All Chapters of Tunangan Direbut Paksa, Diincar Pria Buruk Rupa: Chapter 31 - Chapter 40

117 Chapters

31. Ini Gila!

Pulang dari berolah raga bersepeda dengan masih mengenakan kaus yang basah dengan keringat, Lutfan menghampiri sang ibu yang duduk di gazebo belakang rumah. Wanita itu sedang menata gaji karyawan toko bangunan milik Lutfan yang dikelolanya. Sesekali Nur melantunkan selawat sambil menyunggingkan senyum.“Kayaknya bahagia banget, Bu. Ada apa hayo?” Lutfan memijat pundak Nur.“Loh, kamu sudah pulang? Kapan datangnya? Ibu kok nggak sadar.” Nur balik tanya.“Baru. Tadi mampir dulu ke tempat teman. Makanya siang baru pulang.”“Kelihatan, ya, kalau Ibu sedang bahagia?” Nur tertawa. Ia terpejam, menikmati sentuhan pijatan sang putra di pundaknya.“Ya, begitulah.”“Agak kanan dikit, Fan. Nah, situ. Pegel banget di situ. Mau panggil tukang pijet masih belum bisa.” Sesekali wanita itu memberi instruksi.“Ibu kalau capek, istirahat. Jangan diforsir ke toko terus.”“Enggak, kok. Cuma sedikit pegel. Coba tebak, apa alasan Ibu yang katamu sedang bahagia?”Lutfan menyudahi pijatannya setelah beberapa
Read more

32. Untuk Apa Lagi Datang?

‘Mas Yongki, sehat-sehat, semoga lekas sembuh. Jangan sakit lagi.’ Alula membatin sambil memandang pintu IGD.Sentuhan sekilas di lengan, membuat Alula kembali memutar tubuh dan berlalu dari sana.Di tengah perjalanan pulang dari rumah sakit, Alula meminta Faqih agar berhenti di mesin ATM.Setelah uang dari mengambil di ATM berada di tangan, Alula menyerahkannya pada Jannah.“Bu, ini uangnya. Jadi, utangku lunas, ya?”“Tapi, La, kamu pakai dulu nggak apa-apa.”“Enggak, Bu. Aku masih ada. Eh, Ibu itung dulu coba. Takut salah.”“La, kamu pegang dulu aja.”“Enggak, Bu. Ibu tenang aja. Uangku masih banyak. Pliis, Ibu terima. Biar aku tenang.”“Baiklah. Ibu terima.”Bohong jika uang masih ada. Saldo Alula sudah samgat menipis.Dari dulu, ia memang tidak berani berutang lama-lama kepada orang sekalipun itu kepada orang tua asuhnya. Sebab baginya, utang itu terlalu memberatkan pikiran.Wanita itu mendesah resah secara lirih. Sebenarnya, masih ada perhiasan yang dibawa Nur, tetapi kalungnya w
Read more

33. Kabur

Adi hanya tertawa mendengar pertanyaan yang lebih tepat sebuah todongan dari Alula.“Kemarin, aku dengar dari Aruni kalau kamu datang ke rumah buat ambil ponselmu, bener?” tanya pria itu. Ia masih bertengger di atas sepeda motor yang sudah dimatikan mesinnya.Alula diam.“Sayangnya aku kemarin masih sibuk di luar kota. Jadi, kamu pulang dengan tangan kosong, ya? Ck, ck, ck. Kasihan.”Adi mengeluarkan sesuatu dari tas selempangnya dan menunjukkan kepada Alula. “Ini, kan, yang kamu cari?”“Balikin sini!” Alula berusaha merebut ponselnya dari tangan Adi, tetapi tidak bisa.“Nggak semudah itu. Ingat, Alula. Waktumu mengambil ponsel ini hanya sehari, yaitu besok. Setelah hari itu, zonk. Ponselmu akan aku buang.”“Mas Adi! Keterlaluan kamu!”“Semua terserah padamu, aku begini adanya.” Adi malah bernyanyi, sengaja membuat Alula berang.“Aku nggak yakin kalau Mas akan benar-benar memberikannya. Karena Mas Adi itu licik.”“Aku janji. Aku akan memberikannya kalau kamu hadir. Ini janji seorang p
Read more

34. Keributan

Minggu pagi, Alula berdandan dengan tak bersemangat. Ia mengenakan atasan berbahan tulle full furing dengan aksen selendang menjuntai ke bawah dan payet melingkar di bagian perut berwarna lavender. Bawahannya rok batik warna cokelat, sedikit corak lavender dan pasmina berwarna senada dengan warna atasan, dililit di kepala sedemikian rupa menutupi dada. Wajahnya dipoles dengan mekap tipis, tetapi tetap terlihat segar dan menawan. Ia tampak begitu cantik.Siapa pun akan terpana dan memuji kecantikannya. Apalagi nanti Yongki. Bisa-bisa pria yang gagal move on tersebut kejang.Alula mengoleskan blush on di wajah sambil menatap pantulan dirinya pada cermin di hadapan. Hari ini, ia terpaksa datang ke resepsi pernikahan mantan demi ponselnya. Ia sengaja tidak mengabari Jannah karena takut ibu asuhnya itu malah kepikiran.“Kuat nggak, ya?” gumam Alula. Ia mencoba tersenyum, tetapi tetap saja. Senyum itu terlihat kaku dan dipaksakan.Berkali-kali wanita itu mengatur napas.Sabar dan ikhlas. Du
Read more

35. Kutukan

Alula baru saja turun dari ojek online di tempat resepsi saudara tiri dan mantannya. Ia bingung harus bagaimana menghadapi situasi di dalam nanti. Wanita itu duduk sebentar di sebuah pagar, lalu membuka masker. Ia kembali mengatur napas sambil memegangi dada.“Ayo, pasti bisa. Pasti kuat.”“Cukup cari Mas Adi, minta ponsel, lalu pulang. Hanya itu. Jangan menemui pengantinnya, jangan memancing keributan. Kalau mereka cari masalah, lekas pergi. Bisa, Alula, bisa!”Alula terus menyemangati diri sendiri seraya menjinakkan debaran dalam dadanya yang berpacu cepat. Ia pun kembali menaikkan masker. Dengan masker yang masih menempel sempurna menyamarkan wajah, ia masuk dengan kaki gemetar.Tidak bisa dipungkiri, Alula tremor. Badannya panas dingin dan bergetar. Ia mencengkeram tali tas untuk menyembunyikan gugup, lalu berjalan pelan.Tiba di dekat pintu masuk, kakinya terpaku untuk sesaat. Ia menatap Yongki yang duduk di pelaminan. Begitu tampan. Di sampingnya, ada Aruni yang didandani sangat
Read more

36. Kenalkan

Suara kutukan Rohima seperti guntur yang menggelegar menyambar telinga Alula. Ia takut guntur itu benar-benar menghancurkan masa depannya.“Ma, sudah. Malu dilihat banyak orang.” Abdu menenangkan sang istri. “Alula, Nak. Tolong pergi saja dari sini.”Alula ingin pergi sebelum disuruh, tetapi ia ditahan Adi. Malu, marah, dan benci, menyelimuti perasaan wanita tersebut“Mas Adi lepas! Aku mau pergi! Kamu itu penipu!” teriak Alula.Yongki yang berada di atas pelaminan, mencoba berdiri. Akan tetapi, Aruni menahannya.“Selangkah kamu ke sana, akan berakibat buruk bagi Alula,” ancam Aruni.“Dan jika kamu menahanku, aku akan menalakmu saat itu juga.” Yongki menatap Aruni tak kalah tajam.“Aku akan laporin ke mama kalau kamu mengancam.”“Laporkan, Run. Silakan. Mungkin aku hanya akan dimarahi atau diusir. Paling buruk mungkin nggak dianggap anak. Itu lebih bagus agar aku bebas dari kamu dan keluargaku dan leluasa menikahi Alula. Tapi kamu? Jadi janda!”Perlahan, cekalan Aruni mengendur. Napas
Read more

37. Ditunggu

Calon suami? Alula tetiba nge-lag mendengar ucapan pria asing itu.Sebuah uluran tangan berada tepat di hadapan Alula.Mata Alula menyisir dari tangan sampai wajah orang itu, lalu turun ke kali. Dari tadi menebak-nebak, tetapi ia belum mengenali sebab wajah pria yang memakai kemeja batik lengan panjang dan celana jins tersebut tertutup masker. Ada kacamata yang membingkai matanya. Rambutnya rapi. Terlihat begitu berwibawa dan gagah.Alula yang tertindas oleh para penjahat, merasa seperti sedang ditolong seorang pangeran tampan yang tiba-tiba datang.“Oh, ya. Perkenalkan semuanya. Saya Lutfan, calon suami Alula.”Alula yang sudah ingin meletakkan tangannya di atas tangan pria itu, menjadi urung.Jika kehidupannya dijadikan sinetron, situasi saat itu mungkin ada suara petir menyambar-nyambar di tengah siang sebagai musik pengiringnya. Gelegarnya menyambar-nyambar membuat telinga Alula rasanya akan meledak.Lutfan. Satu kata yang membuat Alula membeku untuk sesaat. Ia menatap pria itu da
Read more

38. Kok, Beda?

“Ibu saya. Nunggu kamu.”“Bu Nur?”Lutfan mengangguk. “Kamu pikir siapa lagi ibu saya selain dia? Ayo, naik.”Pelan tetapi kurang yakin, Alula berjalan dan masuk ke mobil Lutfan. Ia menuju pintu belakang.“Di depan, Alula.”Karena hanya menumpang, Alula menurut. Kendaraan beroda empat itu pun lantas melenggang membelah jalanan.“Apa kamu ingin membawa perlakuan kriminal mereka tadi ke pihak berwajib? Kalau iya, kita ke kantor polisi sekarang.”Alula menggeleng. “Nggak usah. Saya nggak mau ribet. Lagi pula, saya nggak kenapa-napa, nggak ada yang luka.”“Kamu itu terlalu lemah. Sedikitlah berani biar mereka nggak semena-mena lagi.”“Enggak, Pak. Ya, anggap saya lemah. Karena jujur, saya tidak ingin masalah ini jadi panjang. Capek ngadepi mereka. Eh, tapi katanya orang lemah dan tertindas itu doanya paling mujarab. Bukankah begitu?”Lutfan tertawa. Pria yang rumornya dingin dan kaku itu, ternyata hangat.“Saya jadi penasaran apa doamu. Jangan-jangan berdoa hal buruk pada mereka?”Alula m
Read more

39. Masuk Kerajaan

“Beda apanya? Salah lihat pasti kamu. Matamu minus itu. Harus diperiksakan.” Lutfan berbalik setelah memakai lagi maskernya.Alula terdiam. Mungkin Lutfan benar kalau ia salah lihat.“Iya mungkin.”“Oh, ya. Saya mau pinjam charger. Biar ponsel saya bisa segera dinyalakan.” Alula mencoba melupakan penglihatannya yang aneh tadi. Wajah Lutfan terlihat beda di kaca spion. Ia sangat yakin itu.“Oke. Saya ke dalam dulu buat ambil.” Lutfan pun masuk rumah."Mataku kayaknya masih sehat. Tapi ... ah, sudahlah," gumam Alula.Sementara Alula masih di luar, mengagumi berbagai tanaman hias dan tanaman obat di halaman rumah Nur. Berbagai tanaman rempah seperti kunyit, jahe, lengkuas, dan sejenisnya tumbuh subur di sana. “Masuk dulu, La. Diminum dulu tehnya!” teriak Nur.Alula mengangguk, lalu mendekati Nur sambil menahan sakit ketika berjalan.“Jalannya, kok, gitu, La?”“Tadi jatuh, Bu.”“Sakit?”“Dikit.”Keduanya lantas duduk.Rumah Nur masih bergaya Jawa kuno, tetapi sudah berkeramik. Rumah bagi
Read more

40. Usil

“Lutfan! Tangkapkan ikan lele dan gurami di kolam. Sekalian bersihkan!” Nur menggedor kamar sang putra.“Ck, ibu paling nggak bisa buat aku tenang meski sebentar,” gerutu Lutfan dari dalam kamar.“Iya, Bu. Bentar. Lagi ganti baju!” jawabnya dengan sedikit berteriak.“Ya udah, cepetan. Ibu tunggu. Nanti keburu Alula pulang.”“Iya-iya.”Nur kembali ke dapur, berbincang-bincang hangat bersama Alula dan Marni.“Sayur bening kelor itu, ditambah irisan bawang merah mentah, rasanya tambah seger, lho, Mbak,” ujar Marni.“Iyakah?”Kalau boleh jujur, Alula sebenarnya agak ngeri dengan sayur itu sebab daun kelor identik untuk memandikan orang meninggal. Ia juga tidak pernah makan sayur itu sebelumnya. Namun, semua itu hanya bisa dibatin, tidak mungkin diungkapkan.“Daun kelor itu banyak manfaatnya untuk kesehatan. Makanya, saya biarkan tumbuh subur di belakang. Kalau mau nyayur, tinggal metik,” tutur Nur.“Oh, ya? Ibu nanem daun kelor juga?” Alula makin takjub.Nur menggandeng Alula untuk meliha
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status