Home / Horor / SUSUK TERATAI PUTIH / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of SUSUK TERATAI PUTIH : Chapter 41 - Chapter 50

79 Chapters

BAB-13 KILAS BALIK

Anggara berdiri di sebuah bangunan rumah yang begitu megah dan besar. Rumah yang kokoh, menggambarkan status dari si Empunya. Rumah dengan gaya klasik, khas rumah Bangsawan Jawa.Saat Anggara sibuk menatap megahnya bangunan itu, tiba-tiba seorang anak perempuan dengan muka khas pribumi berlari sambil tertawa riang. Anak kecil yang sangat cantik dengan berpakaian anak-anak khas Belanda. Di belakangnya menyusul seorang pria yang terlihat begitu priyayi, auranya terlihat begitu berkarisma. Anggara berpikir jika pria itu pasti ayah dari anak kecil tadi, muka mereka begitu mirip.Anggara kini melihat anak cantik tadi bersama ayahnya duduk di sebuah gazebo sambil memakan buah anggur."Bagaimana rasanya, Nduk? Enak?""Enak Rama. Sumirah suka. Sumirah suka buah anggur." Dahi Anggara berkerut mendengar percakapan ayah dan anaknya itu."Sumirah? Jadi anak kecil ini Sumirah?" Anggara bergumam. Kenapa dirinya bisa melihat Sumirah, wanita yang dicintainya itu. Anggaran melihat Sumirah dikala w
Read more

BAB-14 PERMANA DAN GENDIS

Sumirah tersadar dari pingsannya. Tenaganya telah pulih kembali. Anggara masih tetap tidur di pangkuan kakinya. Sumirah yakin saat ini Anggara pasti masih melihat masa lalunya. Sumirah menyeringai tatkala mengingat bagaimana dirinya membunuh sepasang iblis itu. Yaitu Permana dan Gendis.Sementara itu Anggara yang masih melihat kilas balik kehidupan Sumirah kini tengah menatap bagaimana nasib Permana dan Gendis di tangan Sumirah."Sumirah! Sumirah, lepaskan aku!" Klonteng… klonteng… klonteng...."Lepaskan aku, Sumirah. Dasar kau iblis!" Permana terus memukul-mukul kurungan besi yang mengurungnya sambil terus memanggil-manggil nama mantan istrinya itu. Tak lama Sumirah pun datang, Permana yang melihatnya langsung berteriak."Lepaskan aku, Sumirah!" Sumirah berdiri tepat di hadapan Permana, raut wajah Sumirah nampak datar."Kalau aku melepaskanmu, apa yang akan kau lakukan Permana!""Lepaskan aku. Aku harus mencari Gendis!" "Dasar bodoh! Sudah kubilang Gendis sudah hidup bahagia deng
Read more

BAB-15 HADIAH PERPISAHAN

"Kangmas Permana…!"Gendis berteriak histeris saat tahu jika yang memanggilnya adalah Permana suaminya. Tubuhnya gemetar hebat saat melihat Permana perlahan berjalan mendekatinya."Gendis...!" Permana berteriak memanggil istrinya sambil terus berlari mendekat, dirinya tak peduli dengan banyaknya pasang mata yang menatap heran ke arahnya. Permana sudah kalap karena cemburu melihat wanita yang sangat dia cintai itu menggandeng mesra seorang pria Belanda yang wajahnya tak ia kenal sama sekali."Sini kau!"Permana langsung menarik lengan Gendis dengan kasar. "Kenapa kau di sini! Kenapa kau sama orang Londo itu hah! Mau jual diri kau, hah!" "Bukan begitu, Kangmas. Aku...!" Gendis berusaha menjelaskan namun Permana yang sedang emosi tak tahan Lagi. Dia Mendorong tubuh Gendis ke tanah.Tubuh kurus Gendis terpelanting lalu jatuh tersungkur di tanah."Bukannya kau kabur dengan Meneer sialan itu! Kenapa kau ada di tempat murahan seperti ini Gendis! Kau memang murahan! Sudah aku pungut dari t
Read more

BAB-16 TAWARAN

 Anggara menangis sambil memeluk surat dari Sumirah. Ternyata perempuan itu tak berniat membunuhnya, tapi justru menolongnya. Anggara jadi teringat saat dirinya melukai Sumirah. Apakah dia baik-baik saja, atau justru terluka parah?.Anggara sungguh menyesali perbuatannya yang telah menyerang Sumirah.Namun saat itu dirinya juga terpaksa melakukannya. Anggara menekan kuat-kuat dadanya yang terasa sesak."Apa yang harus aku lakukan?"Anggara perlahan bangkit lalu berjalan menyusuri pantai untuk kembali pulang ke Desa Kalimas. Anggara kaget saat tahu jika ternyata dirinya telah berada di Pulau Seberang, bukan lagi di pulau tempat Desa Kalimas berada. Sumirah telah mengantar dirinya kembali ke pulau seberang."Apa yang kau pikirkan Sumirah! Kenapa kau antar aku pulang. Bagaimanakah nasibmu di sana?"Anggara berdiri sambil menatap deburan ombak, dirinya bingung, apa yang harus dia lakukan sekarang. Haruskah dirinya pulang ke pondok dan mence
Read more

BAB-17 TUSUK KONDE EMAS

  "Berwudhulah dulu, Anggara.""Iya, Kyai."Saat Anggara berwudhu, Kyai Akbar dibantu oleh Fatimah dan beberapa murid yang lain menyiapkan peralatan ruqyah yang dibutuhkan seperti air putih dalam gelas, tembikar, daun bidara dan perlengkapan yang lain.“Abah, apa perlu kakak Anggara diruqyah?  seandainya Kak Anggara menolak Fatimah, maka Fatimah tak keberatan, Abah. Bukankah dengan meruqyah Kak Anggara itu berarti Abah tidak mempercayai ketebalan iman Kak Anggara?”Kyai Akbar tersenyum lalu mengusap pelan puncak kepala anaknya yang tertutup kerudung tebal itu."Demi Allah, Abah menyayangi Anggara seperti Abah menyayangimu. Abah sudah menganggap Anggara seperti anak Abah sendiri, itu sebabnya Abah meruqyah Anggara kakakmu itu. Bukan karena tak mempercayainya, tapi ini adalah bukti cinta Abah kepada kakakmu, Anggara. Kalau Anggara menolak perjodohan yang Abah ajukan, demi All
Read more

BAB-18 DILEMA

Nyai Mutik dan Ireng datang menemui Sumirah yang tengah sekarat. Nyai Mutik menggelengkan kepalanya."Kenapa kamu jadi bodoh seperti ini Sumirah? hanya karena Anggara, cucu dari Parman!"Nyai Mutik berbicara sendiri saat melihat keadaan Sumirah yang mengenaskan."Bawa dia pulang, Ireng!""Tapi dia sudah berkhianat, Nyai!""Ini perintah Kanjeng Ratu, kita tidak bisa membangkangnya!""Baik, Nyai!"Ireng si ular hitam dengan tanduk emas di kepalanya itu melilit Sumirah dengan ekornya lalu perlahan merayap membawa Sumirah pulang ke Rawa Ireng.Sampainya di Rawa Ireng, Sumirah ditidurkan di atas meja batu. Kanjeng Ratu Lintang Pethak yang berwujud perempuan cantik mengelilingi tubuh Sumirah dan kemudian menggelengkan kepalanya."Raga manusianya sudah hampir hancur Mutik, semua ini karena serangan Anggara tempo hari.""Apa bisa ditolong, Kanjeng Ratu?""Satu-satunya cara adalah dengan mencari wadah yang baru.""Tapi Sumirah belum mempunyai calon wadah baru untuk jiwanya, Kanjeng Ratu?""Sud
Read more

BAB-19 SUMPAH

"Bersemadilah selama 3 hari, Sumirah. Bertapalah kau di Pendopo Jati tempat kau dulu menyatukan sukmamu dengan teratai putih yang kau petik. Setidaknya dengan begitu ragamu yang rapuh itu perlahan bisa membaik dan bertahan selama 100 hari sebagai wadah dari susuk teratai putihmu sampai kau mendapatkan wadah yang baru!"Kanjeng Ratu Lintang Pethak berbicara dengan sangat lembut kepada Sumirah, suaranya bagaikan kelembutan seorang ibu yang mengkhawatirkan keadaan anaknya. Nyai Mutik sampai dibuat heran, sebab kanjeng ratu Lintang Pethak saat itu begitu murka kepada Sumirah tatkala dia lebih memilih untuk menyelamatkan Anggara daripada membunuhnya. Mengapa saat ini sang ratu yang jelita itu justru terlihat begitu peduli dengan keadaan Sumirah? Nyai Mutik yang heran hanya diam tanpa berani bertanya."Nggih, siap nampi dhawuh Kanjeng Ratu."Sumirah bergegas pergi ke Pendopo Jati untuk bersemedi selama 3 hari.Selepas kepergian Sumirah, Kanjeng Ratu menatap hamparan danau jelmaan Rawa Ire
Read more

BAB-20 KEMBALINYA SUMIRAH

  Sepasang mata dengan pupil ular mengintip dari balik selendang hijau yang menutupi wajah dari pemilik mata tersebut. Dirinya menatap diantara kerumunan orang yang tengah menyambut kembalinya seseorang ke desa Kalimas."Loh,ini siapa, Nak Anggara?""Ini Fatimah, Pak Pur. Istri saya.""Oalah, jadi Nak Anggara yang tiba-tiba pergi ternyata mau menikah toh!""Iya Pak Pur, maafkan saya yang tak sempat berpamitan.""Ya sudah tak apa, silakan Nak Anggara masuk ke dalam rumah dan beristirahat.""Iya Pak, nanti malam Insya Allah saya akan ke rumah Bapak.""Iya, silahkan Nak Anggara istirahat dulu. Saya permisi."Pak Purnomo pun berpamitan pergi sambil membubarkan kerumunan warga yang penasaran dengan kepergian Anggara secara tiba-tiba itu."Tunggu!"Tiba-tiba Anggara berteriak saat melihat seorang perempuan dengan selendang hijau menutupi waja
Read more

BAB-21 PERTEMUAN

Hari ini Anggara dan Fatimah dibantu oleh ibu-ibu tetangga membuat nasi kuning sebagai tanda syukur atas pernikahan mereka. Sekaligus sebagai cara agar Fatimah dapat mengenal warga yang lain.Di dapur Fatimah tanpa sengaja mendengar ibu-ibu yang tengah berbincang sesuatu."Duduk sini toh, Mbak Fatimah, ikut gabung. Jangan berdiri sendirian!"Fatimah diseret paksa agar mau duduk lesehan di atas tikar pandan bersama ibu-ibu yang lain yang tengah sibuk meletakkan nasi kuning di dalam tempat yang terbuat dari anyaman bambu yang disebut dengan besek. Mau tak mau, Fatimah pun ikut bercengkrama dengan mereka."Ibu-ibu tahu tidak. Istrinya Wage saat ini sedang kebingungan dan menangis."Bu Surti, istri Kepala Desa memulai percakapan."Lah kenapa toh, Bu Surti?"Bu Paijem menimpali dengan tangan yang masih cekatan menata nasi kuning di dalam besek."Iya Bu Surti, ada apa toh?"Kini giliran ibu-ibu yang lain ikut menimpali."Tadi pagi istrinya Wage, pakai nangis segala datang ke rumah saya Bu,
Read more

BAB-22 SUMIRAH DAN NYAI MUTIK

"Dengarkan aku baik-baik Fatimah, karena kau adalah istriku, maka aku akan berkata yang sejujurnya padamu. Tapi sebelum aku bercerita, aku minta satu hal padamu. Berjanjilah kau akan tetap bersamaku dan mendampingiku."Anggara mendudukkan istrinya di tepi ranjang, menggenggam kedua tangan istrinya yang kini tengah kebingungan."Sebenarnya ada apa, Kak Anggara?""Berjanjilah terlebih dahulu kalau kau akan selalu bersamaku, Fatimah."Anggara semakin erat memegang tangan sang istri. Pandangan matanya tepat di bola mata Fatimah. Fatimah pun menganggukkan kepalanya."Baiklah, Kak Anggara. Insya Allah aku akan selalu bersamamu, mendampingimu sebagai seorang istri. Sekarang ceritakanlah apa yang sebenarnya terjadi.""Ini tentang Sumirah, Fatimah!""Sumirah? Perempuan yang kau cintai itu, Kak?"Mendengar nama Sumirah. Fatimah ingin melepaskan tangannya dari genggaman suaminya. Namun bukannya terlepas, Anggara semakin mempererat genggaman tangannya."Dengarkan aku dulu, Fatimah. Aku tahu kamu
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status