Tiga bulan kemudian.“Juragan! Juragan!”Paijo berteriak padahal jaraknya saat berlari masih jauh dengan sang juragan.“Apa, Jo? Kenapa kamu lari sambil teriak-teriak? Aku belum tuli!”Anu, Juragan. Anu ...!”“Anu ... anu ... anu apa, Jo? Kalau ngomong yang jelas!”“Ada Meneer Batavia, Juragan!”“Hah? Ngapain mereka datang?”Permana yang sedang merokok santai di gazebo langsung berdiri, kaget mendengar kabar yang dibawa oleh Paijo.“Anu, mereka mau mengambil upeti, Juragan, sekarang sudah musim panen, Juragan. Apa Juragan lupa?”“Sialan! Mereka enggak bisa lihat orang bahagia saja!”Permana membanting asbak yang ada di sampingnya.“Sekarang harus bagaimana, Juragan?”“Di mana para kompeni itu sekarang, Jo?”“Di rumah kepala desa, Juragan.”Permana menghisap rokoknya lalu menghembuskan ke udara dengan keras.“Biasa, Jo. Sembunyikan separuh padi yang ada di lumbung ke tempat biasa, jangan sampai ketahuan. Aku mau ke rumah kepala desa dulu untuk mengulur waktu. Ingat, Jo, separuh saja! K
Read more