“Gila jangan ngajak-ngajak orang, Mas! Kita bukan mahram! Kamu dulu sopan, nggak kayak gini, loh,” desis Alula. Ia murka sebab menilai Yongki sudah meminta hal di luar batas. Tidak biasanya Yongki bersikap kurang ajar seperti itu.“Aku memang sudah gila, La. Aku gila memikirkan semuanya,, aku–” ujar Yongki lirih.“La, ayo pergi. Sebelum keluarga Yongki datang. Nanti mereka salah paham lagi.” Faqih menengahi.“Di sinilah dulu, La. Temani aku.”Alula mengangguk ke arah Faqih, mengabaikan pinta sang mantan.“Yongki, ibu paham, sangat paham perasaanmu, juga perasaan Alula. Sudah berapa ratus kali Ibu bilang ini sudah takdir, jadi terimalah dengan ikhlas. Berdamailah dengan pernikahanmu dengan Aruni. Kalian sudah saling halal. Setidaknya jangan membiarkan pengorbanan Alula sia-sia. Biarkan hanya Alula yang terluka, dan biarkan juga dia berusaha menyembuhkannya sendiri. Alula nggak sendiri, Nak. Ada Ibu, ada teman-temannya, dan ada adik-adik panti yang setia menemaninya. Kamu nggak usah kha
Magbasa pa