Home / Horor / SUSUK TERATAI PUTIH / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of SUSUK TERATAI PUTIH : Chapter 51 - Chapter 60

79 Chapters

BAB-23 PERTEMPURAN DUA SAUDARA

"Siap nampi dhawuh, Kanjeng Ratu."Segera Sumirah dan Nyai Mutik saling berhadapan, mereka memiliki alasan masing-masing kenapa tetap melanjutkan pertarungan ini.Nyai Mutik demi bisa mempertahankan Masjid Tiban, karena Masjid itu adalah hal yang sangat penting baginya. Masjid yang menjadi satu-satunya peninggalan dari Mbah Parman, lelaki yang teramat dia cintai.Sementara itu Sumirah berusaha mendapatkan Masjid Tiban karena itu satu-satunya cara baginya agar dapat mengambil Fatimah sebagai wadahnya yang baru. Menjadikan masjid itu sebagai umpan agar dapat memperoleh sorban milik Anggara. Dengan begitu dirinya dapat mengalahkan Anggara. Menjadikan Fatimah sebagai pengganti wadahnya yang dirusak Anggara dan mendapatkan kembali Anggara, lelaki yang dia cinta.Demi Cinta, pertempuran saudara ini tak terelakkan lagi. Sang ratu penguasa Rawa Ireng tersenyum puas melihatnya Nyai Mutik dan Sumirah akan bertarung."Nah, siapa yang akan tetap bertahan, menjadi dayang abadiku. Bertarunglah kali
Read more

BAB-24  TAWARAN

Pagi-pagi Fatimah dan Anggara sudah berada di depan Masjid Tiban. Anggara merasakan hal yang aneh karena Masjid Tiban yang biasanya bersih kini nampak kotor sekali. Daun-daun kering yang berguguran menghiasi halaman masjid. Rumput-rumput pun tumbuh dengan suburnya padahal biasanya halaman masjid begitu rapi dan bersih seolah ada yang membersihkannya setiap hari walaupun Masjid Tiban sama sekali tak ada yang menggunakannya."Apa ini masjidnya, Kak? Kenapa kotor sekali?""Ya Fatimah, tapi ini aneh, biasanya Masjid ini sangat bersih walaupun tak ada yang memakainya. Tapi mengapa sekarang Masjid ini menjadi sangat kotor, seolah sudah bertahun-tahun tak terurus.”Ketika dirinya masih bingung dengan suasana Masjid Tiban, tiba-tiba Anggara merasa seorang kakek tua yang dulu ditemuinya kini tengah berdiri di belakangnya sambil membisikkan kata-kata. Setelahnya sang kakek menghilang entah kenapa"Aku sudah tak ada perjanjian dengan pemilik Masjid ini. Pemilik Masjid ini telah berganti dan ak
Read more

BAB-25 KEPUTUSAN ANGGARA

 "Kanjeng Ratu nimbali kawula?” (Kanjeng ratu memanggil saya?)Seekor ular hitam sebesar pohon kelapa dengan tanduk emas di kepalanya menundukkan kepalanya di hadapan penguasa Rawa Ireng yang cantik jelita. Ratu Lintang Pethak. Sang Ratu tengah menghadap danau yang airnya jernih dan memantulkan cahaya bulan yang keemasan.Biasanya dirinya ditemani oleh Nyai Mutik sang dayang abadinya. Namun karena dia sudah meninggal kini dirinya memanggil si Ireng. Tak Mungkin Sang ratu memanggil Sumirah, karena bagi sang ratu wanita tersebut ibaratkan sebuah mainan yang sangat menyenangkan baginya saat ini. Sang ratu melepaskan kepalanya namun memegang erat ekor Sumirah. Membiarkan dia seolah bebas namun sebenarnya mempermainkan nasibnya sesuka hati."Perang yang sangat mendebarkan sebentar lagi akan terjadi Ireng. Sama seperti 200 tahun yang lalu." "Nggih, Kanjeng Ratu.""Tapi aku juga sudah kehilangan dayang setiaku Ir
Read more

BAB-26 PENGAKUAN SUMIRAH

  Hari yang ditentukan pun tiba. Anggara dan Fatimah perlahan berjalan beriringan menuju tempat perjanjian. Fatimah dan Anggara hanya diam membisu, sibuk dengan pikiran masing-masing. Tak ada di antara mereka yang ingin membuka percakapan.Dalam diam, Fatimah teringat dengan percakapan semalam antara dirinya dengan sang suami, yang tak lain dan tak bukan percakapan itu berisi tentang asal muasal sorban yang akan diberikan kepada Sumirah."Kak? Dari mana Kakak, mendapatkan sorban ini? Apa pemberian langsung dari kakek buyutmu?"Fatimah bertanya sambil melipat sorban yang akan ditukarkan besok pagi sambil sesekali dahinya berkerut. Sebab seteliti apapun dirinya melihat, bagi Fatimah sorban yang tengah ia sentuh saat ini tetaplah sebuah sorban biasa. Tak ada istimewanya sama sekali. Sama seperti sorban pada umumnya. Dirinya kebingungan, kenapa Sumirah begitu terobsesi dengan sorban milik suaminya ini. Sungguh perem
Read more

BAB-27 TERTANGKAPNYA FATIMAH

 "Benar sekali Kangmas Anggara, aku terluka karena serangan darimu kala itu dan asal kau tahu, umurku hanya sampai di ujung purnama."Sang bayu lagi melintas di antara mereka bertiga, menerbangkan sekuntum bunga kamboja yang menghiasi gelungan rambut Sumirah.Anggara terdiam, sungguh saat ini hatinya dipenuhi oleh rasa bersalah karena membuat wanita di hadapannya kini terluka begitu parah. Bahkan dia mengatakan jika umurnya hanya sampai di ujung purnama."Maafkan aku Sumirah!" Anggara mengucap kata maaf.Sumirah tersenyum lebar, merasa apa yang dirinya katakan telah mempengaruhi lelaki di hadapannya itu. Namun saat mulutnya akan kembali terbuka untuk mengobrak-abrik perasaan Anggara, Fatimah yang sudah merasakan akal licik dari Sumirah segera memotong pembicaraan antara Sumirah dan suaminya."Tak perlu Kakak meminta maaf. Ingatlah Kak, Kakak melakukan hal tersebut karena dalam bahaya. Fatimah mohon Kak Anggara. Sadarlah! Jangan lagi Ka
Read more

BAB-28 SUMIRAH DAN FATIMAH

 "Jika kau ingin istrimu kembali, temui aku di Rawa Ireng! Kangmas Anggara!"Setelah mengucap kata-kata terakhirnya, kepala ular raksasa jelmaan Sumirah menyelam sepenuhnya ke dalam sungai dan akhirnya menghilang.Meninggalkan Anggara yang linglung, bingung antara sedih, kecewa dan marah. Dirinya merasa dibodohi oleh Sumirah sekaligus merasa menjadi suami dan ayah yang gagal."Cepat ambil sorban itu dan kejar, Sumirah! Sebelum nyawa istrimu dan calon anakmu menjadi tumbal keserakahan wanita itu!"Suara serak kakek tua terdengar di telinga, Anggara segera membalik badan ke belakang. Entah Sejak kapan telah berdiri kakek tua penjaga masjid tiban."Cepat Nak! waktumu tak banyak! Segera ambil sorban peninggalan sahabatku, dan segera tolong istrimu."Lagi terdengar sang kakak memperingatkan Anggara yang tengah linglung karena Sumirah. Anggara yang sadar segera beristighfar."Astagfirullah!" Anggara bergegas berdiri, d
Read more

BAB-29 RITUAL SUNGSANG SUKMA

"Ayo kita mulai ritualnya, Fatimah!"Lidah bercabang milik Sumirah menjulur keluar masuk mulutnya. Tangannya mengambil tusuk konde yang menancap di gelungan rambut yang membuat rambutnya tergerai. Kemudian mengarahkan ujungnya yang runcing tepat di kepala Fatimah. Fatimah hanya pasrah, menutup matanya sambil berdoa meminta pertolongan kepada Allah. Sumirah tersenyum sinis melihat tingkah Fatimah."Bersiaplah, mari kita mulai ritual Sungsang Sukma ini Fatimah. Tuhanmu takkan bisa menolongmu ha ha ha!"Sumirah tertawa terbahak-bahak. suaranya menggelegar ke penjuru Rama Ireng. Sumirah tak tahu jika dirinya tengah diawasi oleh penguasa Rawa Ireng yang dia sembah. Ratu yang jelita itu tengah memantau gerak-gerik Sumirah dari pantulan cermin. Dirinya tengah duduk di singgasananya dengan elegan dan anggun. Para dayang dan pengawal berdiri berjajar dengan rapi.Hanya penghuni asli Rawa Ireng yang diperbolehkan oleh Kanjeng Ratu Lintang Pethak untuk memasuki istana megahnya. Manusia biasa tak
Read more

BAB-30 PERTEMPURAN TERAKHIR

 "Fatimah!"Anggara berteriak kencang tatkala melihat sang istri tergeletak di atas meja batu dengan hanya berbusana sehelai kain kemben. Tanpa penutup kepala hingga auratnya terbuka. Hati Lelaki tersebut terasa tercabik-cabik melihat keadaan sang istri yang begitu mengenaskan.  Detik kemudian pandangannya beralih menatap tajam kearah perempuan yang bertubuh separuh manusia dan separuhnya lagi bertubuh ular. Perempuan yang namanya pernah dia sebut diam-diam."Sumirah! Keterlaluan sekali kau! Apa yang kau lakukan pada istriku!""Ha ha, dasar lelaki bodoh!" Sumirah tertawa terbahak-bahak mendengar perkataan Anggara.Puas tertawa, matanya kembali nyalang menatap Anggara yang dengan bodohnya datang ke Rawa Ireng. Tak tahukah dia kalau Rawa Ireng adalah rumahnya lelembut. Tabu bagi manusia biasa untuk memasukinya. Jika nekat masuk, nyawa taruhannya."Lepaskan istriku sekarang juga, Sumirah!""Untuk apa, Kangmas? Bukankah engkau
Read more

BAB-31 TUMBANGNYA SUMIRAH

  "Mati kau! Anggara!"Mulut ular Sumirah terbuka lebar, siap menelan Anggara hidup-hidup.Terdengar ledakan sangat keras tatkala mulut sang ular tinggal sedikit lagi menyantap mangsanya, yaitu Anggara.Mulut ular Sumirah terbakar, dan mau tak mau Anggara yang terlilit ekornya harus dia lepaskan. Ular Sumirah meraung kesakitan. Suaranya menggelegar ke seluruh penjuru tempat para lelembut itu tinggal."Bedebah kau lelaki bodoh! Berani-beraninya kau melukaiku, hah! Mati kau! Lelaki sialan!"Kepala ular Sumirah yang telah terluka membuat penglihatannya kabur tak jelas. Ekor runcingnya sengaja diakibatkan ke segala arah dengan sangat brutal. Itu karena dirinya tak mampu melihat keberadaan Anggara dengan jelas.Pepohonan di sekitar tumbang dengan keadaan yang kacau balau. Rawa Ireng porak-poranda karena serangan Sumirah yang membabi-buta tersebut. Anggara yang sedikit kesulitan menghi
Read more

BAB-32 RITUAL MALIH RUPA

"Cah Ayu, anakku, masuklah kau ke Rawa Ireng tempat kau mengambil teratai putih. Dengan begitu kau akan selamat."Sumirah tersentak mendengar bisikan dari ratunya. Tak bisakah junjungannya itu menariknya saja agar terbebas dari serangan Rajawali api jelmaan sorban peninggalan Mbah Parman yang kini ada di tangan Anggara. Tanpa harus dirinya berendam ke Rawa Ireng.Sumirah paham akan resiko yang harus dirinya tanggung jika menceburkan diri ke Rawa Ireng tempat dirinya dulu memetik teratai putih guna menjadi cantik kembali. Dirinya akan malih rupa dan harus bertapa bahkan tertidur dalam wujudnya yang baru. Bahkan tak dapat dipastikan kapan dirinya akan terbangun dari tidurnya itu. Bisa 10 tahun, 50 tahun, 100 tahun bahkan 1000 tahun atau kemungkinan terburuknya dirinya akan tertidur dalam pertapaannya selamanya."Kanjeng Ratu, tolong saya Kanjeng Ratu. Saya mohon!"Sumirah masih terus mengemis memohon pertolongan dari ratunya. Namun ratu yang menjadi junjungannya itu tak lagi menjawab pe
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status