pria itu menguar. Seperti halnya sang ibu, Lutfan juga sangat syok mengetahui Alula bekerja malam-malam seperti ini.Pria itu mengamati Alula dari bawah ke atas. Meskipun tersenyum, gadis itu menyimpan rasa lelah di matanya yang terlihat sayu.“Baiklah, tunggu sebentar, ya, Bu.”Alula hendak melangkah, tetapi ditahan Nur. “Sudah lama kerja di sini?”“Sebulan tepat hari ini.”Pembeli lain berdatangan. Alula merasa harus bekerja secara profesional. “Bu Nur, m
Read more