Home / Horor / SUSUK TERATAI PUTIH / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of SUSUK TERATAI PUTIH : Chapter 61 - Chapter 70

79 Chapters

(SEASON-3) BAB-1 SATRIA

"Kangmas!" "Kangmas!" "Kangmas! Kemari lah!" "Kemarilah, Kang Mas! Aku disini kesepian karena menunggumu." Satria berjalan di atas jalan setapak yang tersusun rapi dari tatanan batu bata merah. Dirinya mengikuti asal suara yang sejak tadi memanggilnya. Suara lembut perempuan yang terus berulang memanggil namanya itu seolah memaksa satria untuk berjalan ke sumber suara. Satria yang tidak sadar apapun dengan bodohnya terus saja melangkahkan kakinya menuju ke arah suara tersebut. Selam Satria Berjalan. lingkungan kiri kanan jalan setapak ditumbuhi oleh pohon jati yang tak terhitung jumlahnya. Pohon jati menjulang tinggi dengan daun yang rimbun dan hanya menyisakan sedikit celah agar sinar matahari bisa menembus gelapnya hutan. Semakin lama Satria berjalan maka semakin rimbun pula pepohonan yang ada. namun, lagi-lagi satria tak merasa aneh sedikitpun dan tanpa ragu masih terus berjalan. "Mbak!" Satria berteriak berharap suara panggilannya itu dijawab oleh suara perempuan yang sejak
last updateLast Updated : 2023-11-26
Read more

BAB-2 PAMAN AHMAD

Satria berjalan keliling desa dengan kamera yang terus tergantung di lehernya. Dia ingin mengenang kembali masa-masa indah saat dirinya masih tinggal di desa. Sesekali tangannya sibuk mengambil gambar lingkungan desa dengan kamera kesayangannya.Banyak warga yang berbisik-bisik saat berpapasan dan bertukar sapa dengan Satria di jalan. Kebanyakan dari mereka menunjukkan raut wajah kaget saat tahu jika lelaki gagah yang mereka temui adalah Satria.Satria hanya tersenyum ramah menanggapi mereka yang begitu antusias saat melihat perubahan dirinya yang signifikan, terutama para ibu-ibu. Mereka langsung bertanya apakah Satria sudah mempunyai calon istri atau belum. Mereka juga bertanya apakah Satria mau dijodohkan dengan anak gadis mereka.Satria terus melangkahkan kakinya hingga sampai di sebuah sungai yang airnya masih jernih lima tahun yang lalu. Satria tersenyum kecut saat memandang riak airnya."Kenangan buruk!" Satria bergumam pelan.Satria bukannya pergi, tapi justru mengambil kamera
last updateLast Updated : 2023-11-29
Read more

BAB-3 SATRIA dan TUSUK KONDE EMAS

"Kangmas!""Kangmas!""Tolong aku!"Satria kini berada di sungai yang tadi pagi dirinya kunjungi. Pria itu berdiri sambil berputar-putar di tempat, mencari sosok yang sedari tadi memanggilnya.Suara halus perempuan yang terus berulang itu bagaikan sihir yang membuat Satria tergoda untuk mencarinya."Kangmas, kemarilah!"Lagi suara perempuan terdengar."Kau di mana, Mbak!"Satria berteriak kencang.Tapi kali ini tak ada sahutan. Lelaki itu mulai kelelahan karena mencari sesuatu yang tak kunjung dapat ditemukan olehnya.Tanpa sadar lelaki itu sampai di tepi sungai yang cukup besar tapi tak curam. Satria memandangi air sungai yang jernihnya memantulkan sinar matahari. Tanpa sadar Satria semakin mendekati pinggiran sungai, lalu berjongkok agar bisa melihat pantulan wajahnya sendiri di air sungai tersebut."Aku merindukanmu, Kangmas Anggara!"Suara perempuan kembali terdengar, bersamaan dengan munculnya bayangan secara tiba-tiba dari pantulan air sungai yang mana terlihat jelas sosok peremp
last updateLast Updated : 2023-12-01
Read more

BAB-4 FOTO

"Aku merindukanmu, Kangmas."Satria terus terngiang-ngiang dengan perkataan dari wanita cantik di mimpinya. Bahkan Satria juga tidak bisa melepaskan bayang rupa dari wanita yang begitu jelita itu."Siapa wanita itu sebenarnya?"Tanpa sadar Satria bergumam.Satria duduk di bale bale bambu di teras rumahnya, di sampingnya ada secangkir kopi hitam yang masih mengepulkan asap.Pandangan Satria lurus ke depan, menatap jalanan desa yang telah diaspal. Sesekali Satria menganggukkan kepala saat ada orang yang menyapa dirinya.Tiba-tiba ekspresi wajah Satria berubah seolah mengingat sesuatu yang begitu penting. Satria bergegas berdiri dan mengambil kamera yang ada di dalam kamar, lalu kembali duduk di teras rumah.Satria mulai melihat hasil jepretannya kemarin sewaktu dirinya mengabadikan pemandangan di sekitar sungai dengan kameranya tersebut.Hingga akhirnya jemarinya berhenti bergerak saat ada foto yang begitu menarik perhatiannya. Foto yang diambil dengan tidak sengaja itu terasa sangat a
last updateLast Updated : 2023-12-02
Read more

BAB-5 WANITA CANTIK

Semenjak pulang kampung Satria hanya berada di rumah atau berkeliling di sekitar rumahnya. Lelaki itu terlalu lama pergi merantau sehingga tidak begitu akrab dengan warga sekitar. Warga yang seumuran dengannya pun kebanyakan juga pergi meranta di kota-kota besar sehingga Satria tidak ada teman kumpul untuk melepas jenuh. Jika adapun yang menyapa maka kebanyakan yang menyapa adalah orang tua yang ingin memperkenalkannya dengan anak gadis mereka.Satria yang bosan di rumah diam-diam pergi ke sungai. Lelaki itu sengaja tidak berpamitan dengan sang ibu karena takut ibunya kan khawatir dengannya.Terkadang Satria juga merasa jengkel terhadap ibunya yang terus menganggapnya seperti anak kecil dan akan hilang jika pergi terlalu jauh dari rumah, padahal dirinya juga sudah hampir tiga puluh tahun, dimana usia tersebut sudah bukan lagi anak kecil. namun, Satria juga bisa memahami kenapa ibunya bersikap demikian. Satria berpikir mungkin saja ibunya itu hanya ingin menunjukkan perhatian karena se
last updateLast Updated : 2023-12-04
Read more

BAB-6 SANG KYAI

"Nak! Nak! Bangun, Nak!" Satria membuka matanya saat pipinya terasa ditepuk berkali-kali oleh seseorang. Satria juga mendengar suara kakak tua yang menyuruhnya untuk bangun. "Ah, kepalaku sakit!" Satria berusaha bangun. Ternyata dirinya terbangun dengan posisi tengkurap di atas tanah. Terlihat sesekali Satria menggelengkan kepalanya. "Aku di mana? Kepalaku pusing sekali!" Satria bergumam pelan. Setelah sadar, Satria yang matanya telah terbuka sempurna memindai sekitar. Penglihatannya sedikit menyipit saat melihat jika ada kakek-kakek tengah duduk di sampingnya. "Kakek yang menolong saya?" Satria bertanya dengan ragu. Sang kakek tidak menjawab pertanyaan Satria. Namun, beliau justru tersenyum dan membantu Satria untuk berdiri. "Ayo, Nak. Kakek antar kamu pulang. Kenapa kamu bisa pingsan di sini?" Sang kakek memapah tubuh Satria yang masih sempoyongan karena kepalanya yang pusing. Di ingatan Satria terakhir kali dirinya pagi-pagi datang ke sini hanya untuk membuang rasa stress d
last updateLast Updated : 2023-12-07
Read more

BAB-7 NUR

Sepulang dari kediaman Kyai Ibrahim, Satria tidak langsung masuk ke dalam rumah. Lelaki itu memutuskan untuk duduk di bale bambu yang ada di teras rumahnya.Jujur saja, percakapannya dengan sang guru benar-benar telah menguras emosinya. Dalam satu hari dirinya harus menerima kenyataan yang pahit bertubi-tubi. Satria harus mengetahui kebenaran yang selama ini tidak dirinya ketahui dan kebenaran itu adalah hal yang telah merubah jalan hidupnya selama ini.Sejujurnya Satria ingin marah. Namun, dirinya bingung harus marah dengan siapa? Haruskah dirinya menyalahkan takdir yang tidak adil?Bu Hafsah yang melihat anaknya sedang melamun pun mendekati anaknya, berharap anak semata wayangnya itu mau membagi isi hati dengannya."Kok melamun, Nak? Apa yang sedang kamu pikirkan?"Satria menatap ibunya yang baru saja mengusap lembut pucuk kepalanya. Satria tersenyum lalu mengambil tangan sang ibu dan menempelkannya di pipi.“Satria tidak apa-apa, Bu.” Satria memasang senyum di wajahnya berharap ibu
last updateLast Updated : 2023-12-08
Read more

BAB-8 SERUNI

"Seruni, Kyai? Bagaimana mungkin adik sepupuku itu dalang yang menimpa Nur saat ini?"Satria tidak menyangka jika perempuan yang berada di mimpi Nur adalah adik sepupunya, anak dari pamannya, Seruni."Kamu ingin tahu apa yang dikatakan Seruni kepada Nur di mimpinya, Satria?"Satria mengangguk mengiyakan. Bagaimana mungkin Satria tidak penasaran karena mereka yang disebut namanya oleh Kyai Ibrahim adalah perempuan yang dekat dengannya."Seruni berkata jika kamu adalah pengantinnya. Kamu dan Seruni sudah ditakdirkan bersama. Kamu dan Seruni akan menjadi pengantin di Rawa Ireng. Nur tidak di ijinkan untuk mendekatimu. Atau Nur akan berakhir dengan kematian." Kyai Ibrahim menjelaskan dengan singkat dan jelas."Saya dan Seruni menjadi pengantin di Rawa Ireng, Kyai? Lalu, Nur akan meninggal jika bersama saya?" Satria bertanya dengan nada tidak percaya.Kyai Ibrahim mengangguk pelan. Satria mengusap wajahnya kasar.Dirinya tahu cerita tentang Rawa Ireng yang tanahnya menjadi tempat berdirin
last updateLast Updated : 2023-12-10
Read more

BAB-9 TUGAS PUTU LANANG (TUGAS CUCU LELAKI)

Satria diam tidak bergerak saat wajahnya digerayangi oleh tangan halus perempuan cantik di hadapannya. Ujung jarinya yang lentik terus menyentuh setiap lekuk wajah Satria. Mulai dari mata, hidung, pipi dan berakhir di bibir.Satria yang diperlakukan itu entah mengapa menjadi membatu. Tubuhnya tak bisa bergerak sedikitpun, bahkan untuk mengedipkan mata pun Satria tak mampu.Perempuan yang wajahnya begitu cantik itu begitu menikmati tindakannya yang tengah menjamah wajah Satria. Tak lama, dia mendekatkan wajahnya ke wajah Satria hingga akhirnya dahi mereka saling beradu.Dada Satria langsung berdegup kencang, lelaki itu tak bisa menahan godaan dari paras perempuan yang kecantikannya begitu nyata itu. Terlebih, aroma wangi juga ikut menyebar dan menerobos masuk ke penciuman."Jangan bilang kalau kamu melupakanku, Kang Mas."Hawa hangat yang berhembus dari mulut si perempuan menerpa wajah Satria dan membuat Satria semakin tegang tubuhnya. Seumur hidup baru kali ini Satria begitu dekat den
last updateLast Updated : 2023-12-11
Read more

BAB-10 AWAL KEMBALINYA SUMIRAH

"Kalian berdua tenanglah! Nasi sudah menjadi bubur. Apa yang dilakukan oleh Seruni memang salah. Tapi itu juga sudah terlanjur. Kita tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Bukan hanya anak kalian yang menjadi korban, tapi anakku Nur juga menjadi korban. Namun, dengan bertengkar dan saling menyalahkan itu percuma. Tidak akan menyelesaikan masalah. Lebih baik sekarang kita tenang dan pikirkan jalan keluarnya." Kyai Ibrahim melerai pertengkaran antara Bu Hafsah dan Paman.Agaknya usaha Kyai Ibrahim untuk membuat suasana kembali tenang berhasil.Terlihat Bu Hafsah kembali duduk di ranjang untuk mengompres Satria. Sementara itu Paman Ahmad terlihat membuang muka sambil membuang nafas kasar. Untuk saat ini tak ada lagi teriakan karena masing-masing orang yang ada disana sedang sibuk dengan pikirannya masing-masing.Seruni, gadis ayu berusia dua puluh tahun itu tanpa sengaja membuka jalan bagi jiwa seorang perempuan yang rela bertapa melewati ratusan masa demi sebuah cinta dan juga dendam. Tentu s
last updateLast Updated : 2023-12-14
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status