‘Mas Yongki, sehat-sehat, semoga lekas sembuh. Jangan sakit lagi.’ Alula membatin sambil memandang pintu IGD.Sentuhan sekilas di lengan, membuat Alula kembali memutar tubuh dan berlalu dari sana.Di tengah perjalanan pulang dari rumah sakit, Alula meminta Faqih agar berhenti di mesin ATM.Setelah uang dari mengambil di ATM berada di tangan, Alula menyerahkannya pada Jannah.“Bu, ini uangnya. Jadi, utangku lunas, ya?”“Tapi, La, kamu pakai dulu nggak apa-apa.”“Enggak, Bu. Aku masih ada. Eh, Ibu itung dulu coba. Takut salah.”“La, kamu pegang dulu aja.”“Enggak, Bu. Ibu tenang aja. Uangku masih banyak. Pliis, Ibu terima. Biar aku tenang.”“Baiklah. Ibu terima.”Bohong jika uang masih ada. Saldo Alula sudah samgat menipis.Dari dulu, ia memang tidak berani berutang lama-lama kepada orang sekalipun itu kepada orang tua asuhnya. Sebab baginya, utang itu terlalu memberatkan pikiran.Wanita itu mendesah resah secara lirih. Sebenarnya, masih ada perhiasan yang dibawa Nur, tetapi kalungnya w
Read more