"Berwudhulah dulu, Anggara.""Iya, Kyai."Saat Anggara berwudhu, Kyai Akbar dibantu oleh Fatimah dan beberapa murid yang lain menyiapkan peralatan ruqyah yang dibutuhkan seperti air putih dalam gelas, tembikar, daun bidara dan perlengkapan yang lain.“Abah, apa perlu kakak Anggara diruqyah? seandainya Kak Anggara menolak Fatimah, maka Fatimah tak keberatan, Abah. Bukankah dengan meruqyah Kak Anggara itu berarti Abah tidak mempercayai ketebalan iman Kak Anggara?”Kyai Akbar tersenyum lalu mengusap pelan puncak kepala anaknya yang tertutup kerudung tebal itu."Demi Allah, Abah menyayangi Anggara seperti Abah menyayangimu. Abah sudah menganggap Anggara seperti anak Abah sendiri, itu sebabnya Abah meruqyah Anggara kakakmu itu. Bukan karena tak mempercayainya, tapi ini adalah bukti cinta Abah kepada kakakmu, Anggara. Kalau Anggara menolak perjodohan yang Abah ajukan, demi All
Read more