Home / Horor / SUSUK TERATAI PUTIH / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of SUSUK TERATAI PUTIH : Chapter 31 - Chapter 40

79 Chapters

BAB-3 SEJARAH

  "Perkenalkan, nama saya, Purnomo. Orang-orang memanggil saya, Pak Pur. Sebenarnya Anda itu siapa, Mas? Kenapa bisa sampai di tempat itu?" Pria yang membawa Anggara pun mulai mengajukan pertanyaan. Dahi Anggara berkerut. Tempat itu? Apa maksudnya? Bukankah itu masjid, rumah Allah, dan siapapun boleh beribadah di dalamnya. "Maafkan saya Pak Pur, saya Anggara. Saya berasal dari Pulau Seberang." "Oh, kau bukan asli sini toh, pantas saja." "Memang ada apa, Pak?” Anggara semakin bingung serta penasaran. Belum sempat Pak Purnomo menjawab, seorang gadis muda berjalan mendekati Anggara dan Pak Purnomo yang sedang berdialog di rumah. Gadis itu adalah Lastri, anak bungsu Pak Purnomo. Lastri berjalan sambil membawa nampan berisikan dua gelas teh hangat dan sepiring singkong rebus. Mata Lastri terus menatap takjub karena terpesona oleh ketampanan dan kharisma Anggara. Sementara itu yang ditatap diam tak membalasnya sama sekal
Read more

BAB-4 API ASMARA

Anggara berjalan-jalan dipinggir sungai. Dirinya tengah bergelut dengan pikirannya sendiri. Perkataan Pak Purnomo tentang Masjid Tiban membuatnya bersemangat namun juga sedikit ada keraguan dalam hatinya."Masjid Tiban itu, sudah dikutuk oleh penguasa Rawa Ireng, Nak Anggara. Jika ada yang nekat mengumandangkan adzan atau bahkan sholat di masjid tersebut, maka besoknya dia akan terkena penyakit aneh. Kulitnya kudisan, bersisik, lalu menjadi gila bahkan hingga meninggal dunia. Itu sebabnya tidak ada yang berani dekat-dekat bahkan sholat di dalam masjid itu. Nak Anggara yakin, ingin membuka kembali masjid itu? Saya tidak mau ambil resiko yang bisa membahayakan warga Desa Kalimas. Lebih baik nak Anggara berpikir matang-matang terlebih dahulu. Untuk sementara tinggallah di rumah saya jika Nak Anggara berkenan."Anggara menolak halus tawaran dari Pak Purnomo. Jujur saja dirinya agak risih dengan Lastri yang selalu menatapnya. Dirinya memutuskan untuk tinggal di salah satu rumah warga yang
Read more

BAB-5 AKHIR DARI PAIJO

  "Kangmas. Kangmas. Kangmas."Paijo terus berlari ke arah suara perempuan yang terus memanggilnya. Dirinya berada di hutan belantara yang penuh dengan pohon jati. Paijo sama sekali tidak tahu dimanakah sebenarnya dirinya berada, yang penting sekarang dirinya terus berlari ke arah suara perempuan yang terus memanggilnya."Kangmas.... Kangmas Paijo... Kangmas.”Kaki Paijo terus beradu dengan jalan setapak batu bata yang dia pilih. Peluh menghampiri dirinya, napasnya ngos-ngosan."Tumini! Dek! Tumini!""Tumini! Dek! Tumini!""Woy!""Tumini! Dek! Tumini!""Saya di sini, Kangmas! Kangmas Paijo, saya disini!"Paijo bingung, karena jalan setapak yang diambil seolah tak berujung. Semakin dirinya berlari cepat maka jalan setapaknya terasa semakin memanjang."Kamu mau ke mana, Kangmas Paijo?!”Langkah Paijo berhenti karena
Read more

BAB-6 MUNCULNYA NYAI MUTIK

 Anggara, kini bagai si Ande-Ande Lumut. Banyak sekali perempuan yang menginginkannya. Rumor ketampanannya dengan cepat menyebar keseluruh pelosok Desa Kalimas.Anggara tidak terbuai, dirinya datang ke desa Kalimas bukan untuk mencari kekasihnya seperti si Ande-ande Lumut yang mencari Klenting Kuning. Dirinya datang ke Desa Kalimas dengan misi peninggalan dari kakek buyutnya yang sangat penting."Pertama aku harus membereskan masalah Masjid Tiban. Ada yang aneh di sana."Anggara terus berpikir sambil menyesap teh hangat di ruang tamu rumahnya.Pikirannya sedang sibuk memikirkan apa dan bagaimana yang sebaiknya dia lakukan.Izin sudah dirinya dapatkan dari Pak Purnomo selaku Kepala Desa. Juga izin dari beberapa sesepuh desa Kalimas juga sudah dirinya dapatkan walaupun harus dengan negosiasi yang sedikit alot. Para sesepuh ngotot agar adat istiadat yang ada di desa tidak boleh diubah. Anggara menyetujui asal tidak ada unsur syirik di dal
Read more

BAB-7 PERINGATAN

 "Ingat perjanjian kita! Jangan kotori tempat ini. Bagianmu di luar masjid. Jika ingin bertarung carilah tempat yang lain, Mutik!""Cih! Baiklah, aku akan pergi, dan kau anak muda, aku akan menemuimu lagi!"Sang kakek tersenyum kepada Anggara lalu perlahan menepuk bahu lelaki muda tersebut."Anak muda memang lebih berani dalam mengambil sikap, namun cenderung tergesa-gesa. Tidak segala sesuatu itu harus diselesaikan dengan tenaga, terkadang kita harus menggunakan otak dan kepintaran kita!"Sang kakek melepaskan tangannya. Perlahan langkah kakinya bergerak mundur dengan tatapan masih di Anggara."Pulanglah Nak! Berhati-hatilah dengan perempuan cantik!""Hah...!"Anggara terbangun. Ternyata dirinya tertidur sambil duduk bersila. Entah mengapa mimpi barusan terasa sangat nyata. Lalu apa maksud dari perkataan sang kakek tadi yang menyuruhku agar berhati-hati terhadap perempuan cantik? Anggara bermonolog dengan dirinya sendiri
Read more

BAB-8 LAMARAN

 "Jadi begini, Nak Anggara. Saya ingin mengajukan lamaran kepada Nak Anggara agar mau mempersunting anak saya, Lastri. Apakah Nak Anggara bersedia?"Anggara mendesah pelan, ini bukanlah sesuatu hal yang patut untuk dirinya banggakan, dikejar-kejar anak gadis kepala Desa Kalimas.  Menikah bukanlah prioritasnya saat ini. Lastri memang seorang gadis dengan paras yang cantik dan tubuh indah tanpa cacat idaman para lelaki. Namun sayangnya tak ada rasa sedikitpun untuk Lastri dihati Anggara. Dirinya harus fokus dengan amanah mendiang kakek buyutnya. Selain itu juga hatinya sudah terisi nama perempuan  lain.Pak Purnomo yang membaca ekspresi Anggara langsung mengerti."Jangan terburu-buru. Kami tidak meminta jawaban Nak Anggara saat ini juga. Nak Anggara boleh berpikir dengan tenang terlebih dahulu.""Maafkan saya Pak Purnomo. Sebenarnya….""Apa Kangmas Anggara menolakku karena perempuan lain?"Lastri langsung memotong
Read more

BAB-9 LASTRI

  Pagi-pagi Anggara sudah berdiri di depan Masjid Tiban. Dirinya mematung."Apa yang harus aku lakukan?""Tahajudlah Nak! Berpuasalah!"Tiba-tiba ada suara kakek tua yang berbisik di telinganya. Anggara tersentak. Dirinya merasa lalai. Kenapa saat hatinya gundah dirinya justru menjauh dari sang pencipta. Tidak ada kekuatan yang lebih besar daripada kekuatan Allah Swt.Hujan turun deras dengan tiba-tiba. Anggara berlari menuju rumahnya. Dirinya mengurungkan niatnya untuk masuk ke Masjid Tiban hari ini. Sesampainya di depan rumah Anggara melihat perempuan yang memakai penutup wajah berdiri di depan rumahnya, seolah menunggu kedatangannya.Anggara merasakan sesuatu yang buruk akan terjadi jika ia mendekati perempuan tersebut, sehingga dirinya membiarkan tubuhnya terus diguyur air hujan. Anggara berdiri di depan pagar rumahnya sementara si Perempuan dengan penutup wajah itu berdiri tepat mengha
Read more

BAB-10 PERTEMPURAN

Malam ini Anggara tengah bersimpuh memohon petunjuk. Tugasnya terasa sangat berat. Apakah dirinya harus menyerah saja? Dimulai dari Masjid Tiban, lalu Sumirah yang misterius yang telah membuatnya jatuh hati, dan terakhir masalah Lastri. Anggara rasa-rasanya ingin menyerah.Anggara tanpa terasa tertidur dan bermimpi, dalam mimpinya dirinya bertemu dengan almarhum kakek buyutnya. Sang kakek memberikan sorbannya lalu membisikkan kata-kata. Di akhir pertemuan sang kakek menyuruh Anggara untuk menikah. Dengan menikah Anggara akan terbebas dari godaan perempuan dari Desa Kalimas maupun godaan dari lelembut yang menyerupai perempuan. Setelah kata-kata terakhir sang kakek buyut terucap, Anggara terbangun dari tidurnya."Jadi aku harus kembali ke Pulau Seberang untuk menikah?"Anggara meremas dadanya yang terasa nyeri. Dirinya merasa seolah tak rela, dirinya juga merasa seseorang akan sangat kecewa jika ia menikah.Anggara yang masih tidak yakin terus melakukan sholat malam dan hasilnya masih
Read more

BAB-11 ANGGARA DAN SUMIRAH

"Kau!"Anggara tak percaya melihat siapa yang kini muncul di hadapannya. Seseorang yang selalu ada di belakangnya dan tak mau menunjukkan wajahnya."Sumirah!"Sumirah mencekal kuat tangan Anggara yang hendak menyentuh kepala Nyai Mutik."Jadi, kau keturunan Mbah Parman, Kangmas Anggara?”Sumirah menghempaskan kasar tangan Anggara lalu berdiri di depan Nyai Mutik yang terduduk lemas. Berusaha melindunginya dari serangan Anggara."Jangan ganggu Nyai Mutik, segeralah pergi dari Desa Kalimas. Tak cukupkah selama ini aku memberimu peringatan kangmas Anggara!""Aku tahu jika selama ini yang ada di belakangku adalah kau Sumirah. Kenapa engkau tak pernah mau menunjukkan wajahmu?""Aku peringatkan sekali lagi. Jangan ganggu urusan kami. Pergilah, dan urungkan niatmu untuk membuka Masjid tiban kembali!""Maafkan aku Sumirah, aku sudah berjanji dengan almarhum kakek buyutku. Jadi aku mohon jangan halangi aku. Sungguh, aku tak ingin sedikitpun menyakitimu!""Hemph…. Manusia! Pulanglah kau ke Pula
Read more

BAB-12 PENGKHIANATAN

  Sumirah meniupkan serbuk hijau ke mata Anggara. Anggara yang  lengah tak lagi mampu menghindar."Lihatlah dengan mata kepalamu sendiri  betapa kejamnya mereka padaku, Kangmas Anggara!"Anggara menjerit kesakitan sambil menutup matanya yang terasa terbakar akibat dari serbuk hijau yang ditiupkan oleh Sumirah tepat di kedua matanya. Kaki Anggara mundur beberapa langkah hingga akhirnya tubuhnya limbung dan duduk tersungkur di atas pasir Pantai Laut Kidul.Sumirah diam  menatap lelaki yang dia cinta itu tengah menahan sakit. Hatinya sedang berperang sendiri, akankah dirinya membiarkan Anggara hidup atau harus membunuh lelaki tersebut.Ini adalah waktu yang tepat untuk mengakhiri pertarungan ini. Anggara sedang dalam posisi yang lemah."Bunuh dia Sumirah, demi kelangsungan bangsa kita. Bangsa lelembut Rawa Ireng. "Sumirah menoleh ke belakang, entah sejak kapan Kanjen
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status