"Perkenalkan, nama saya, Purnomo. Orang-orang memanggil saya, Pak Pur. Sebenarnya Anda itu siapa, Mas? Kenapa bisa sampai di tempat itu?" Pria yang membawa Anggara pun mulai mengajukan pertanyaan. Dahi Anggara berkerut. Tempat itu? Apa maksudnya? Bukankah itu masjid, rumah Allah, dan siapapun boleh beribadah di dalamnya. "Maafkan saya Pak Pur, saya Anggara. Saya berasal dari Pulau Seberang." "Oh, kau bukan asli sini toh, pantas saja." "Memang ada apa, Pak?” Anggara semakin bingung serta penasaran. Belum sempat Pak Purnomo menjawab, seorang gadis muda berjalan mendekati Anggara dan Pak Purnomo yang sedang berdialog di rumah. Gadis itu adalah Lastri, anak bungsu Pak Purnomo. Lastri berjalan sambil membawa nampan berisikan dua gelas teh hangat dan sepiring singkong rebus. Mata Lastri terus menatap takjub karena terpesona oleh ketampanan dan kharisma Anggara. Sementara itu yang ditatap diam tak membalasnya sama sekal
Read more